LOVE calling
"Ini." Hana menyerahkan ponsel Ella pada pemiliknya.
"Katakan aku sedang sibuk." Ella berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Maaf Tuan Vano, Nona Ella sedang melakukan pemotretan."
Didalam kamar mandi Ella mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Itulah yang Ella selalu lakukan saat sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Matanya menerawang ke atas. Sesekali dia memainkan asap rokok yang keluar dari mulutnya. Dengan mata terpejam, seakan mengeluarkan segala kegundahan di hatinya.
"Ell. Kamu baik-baik saja kan?" Hana menempelkan telinganya di balik pintu kamar mandi.
"Ini." Hana memberikan permen penyegar mulut pada Ella setelah dia keluar dai kamar mandi.
Hanya Hana yang mengetahui jika Ella merokok. Bahkan Vano tidak mengetahui hal tersebut. Begitupun kedua orang tua Ella. Entah sejak kapan, Ella mulai mengenal dengan rokok.
Pertama kali mengetahui bahwa Ella perokok, Hana juga sangat syok. Ella meminta Hana merahasiakan tentang dirinya pada siapapun. Hingga saat ini hanya Hana yang mengetahuinya.
"Ell, ada pemberitahuan dari Nyonya Tiwi. Beliau ingin bertemu denganmu. Kelihatannya beliau akan memintamu untuk menjadi salah satu model dalam peragaan busana miliknya." Hana merapikan dan memasukkan alat make up Ella ke dalam tasnya kembali.
"Nyonya Tiwi." gumam Ella sembari mengingatnya.
"Iya, pemilik sekaligus desainer di butik TIWI. Selesai." Hana menaruh kembali pakaian yang baru saja di pakai Ella untuk pemotretan ke tempatnya.
"Kapan?" Ella merapikan rambutnya di depan cermin dan mencium bau mulutnya sendiri. Takut jika masih tertinggal bau rokok di dalam mulutnya.
"Sesegera mungkin." Hana menenteng tiga tas milik Ella yang berisikan perlengkapan pemotretan.
"Sini." Ella mengambil satu buah tas dengan ukuran lumayan besar dari tangan Hana.
Mereka berdua berjalan bersama menuju tempat parkir. Beberapa kali mereka berpapasan dengan orang, Ella maupun Hana menyapanya dengan senyum.
"Bagaiman kalau sekarang?" Ella menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Hana.
"Jangan membuatku tertekan." Hana meninggalkan Ella yang masih berhenti.
"Kenapa?" Ella sedikit berlari untuk berjalan di samping Hana.
"Sayang, kamu lihat jam berapa ini. Sebentar lagi kamu akan makan malam dengan calon suami dan calon mertua kamu." Hana memasukkan tas yang dibawanya dan Ella ke dalam bagasi.
"Masih ada waktu Han. Ayolah." rengek Ella bergelayut di lengan Hana.
"Apa kamu baik-baik saja?" Hana dengan intens menatap ke arah Ella.
Hana tahu, Ella akan menyibukkan dirinya saat pikirannya sedang kacau. Bahkan tanpa istirahat. Hana pernah memasukkan obat tidur dosis rendah yang di anjurkan dokter ke dalam minuman Ella tanpa sepengetahuan Ella.
Hana tidak ingin Ella terlalu capek dan akhirnya akan tumbang. Menyerah kerena keadaan yang di buatnya sendiri.
"Kenapa Vano tetap menolak untuk menikahiku?" Ella menyandarkan tubuhnya pada mobil di sampingnya.
"Padahal om Danto dan tante Risma telah menyetujui hubungan kami." ucapnya dengan nada parau.
"Selalu itu. Ayo masuk ke dalam." Hana membuka pintu mobil dengan pandangan matanya menyapu sekitar area parkir.
Dia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua. Ella sebagai publik figur harus selalu menyembunyikan masalah pribadinya jika tidak ingin menjadi sasaran empuk pencari berita.
"Fokuslah pada karirmu Ell. Lagi pula kau masih muda. Bahkan umurku lebih tua darimu. Tapi aku juga belum kepikiran untuk menikah. Tenang saja." Hana mencoba menenangkan Ella.
Hana kasihan melihat atasannya tersebut. Vano hanya akan mencarinya jika dia sedang menginginkan Ella. Dan bodohnya Ella selalu datang dan menurutinya. Mungkin ini yang di namakan cinta bodoh dan juga buta.
"Lagi pula dengan siapa kau akan menikah. Pacar saja kau tidak punya." celetuk Ella.
"Karena aku terlalu sibuk mengurusi dirimu." Hana mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan area parkir.
"Bagaiman kalau aku carikan kau pasangan." ucap Ella dengan antusias.
"Ellll,,," seru Hana.
"Ha,,,ha,,,ha,,," Ella tertawa lepas melihat ekspresi dari Hana.
Hana melirik ke arah Ella dengan senyum samar di bibirnya.
"Vano, kenapa elo harus jatuh cinta dengan lelaki seperti dia Ell. Elo terlalu bodoh karena kata cinta. Tapi,,, gue juga belum pernah merasakannya. Huhhh." batin Hana menarik nafas pelan.
"Kita mau ke mana?" Ella melihat jalan yang di lalui oleh Hana bukan jalan pulang ke rumah Hana ataupun ke rumah Ella.
"Menemui Nyonya Tiwi." tangan Hana masih fokus di balik kemudi.
"Hah." Ella merasa heran. Bukankah tadi Hana bilang masih ingin mengadakan janji temu. Kenapa sekarang Hana sudah mengajaknya bertemu dengan beliau. Kapan Hana menghubungi Nyonya Tiwi. Karena sedari tadi, Hana bersama dengan dirinya.
