Ch.3

Seperti permintaan Ivanka, Berryl pun pulang ke rumah untuk mengikuti makan malam yang telah dirancang sang mama apalagi kalau bukan untuk menjodohkan dirinya dengan gadis-gadis yang entah mengapa tak pernah membuatnya tertarik itu. Sebenarnya ia sudah sangat jengah mengikuti setiap permintaan Ivanka. Ia sudah sering menolak, tapi Ivanka tetap memaksa. Mungkin mommy nya itu telah terkenal sindrom menantu menantu sebab ibunya itu sepertinya sudah tidak sabar lagi untuk memiliki seorang menantu.

"Nah, itu Berryl sudah datang!" sambut Ivanka sumringah. "Sini Ryl, perkenalkan Rihanna, anak uncle Daffi dan aunty Helena." ucap Ivanka sembari menarik lengan Berryl agar bersalaman dengan Rihanna.

Rihanna pun mengulurkan tangannya dengan mata berbinar. Wajah tampan Berryl ternyata langsung membuat Rihanna terpesona. Bukan hanya tampan, tubuhnya pun besar, tinggi, kekar, dadanya bidang, bahunya lebar, rahangnya tegas, dengan otot-otot yang begitu menonjol. Padahal tubuhnya tertutup kemeja tapi tetap tak mampu menyembunyikan otot-otot itu.

"Rihanna." ucap Rihanna penuh percaya diri sambil tersenyum semanis mungkin.

Berry pun menyambut tangan itu dengan wajah datar tanpa mau bersusah payah menyebutkan namanya kemudian langsung melepaskan tangannya. Dia memang enggan bersentuhan secara langsung dengan orang lain apalagi yang berjenis kelamin perempuan.

"Ryl, namamu!" sentak Ivanka marah saat melihat Berryl acuh tak acuh bahkan tak mau menyebutkan namanya.

Berryl mengerutkan dahinya, "Bukankah mommy sudah memberitahukannya." ketus Berryl membuat Ivanka merasa tak enak hati pada Daffi dan Helena. Setelah mengatakan itu, Berryl pun duduk di kursi yang berseberangan dengan Rihanna. Melihat sifat dan sikap Berryl, 3ntah mengapa Rihanna merasa tertantang.

"Maafkan Berryl ya Daf, Helen, dia emang suka ketus gitu kalau dengan orang yang baru dia kenal." ungkap Ivanka tak enak hati, sedangkan Abelano, ayah dari Berryl hanya diam saja. Ia tak mau ikut campur urusan sang istri. Bila itu yang terbaik untuk putranya, ia tak masalah.

Tak lama kemudian, makan malam itu pun dimulai. Sesekali terjadi perbincangan di meja makan itu. Tetapi percakapan hanya didominasi oleh Ivanka dan Helena. Sesekali Abelano dan Daffi ikut menimpali apalagi yang berhubungan dengan dunia bisnis dan ekonomi.

Setelah selesai makan, Ivanka menyarankan Berryl sedikit berbincang berdua dengan Rihanna. Dan di sinilah mereka sekarang, di balkon lantai atas yang menghadap langsung ke kolam renang. Malam itu terlihat lebih kelam sebab tak.ada satupun bintang menghiasi langit. Hanya ada angin malam yang berhembus dingin membuat Rihanna yang hanya mengenakan mini dress merasa sedikit kedinginan.

Berryl bersandar di dinding dengan posisi sedikit menyamping. Tangannya berada di dalam saku celana, sedangkan pandangannya jatuh ke kolam yang terlihat sedikit terang karena pencahayaan lampu.

Rihanna pun menyusul bersandar langsung di pembatas balkon sambil sesekali melirik Berryl yang tampak diam, dingin tak tersentuh.

"Kau pasti tau bukan tujuan pertemuan ini?" tandas Berryl tiba-tiba membuat Rihanna sedikit mengubah posisinya agar bisa benar-benar melihat Berryl secara langsung.

"Hmmm ... karena itu mom tertarik dan ingin aku mencobanya." tukas Rihanna dengan tersenyum lebar.

Berryl bergerak lalu duduk di salah satu kursi yang ada di balkon. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Begitu pula kakinya, ia lipat. Aura penguasa yang mengintimidasi langsung menguar dari sorot matanya.

"Aku ingin kau segera mundur." tegas Berryl.

Senyum yang tadi mengembangkan, lantas berubah jadi datar. Ia menatap Berryl tak percaya, mengapa laki-laki ini begitu dingin dan angkuh. Ia tak terima perlakuan ini. Sebab ia lah ratunya. Biasanya dirinya lah yang menolak, bukannya ditolak seperti ini. Harga dirinya seketika terluka dengan sikap Berryl itu.

