Terjerat Pesona Gadis Desa

Terjerat Pesona Gadis Desa

Ch. 1

Di sebuah klub malam kenamaan di pusat kota, terdengar dentuman musik EDM (Electronik Music Dance). Semua orang bercampur baur menjadi satu, tak ada kata miskin ataupun kaya, mereka tetap berjoged, menari, menikmati setiap hentakan dari irama musik yang memekakkan telinga sambil menyesap aneka minuman beralkohol.

Sedangkan di sebuah ruangan VIP, tampak 3 orang pria berusia matang dan berwajah tampan yang sedang asik berbincang sambil meminum cairan berwarna kuning. Ketiga pria itu merupakan tuan muda dari keluarga pengusaha ternama dengan Berryl Van Houten sebagai pemimpinnya.

Dengan tangan kanan berada di atas pegangan sofa dan kaki terlipat, Berryl menyelipkan rokoknya dilipatan bibirnya dengan tangan kiri, menghisap lalu meniupkan asap ke udara. Asap pembakaran batangan tembakau itupun menyeruak memenuhi ruangan khusus bagi pelanggan berkantong tebal tersebut. Tatapan matanya tajam, rahangnya tegas, otot-otot tubuhnya terlihat kencang dan seksi, dan kulit kecoklatan membuat Berry terlihat begitu gagah dan hot. Begitu pula kedua temannya, si kembar Vano dan Vino, mereka begitu tampan dan gagah. Si kembar yang banyak digilai wanita. Kulitnya lebih putih dari Berryl, tapi tetap saja , kadar ketampanannya masih di bawah Berryl.

"Ryl, gue kemarin ketemu Nova! Dia nanyain loe! Dia juga minta nomor telepon loe. Kayaknya dia masih suka deh sama loe dan berharap loe bisa berikan dia kesempatan." tukas Vano setelah meminum bir miliknya.

"Nova? Huh, ... " Berry meniup asap rokoknya sambil tersenyum miring. "Sepertinya dia nggak ada kapoknya mau deketin gue. Dia pikir gue tertarik sama perempuan kayak dia. Cih ... Najis." desis Berryl sinis. Ya, begitu lah sifat Berryl, sangat angkuh dan susah didekati. Ia terlalu menganggap tinggi dirinya. Ia tak suka melihat orang-orang mendekatinya sebab ia yakin setiap orang yang berusaha mendekatinya pasti memiliki niat terselubung dan itu semua telah terbukti. Hanya Vano dan Vino saja teman terdekatnya.

"Iya sih Van, loe tau kan gimana j@langnya si Nova itu. Masa' Minggu lalu gue liat dia jalan sama om nya Daren masuk ke dalam hotel. You know lah ngapain kalau laki sama perempuan jalan sambil rangkulan terus masuk ke dalam hotel." tukas Vino yang sudah bergidik jijik membayangkan sahabatnya jadian sama gadis seperti Nova.

"Really? Oh my God, itu mungkin yang dinamakan the real j@lang." tukas Vano sambil tergelak.

Vano dan Vino memang bukan cowok baik-baik, mereka suka minum alkohol dan gonta ganti pacar, tapi mereka tidak pernah sampai melewati batas. Yah paling make out saja, untuk menguji kenormalan diri mereka. Itupun bukan karena diri mereka yang ingin, tetapi para gadis itulah yang dengan senang hati melemparkan diri mereka kepada Vano dan Vino.

"Ryl, emang sampai sekarang loe belum nemuin cewek yang bisa bikin loe tertarik? Usia loe udah mau 30 bro, kasian Tante Ivanka yang udah ngebet banget liat loe kawin eh nikah maksudnya. Kalau udah nikah baru deh kawin." tukas Vano sambil menyengir lebar.

Wajah Berryl tiba-tiba berubah menjadi gelap, perihal pernikahan memang jadi suatu yang sangat sensitif baginya.

Berry mendengus lalu menenggak habis bir yang di hadapannya.

"Udah Van, udah tau masih mau ditanyain. Nikah itu bukan cuma karena suka atau tertarik, ada kebutuhan biologis yang mesti disalurin kalau torpedo Berry aja nggak pernah mau bangun walau dihadapan cewek seksi, gimana dia mau nikah. Entar baru sehari nikah, tuh cewek langsung minta cere gara-gara torpedo Berry nggak bisa bangun." tukas Vino yang membuat Vano sukses tergelak hingga ekor matanya basah.

Berry diam saja mendengar kata-kata Vino sebab begitulah adanya. Ia selama ini tak pernah dekat dengan cewek, bukan hanya karena tidak tertarik, tapi juga ia tak pernah merasakan dirinya bergairah. Bahkan mamanya, Ivanka sampai pernah menjebaknya di dalam sebuah kamar hotel dengan seorang gadis cantik yang hendak dijodohkannya. Gadis itu memakai lingerie seksi, tapi yang terjadi justru Berryl bergidik jijik dan mengusirnya dengan kasar. Sejak saat itu, Berryl makin merasa ngeri berdekatan dengan yang namanya perempuan.

Pernah juga Berryl memberikan kesempatan pada gadis-gadis yang hendak mendekatinya dan akan menerima cinta mereka dengan syarat bisa membuatnya bergairah. Berryl sengaja melakukan itu untuk menghapus cap impoten yang melekat padanya tapi semua sia-sia, bukannya torpedonya bangun, ia justru makin merasa jijik melihat tingkah para gadis yang diragukan kegadisannya itu.

