"Ahh,,," suara ******* keluar dari mulut Ella saat lidah Vano bermain di dalam goa miliknya.
Vano mencium dan mengecup seluruh tubuh Ella. Membuat kulit putih Ella bertaburan bintang hasil karya dari bibir Vano.
"Sempit dan nikmat." Vano memasukkan pusakanya ke dalam goa milik Ella yang sudah basah.
Mereka melakukan olahraga panas di ruang tamu apartemen Vano. Pakaian keduanya berserakan di ruang tamu.
"Vannn,,, ahhh,,, say,,,,anggg."
"Ella. Sebut namaku." bisik Vano dengan suara serak yang semakin menambah panas suasana.
Peluh keringat membasahi badan keduanya. Deru nafas bersahutan di antara dua insan yang sedang merasakan nikmatnya bercinta. Bahkan mereka melakukan sampai tiga kali pelepasan.
Mereka menjatuhkan badan di kursi ruang tamu saat keduanya sudah mencapai puncak kenikmatan ketiga kalinya. Ella berbaring dengan posisi telentang dengan mata tertutup, tanpa benang sehelai pun yang menempel di badannya.
Vano berbaring menyamping di samping tubuh Ella. Kepalanya di letakkan di dada Ella, dengan mulut dan lidahnya masih setia bermain di bukit kembar milik Ella.
Di tatapnya Ella yang sudah terpejam. Seolah tidak terusik dengan gangguan kecil dari Vano. Ujung bibir terangkat di saat dirinya melihat mata Ella yang masih terpejam.
Ponsel milik Vano berdering menghentikan aktivitas Vano.
"Iya ma, Vano sedang bersiap."
Vano menjawab panggilan telepon dari mamanya. Mengingatkan dirinya untuk datang makan malam.
"Ell, bangun. Bersiaplah untuk makan malam. Semua sedang menunggu."
Ella membuka kedua matanya dengan malas. Raut wajahnya terlihat malas untuk bangun dari tidurnya karena rasa lelah akibat permainan Vano.
"Kenapa kamu tersenyum." Ella melihat Vano sedang menatap dirinya dengan senyum di bibirnya.
"Indah." jari Vano menunjuk ke arah bintang-bintang yang dia ciptakan di sekujur tubuh Ella.
Ella mengacuhkan Vano dan berjalan menuju kamar mandi. Dia berjalan tanpa busana dengan raut wajah di tekuk.
"My baby." gumam Vano tersenyum melihat Ella berjalan.
Teeet....
Bel apartemen Vano berbunyi. Segera dia memakai kaos dan celana miliknya. Lalu membuka pintu.
"Waow.." batin Reza setelah masuk dan melihat keadaan ruang tamu apartemen Vano.
Reza berdiri mematung dengan tangan memegang paper bag. Tangan Vano sibuk memunguti pakaian Ella yang bertebaran di ruang tamu.
"Sayang,,, aku tidak membawa baju untuk makan malam."
Glekkk
Reza menelan ludah melihat Ella memakai handuk sebatas paha. Memperlihatkan dua bukit kembar yang menyembul dari balik handuk. Kulit putih yang kontras dengan bintang yang di buat oleh Vano
Reza menundukkan kepala. Menjaga pandangan matanya saat dia sadar bosnya menatap tajam ke arah dirinya.
"Maaf Non Ella. Ada titipan dari asisten anda."
"Bagaimana bisa ada padamu asisten Reza."
Ella menerima paper bag yang di berikan oleh Reza. Reza tetap menundukkan kepala tanpa berani melihat ke arah Ella.
"Saya bertemu dengan Hana saat di parkiran apartemen."
"Terimakasih." Ella membalikkan badan, berjalan menuju kamar dan bersiap.
"Jaga pandangan matamu dari wanitaku." ucap Vano dengan penekanan.
Reza hanya diam tanpa menjawab perkataan bosnya. Dia belum berani untuk mengangkat kepalanya dan bertatapan langsung dengan Vano.