"Mengapa?"

"Sebab aku tak tertarik." tandasnya membuat Rihanna geram.

"Kau bercanda?"

"Apa wajahku terlihat sedang bercanda?" tukasnya dengan satu sudut bibir terangkat ke atas.

"Apa aku kurang cantik? Kurang seksi?"

"Bukan."

"Jadi? Jelaskan dengan spesifik apa alasanmu menolakku?" cecar Rihanna sambil berusaha mengontrol kekesalannya.

"Tak ada alasan lain. Aku hanya tidak tertarik."

"Apa gosip itu benar?"

"Entahlah. Bisa jadi." tandasnya acuh.

"Beri aku kesempatan untuk mencobanya. Sebentar saja. Aku yakin, aku mampu membuatmu jadi tertarik padaku."

"Are you sure?" sinis Berryl.

Tanpa menjawab pertanyaan Berryl dan tanpa rasa malu Rihanna duduk di pangkuan Berryl dan menyapukan bibirnya di atas bibir Berryl. Ia memagut dan melu*matnya penuh napsu, tapi Berryl justru tak bergeming. Merasa Berryl belum juga terpancing, tangan Rihanna bergerak menyusuri punggung, pundak, lalu ke dada Berryl sambil menggerakkan bokongnya. Tapi bukannya terpancing, Berryl justru tersenyum smirk di sela ciuman Rihanna. Rihanna pun melepaskan ciumannya sambil menatap tak percaya pada Berryl. Bagaimana mungkin pria ini tak bereaksi sama sekali. Bahkan kejantanannya di bawah sana pun masih seperti semula.

Rihanna dengan cepat berdiri dan menatap sinis Berryl.

"Sepertinya apa yang dikatakan orang-orang itu benar. Hah, walaupun kau tampan dan bertubuh bagus juga kaya raya, aku takkan sanggup hidup dengan lelaki yang tak mampu erek*si. Kau tau, bagaimana nikmatnya bercinta itu?" senyum mengejek terbit di bibir Rihanna. "Rasanya seperti ke surga." imbuhnya membuat Berryl tak kalah tersenyum sinis.

"Yah, terserah orang-orang mau menilaiku seperti apa! Mungkin juga aku tak tertarik sama sekali padamu sebab kau ... sudah seperti tempat sampah." desis Berryl tanpa ragu menghina Rihanna. "Tempatnya menampung benih-benih sampah dan aku ... bukankah sampah. Benihku terlalu berharga untuk ditabur di tempat sampah." imbuhnya lagi dengan menekan kata sampah dan tersenyum mengejek. Lalu Berryl pun segera berdiri meninggalkan Rihanna yang sudah begitu geram.

Lalu dengan cepat ia kembali ke tempat orang tuanya berada dan mengajak mereka pulang. Tak ada gunanya berada di sana. Ia tak mau dijodohkan dengan lelaki yang memiliki kelainan seksual seperti Berryl ujarnya.

Ivanka hanya bisa menghela nafas pasrah. Kali ini, ia benar-benar menyerah.

...***...

Di lain tempat, tampak seorang gadis tengah meringis kesakitan seraya mengoleskan obat luka ke punggungnya. Lagi-lagi ia mendapatkan perlakuan kasar dari keluarga itu. Hanya karena fitnah Morgan, ayah dan ibu tirinya menyiksa dirinya. Dirinya yang hendak dilecehkan, tapi dirinya yang disalahkan karena berusaha menggoda Morgan. Demi Tuhan, ia takkan mungkin melakukan perbuatan tercela itu. Tapi ayahnya tak percaya pembelaan dirinya dan lebih memilih memukulnya membabi buta menggunakan ikat pinggangnya.

Hanindita mengambil foto ibunya yang selalu ia simpan di bawah bantal. Dipandanginya foto itu dengan lekat. Tirta bening mengalir saat memandangi sosok cantik dalam foto itu.

"Bu, Anin kangen. Bu, kenapa ibu pergi ninggalin Anin. Anin ingin ikut ibu. Bu, kenapa ayah jahat sama Anin? Apa salah Anin? Mengapa ayah sangat benci sama Anin? Bu ... " lirih Hanindita dengan berurai air mata.

...***...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒍𝒂𝒌 𝒏𝒚𝒂 😤😤😤

2024-04-09

0

Yani

Yani

Ayah ga ada ahlak menyiksa darah daging sendiri

2024-02-17

0

Evita

Evita

Kok bisa ada seorang ayah yg bgtu sadis ya, tlng Dita thor 😭

2023-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!