Dua perempuan yang ada dalam hidupnya hanya mama dan adiknya saja, tak ada yang lain. Oleh karena itu, Ivanka sampai menyebarkan sayembara untuk mencari calon menantu yang dapat menaklukkan Berryl kepada teman-temannya. Namun hingga kini, ia belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Cap lelaki impoten pun makin kuat melekat pada diri Berryl membuat Ivanka dan Abelano Van Houten, ayah dari Berryl makin pusing tujuh keliling.

"Kenapa loe nggak pernah mau periksa sih Ryl? Kan kalau memang loe ... sorry ... impoten, loe bisa langsung berobat. Emang loe nggak kepingin apa punya pacar atau punya istri? Gue aja yang suka main solo aja ngerasa enak apalagi kalau bisa masuk ke tempat yang semestinya, pasti lebih wow lagi." ujar Vano sambil tersenyum jahil.

"Loe suka main solo?" tanya Vino dan Berryl bersamaan membuat Vano tersedak karena keceplosan.

Vano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menyengir kuda.

"Hei, so what's? Mending solo karir daripada masuk ke sarang yang tidak semestinya." tukas Vano membela diri.

Berryl dan Vino pun tergelak bersama saat mendengar penuturan Vano. Tapi apa yang dia katakan ada benarnya, dari pada masuk ke sarang sembarangan yang bisa mendatangkan berbagai risiko, mending bersolo karir, bukan.

...***...

"Dita ... " teriak Megan. "Sepatu gue kenapa kotor gini? Loe tau kan sepatu ini mahal." pekiknya lagi membuat Lidya, sang ibu keluar.

"Ada apa sih Meg, pagi-pagi udah teriak-teriak udah kayak Tarzan aja."

"Ia mama, kok ngatain Megan Tarzan sih?" ujar Megan kesal. "Ini nih ma, sepatu Megan kok kotor kayak gini. Pasti ini ulah gadis sialan itu. Dia nggak suka liat Megan punya sepatu bagus jadi dia sengaja mengotorinya." omel Megan.

Lidya berdeham sejenak, sebenarnya Lidya lah yang membuat sepatu Megan kotor. Lidya yang memakainya kemarin. Namun, karena jalanan yang licin, Lidya hampir terpleset sehingga sepatu itu terkena tanah becek di jalan yang ia lalui. Tapi Lidya tentu tak mau mengaku, kalau ada kambing hitam yang bisa disalahkan, kenapa tidak.

Kesal Hanindita atau yang lebih sering dipanggil Dita itu tidak kunjung keluar menemuinya, Megan pun segera ke belakang mencarinya.

"Heh, sialan!" umpat Megan seraya menyiramkan seember air ke atas kepala Hanindita yang sedang mencuci pakaian.

Byur ...

"Aaaakh ... " pekik Hanindita terkejut.

"Loe apain sepatu gue, hah? Pasti loe yang pake sampai kotor kayak gitu kan! Udah gue bilang, jangan pernah sentuh barang-barang gue dengan tangan kotor loe itu, tapi masih aja. Apa loe udah bosan hidup, hah!" teriak Megan dengan wajah merah padam.

"Sepatu? Aku nggak ada pakai sepatu kamu. Sepatu yang mana pun aku nggak tau. Kenapa kamu malah menuduhku?" cecar Hanindita dengan mengerutkan keningnya.

"Kalau bukan loe, siapa lagi? Ayo ngaku, sialan!" bentak Megan seraya menendang ember yang tadi digunakannya untuk menyiram Hanindita.

Hanindita bungkam kemudian melanjutkan kegiatan mencucinya. Percuma membela diri, benar ataupun salah tetap saja ia yang disalahkan.

"Kenapa diam, breng-sek!"

Bugh ...

Megan menendang punggung Hanindita hingga wajahnya hampir tersungkur ke dalam bak cucian. Hanindita membungkam mulutnya dengan mata terpejam, kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya.

"Harusnya loe tau diri, loe itu nggak pantes pake barang-barang mewah kayak punya gue! Awas kalo sekali lagi loe pake barang-barang gue, bisa habis loe di tangan gue!" desis Megan sebelum membalikkan badan meninggalkan Hanindita yang matanya telah memerah.

Hanindita menengadahkan kepalanya ke langit yang terlihat cerah hari itu. Dalam hati, ia hanya bisa bergumam, agar segera dipertemukan dengan ibunya yang telah tiada. Hanindita tidak pernah muluk-muluk dalam hidupnya. Ia tak pernah berharap akan sesuatu apalagi yang namanya kebahagiaan sebab baginya bahagia itu adalah mati. Sebab sepanjang hidup yang ada hanyalah kesedihan. Tiada kebahagiaan. Bahkan ia pun sudah lupa cara tersenyum. Kebahagiaan itu hanya ada saat ibunya masih ada, tapi setelah ibunya tiada, tiada hari tanpa kesedihan dan kesakitan.

'Ibu, Anin kangen.' lirih Hanindita dengan bulir kristal menetes dari pelupuk matanya.

...***...

Mampir ya kak ke karya othor yang baru! Atau bisa langsung klik nama othor untuk liat karya othor yg lainnya. ☺️

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Kusmia Mia

Kusmia Mia

kak author jgn dibikin tokoh ceweknya lemahhh

2024-06-22

0

husniyah fadhilatul hasana

husniyah fadhilatul hasana

yaampun mau aja dita ditindas g ngelawan

2024-03-05

2

Bzaa

Bzaa

ya ampun Bru part awal kenapa udah mengandung bawang ya.... 😉

2024-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!