"Huh,, membuat jantungku bekerja dengan cepat."
Reza membanting badannya sendiri ke sofa saat Vano sudah pergi dari hadapannya.
"Jaga pikiranmu Reza. Jangan sampai nyawamu taruhannya." batin Reza saat sekelebat bayangan tubuh seksi Ella muncul di benaknya.
"Banyak sekali." Ella menghadap ke cermin menyamarkan bintang buatan Vano di kulit tubuhnya yang tidak tertutup oleh gaunnya menggunakan make up.
Vano keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Diliriknya Ella, tapi dia seakan tidak terganggu dengan Vano. Ella masih sibuk dengan make up nya.
"Ekhem, ekhem." Vano sedang memakaikan pakaian pada tubuhnya yang berpeck-peck tersebut.
Ella seperti mengerti arti deheman dari Vano. Dia bangun dari duduknya dan membantu Vano menggunakan kemeja.
Tangan terampil milik Ella membuat penampilan Vano menjadi sempurna. Mata elang Vano meneliti Ella dari ujung kaki sampai kepala.
"Selesai. Kita berangkat."
Tangan kekar milik Vano menyambar pinggang ramping Ella dan membawanya ke dalam pelukannya.
"Jangan pernah bermain dengan lelaki lain di belakangku." bisiknya sambil menyelipkan anak rambut Ella ke belakang telinga.
Ella dan Vano masuk ke dalam mobil dengan Reza di balik kemudinya.
"Sayang, bagaimana pekerjaanmu hari ini." Ella bergelayut manja di lengan milik Vano.
"Baik."
"Apa ada kendala?" Ella memandang ke arah wajah Vano.
"Tidak." Vano duduk tenang dengan mata mengarah ke depan.
Ponsel Vano berbunyi. Ella menyingkirkan tangannya dari lengan Vano. Ella sedikit menjauh dari Vano saat Vano mengangkat panggilan telepon.
Ella memandang ke samping. Melihat setiap tepi jalan yang di lalui olehnya. Dari kaca spion, Reza sedikit melirik ke arah Ella. Segera dia alihkan pandangan matanya. Takut Vano melihat dirinya.
Selesai berbincang dengan seseorang dengan ponselnya, Vano memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Hening,,,
Tidak ada percakapan apapun selama di dalam mobil. Sesekali Ella menghela nafas panjang. Membuang rasa bosan yang tiba-tiba menyeruak.
"Silahkan nona." Reza membuka pintu mobil.
"Sudah sampai ya." Ella turun dari mobil dengan anggun.
Kedua keluarga makan malam bersama di restoran milik Tuan Danto, papanya Vano. Mereka menggunakan ruangan khusus untuk acara malam ini.
Vano menunggu Ella di samping mobil. Tangan Ella berada di lengan Vano. Dengan Reza berjalan di belakang mereka.
"Pasangan serasi."
"Betapa bahagianya bila aku yang berada disisi Tuan Vano."
"Cantik dan seksi sekali."
Setiap pasang mata yang melihat mereka pasti akan memuji mereka. Ada juga rasa iri pada diri mereka.
Sampai di dalam, Ella dan Vano menyapa semua orang yang ada di dalam ruangan. Mata Ella mencari keberadaan Reza.
"Tadi dia berjalan di belakang kami. Kenapa sekarang tidak ada." batin Ella.
Ella ingin bertanya pada Vano, tapi dia takut. Dia tidak ingin Vano marah padanya karena dirinya menanyakan lelaki lain pada dirinya.
Selesai berjabat tangan dengan semuanya, Ella dan Vano duduk di kursi tempat mereka.
"Calon mantu kita cantik sekali pa." Nyonya Risma memuji penampilan Ella yang anggun dan juga cantik.
"Terimakasih tante." Ella mendudukkan pantatnya di kursi dekat Vano.
"Calon mantu kita juga tampan ya pa." Nyonya Ane tidak mau ketinggalan. Beliau juga memuji penampilan Vano.