"Karena tuan putri ingin bertemu sekarang, maka akan hamba kabulkan." canda Hana.
Ella menatap ke arah Hana. Rasa penasarannya belum selesai.
"Kamu yakin. Sekarang. Apa beliau bisa. Orang sibuk Hannnn. Beliau orang sibuk." Ella memegang lengan Hana yang sedang menyetir.
"Ell, aku lagi nyetir Ell. Jangan ganggu." tegur Hana.
"Oke." Ella bersedekap menghadap ke depan.
"Selamat sore, bisa bertemu dengan Nyonya Tiwi. Bilang saja Nona Ella ingin bertemu." Hana berbicara pada salah satu pegawai di butik Nyonya Tiwi.
"Sebentar mbak. Akan saya tanyakan dulu pada Nyonya Tiwi."
Hana menunggu karyawan butik yang sedang bertanya pada Nyonya Tiwi. Sedangkan Ella melihat-lihat koleksi busana di butik Nyonya Tiwi.
"Silahkan mbak. Nyonya Tiwi menunggu di ruangannya. Mari saya antar."
"Ell. Ayo." Hana memanggil Ella.
"Ini ruangannya, silahkan masuk mbak."
Setelah mempersilahkan Ella dan Hana masuk, karyawan butik kembali ke depan untuk bekerja.
Ella dan Hana masuk ke dalam ruangan Nyonya Tiwi.
"Sore Nyonya."
Ella dan Hana mengucapkan selamat sore dengan ramah.
"Silahkan duduk. Jangan panggil Nyonya. Panggil saja tante. Terimakasih sudah repot-repot datang kesini."
LOVE calling.
"Han." Ella memberikan ponselnya pada Hana.
"Saya permisi keluar sebentar." Hana mengambil ponsel yang di sodorkan Ella dan keluar dari ruangan Nyonya Tiwi.
"Kamu aslinya lebih cantik. Selama ini saya hanya melihat kamu di majalah dan televisi." puji Nyonya Tiwi.
"Terimakasih tante. Ella seperti ini karena memakai make up."
Nyonya Tiwi tersenyum mendengar jawaban dari perempuan di depannya.
"Bagaimana. Apakah asisten kamu sudah memberitahu, kenapa saya ingin bertemu dengan kamu?"
"Sudah tante, tapi sebelumnya saya ingin memastikan semuanya."
"Tentu saja."
Mereka berbicara santai tapi serius mengenai peragaan busana yang akan Nyonya Tiwi selenggarakan. Ella bertanya tentang hal-hal yang dia belum tahu.
"Maat Tuan Vano, Nona Ella sedang sibuk. Dia sedang berbicara dengan desainer yang akan menggunakan jasanya."
Selesai memberitahu Vano, Hana mematikan ponsel milik Ella. Senyum mengembang di ujung bibirnya.
"Menghubungi jika membutuhkan. Menggelikan." batin Hana memandang layar ponsel Ella yang bergambar foto Vano dan Ella.
"Ella. Kamu terlalu sempurna untuk seseorang seperti Vano."
"Maaf." Hana masuk ke dalam ruangan Nyonya Tiwi.
"Jika tante ingin menyampaikan sesuatu, tante bisa berbicara dengan Hana. Soalnya Ella tidak selalu memegang ponsel tante."
Selesai membicarakan tentang peragaan busana, Ella dan Hana pamit undur diri pada Nyonya Tiwi.
"Bagaimana?" tanya Hana saat keduanya berjalan keluar dari butik Nyonya Tiwi menuju mobil mereka terparkir.
"Selanjutnya akan di kirim ke email aku. Nanti kamu bisa lihat di sana." jelas Ella.
*****
"Dua kali. Dua kali dia mengabaikan ku. Ella." geram Vano merasa kesal.
Untuk pertama kalinya Ella mengabaikannya. Biasanya sesibuk apapun Ella, pasti dia akan menerima panggilan telepon darinya.
Ponsel Vano berdering. Di lihatnya layar ponsel dengan senyum menakutkan.
HONEY calling.
Maaf sayang, tadi aku sibuk.
^^^Kamu di mana.^^^
Perjalanan pulang.
^^^Datang ke apartemenku.^^^
Tapi aku harus bersiap.
Bukankan nanti malam kita akan
malam bersama keluarga.
^^^Datang sekarang Ella.^^^
"Ke apartemen Vano."
"Baik." Hana mengantarkan Ella ke apartemen Vano.
"Kamu yakin akan ke sana?" Hana khawatir dengan Ella.
"Vano memintaku ke sana."
Mata Ella memandang jauh ke depan. Entah apa yang sedang ada di dalam benaknya sekarang.
"Kau tidak perlu menungguku."
Ella keluar mobil dan melangkahkan kakinya menuju apartemen Vano.
"Jangan lupa, nanti kamu akan makan malam bersama." Hana berteriak dari dalam mobil dengan kepala menyembul keluar dari jendela mobil.
Di pencet kode apartemen Vano. Ella langsung masuk kedalam dan memeluk tubuh Vano dari belakang. Vano berdiri di dekat jendela menatap keluar dengan segelas wisky di tangannya.
"Maaf. Tadi aku sibuk."
"Apa tidak ingin kau mengulanginya lagi. Ini yang pertama dan terakhir." Vano meneguk habis wisky di dalam gelas tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Zainab Ddi
Ella vano tuh cowok cananova Uda cari yg lain aja
2022-06-18
1
Jupilin Kaitang
vano egoh ,ella kenapa bertahan dengan lelaki bila mau tubuh baru jumpa ini bukan cinta tapi hak milik seperti banda bila guna baru cari.
2022-06-14
1
rivana
kira2 siapa ya MC laki2 nya...
smga Ella bisa melepas Vano itu?
2022-06-14
1