Vano tersenyum dan mengangguk ke arah Nyonya Ane.
"Sebentar ya sayang, kita sedang menunggu yang lain." ujar Nyonya Risma.
Tidak lama datanglah Oma Yeti, ibu dari Nyonya Risma. Dengan seorang perempuan di sisi beliau.
"Maaf. Membuat kalian menunggu. Kenalkan, dia Lena. Asisten baruku." Oma Yeti mengenalkannya pada kami.
Acara makan malam di mulai. Setelah selesai, semua orang berkumpul sekedar untuk mengobrol di ruangan sebelah tempat kami makan malam.
"Ella, bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Baik Oma, semua berjalan dengan lancar."
"Kapan kalian akan menikah. Atau, kalian memang tidak ingin menikah." Oma Yeti menyorot tajam pada Ella.
"Mereka sama-sama masih sibuk ma. Biarkan saja dulu." ucap Nyonya Risma.
"Vano itu pengusaha tampan dan mapan. Kamu tidak akan kekurangan apapun jika menikah dengannya."
"Ella juga dari keluarga yang mapan. Dan bisa kami pastikan, sampai saat ini dia tidak pernah kekurangan apapun." ujar Nyonya Ane.
Nyonya Ane tidak suka melihat putrinya di sudutkan. Sebagai seorang ibu, beliau merasa sakit hati.
"Lagi pula siapa sih yang tidak kenal dengan keluarga Tuan Haris Subagyo." ujar Nyonya Risma sambil menepuk paha calon besannya.
"Jeng bisa saja. Bukankah keluarga Tuan Danto lebih di kenal dari pada kami." ucap Nyonya Ane.
Kedua calon besan saling merangkul dan tertawa. Oma Yeti melihatnya dengan sinis.
"Mari kita berbicara adi ruang sebelah." Tuan Danto mengajak Tuan Haris ke tempat privasi untuk membicarakan masalah bisnis.
"Maaf Nyonya Yeti. Saya tinggal dulu. Mari semua." pamit Tuan Haris.
Vano seperti biasa, dia tidak peduli dengan sekitarnya.
"Van, antar Oma pulang. Ayo Lena." Oma Yeti beranjak dari duduknya.
"Saya pulang dulu. Maklum sudah tua. Tidak kuat jika duduk terlalu lama."
"Hati-hati Nyonya." ucap Nyonya Ane.
"Hati-hati ma." ujar Nyonya Risma.
"Hati-hati Oma. Terimakasih." kata Ella.
"Vano mau mengantar Oma dulu ma, tante." Vano pamit pada mamanya dan mama Ella, tanpa menyebut nama Ella.
Oma meninggalkan ruangan beserta Lena dan Vano.
"Ma, tante. Ella keluar sebentar ya. Mau lihat-lihat di luar." pamit Ella.
"Tapi Vano sedang mengantar Oma sayang."
"Ella hanya di luar saja tante. Belum ingin pulang."
"Kamu sama siapa sayang?" tanya mamanya.
"Sendiri ma. Ella keluar ma, tante."
Ella berjalan meninggalkan ruangan. Ella melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Tiba di samping restoran, ia bingung sendiri.
"Huft,,, terus mau kemana. Ella Ella." Ella berkata pada dirinya sendiri sambil menengok ke kanan dan kiri.
Matanya menangkap lampu hias yang cantik di dekat restoran. Ella melangkahkan kakinya meninggalkan restoran. Menuju taman kecil di dekat restoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Zainab Ddi
vano gimana Uda ada asisten bukany sama Ella malah anter no Omay
2022-06-18
0
Yeni Sinam
2. c UUD
2022-06-16
1
Jupilin Kaitang
sudah puas becinta terus diabaikan lelaki apa ne ella sedarlah kelakuan kekasimu ,kou itu seperti barangnya vino yang tidak boleh dilihan orang lain tapi vino bila2 saja bermain dengan perempuan seanaknya
2022-06-14
2