Aku Bukan Pelakor
Malam itu hujan turun dengan lebatnya.Terdengar samar-samar tangisan seorang perempuan.Mencoba untuk mengetuk hati nurani orang yang berlalu lalang di jalan.Gadis yang bernama Alenka itu berusaha untuk meminta bantuan orang yang lewat.
"Tolong Pak. Tolong bawa Ibu saya ke Rumah Sakit." ucapnya sembari menangis di bawah derasnya hujan.Sesekali matanya menatap Ibunya yang terbaring di emperan toko yang tidak jauh dari dia berdiri.
Dinginnya air hujan tidak dirasakan oleh gadis itu.Berharap masih ada hati nurani yang terketuk dan menolong dia dan Ibunya.Sejam yang lalu dia diusir oleh Ayahnya yang telah terprovokasi oleh selingkuhannya.Dalam sekejap mata hidupnya hancur,dari seorang anak dari keluarga yang berkecukupan menjadi seorang gelandangan.Karena,Ayahnya mengusir dia dan Ibunya tanpa memberi uang sepeserpun.
"Kenapa Engkau begitu tidak adil Tuhan? Kenapa semua ini harus aku alami?" protesnya kepada Sang Khalik.
Alenka kembali mencegat mobil yang lewat dengan maksud meminta bantuan supaya membawa Ibunya ke Rumah Sakit.Tapi,tak satu pun dari pengemudi mobil itu yang mau menolongnya.Sampai akhirnya ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya.Dengan tersenyum senang Alenka menoleh kepada pemuda yang turun dari mobil itu dengan membawa payung untuk melindungi dirinya dari hujan.
"Tolong Tuan. Tolong bawa Ibu saya ke Rumah Sakit." mohonnya dengan memegang kaki pemuda itu.
Pemuda itu pun lalu menyuruh Alenka berdiri.Lalu pemuda itu menyuruh seseorang yang ada di dalam mobilnya untuk mengangkat wanita paruh baya yang terbaring di pinggir jalan itu membawanya masuk ke mobil.Dengan air mata yang masih mengalir Alenka berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada pemuda itu.
"Masuk! Aku akan mengantar Ibu kamu ke Rumah Sakit terdekat." ucap pemuda itu.Dan tanpa ragu Alenka ikut masuk ke dalam mobil bersama Ibunya yang sudah tak sadarkan diri.
Air mata masih membasahi pipi Alenka yang sesekali mencium tangan Ibunya.Terlihat jelas betapa sayangnya Alenka kepada Ibunya.
Gio Radika Saputra adalah nama pemuda yang menolong Alenka itu.Seorang pengusaha yang juga berlatar belakang sebagai ketua Gengster yang paling ditakuti di kota itu.
"Kalau boleh tahu apa yang terjadi sama kamu?" tanya Gio,begitu orang kerap memanggilnya.
Alenka hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan dari pemuda itu.Bahkan hanya tangisan yang terdengar oleh Gio.Ya,Gio paham kalau Alenka tidak mau menjawab pertanyaannya.Itu sebabnya Gio memilih untuk kembali terdiam.Sementara Alenka masih menangis melihat Ibunya yang belum bangun.Hawa dingin semakin terasa di dalam mobil yang berisikan 3 orang itu.
Begitu sampai di Rumah Sakit terdekat sopir yang juga asisten Gio itu kembali mengangkat Ibunya Alenka dan membawa ke ruang gawat darurat.Alenka terlihat sangat cemas ketika dokter memeriksa Ibunya di dalam ruang gawat darurat itu.Mondar mandir kesana kesini bahkan duduk berdiri duduk berdiri itu yang Alenka lakukan sambil menunggu dokter selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ibunya.Dan ketika Dokter keluar dari ruang perawatan menjelaskan kondisi Ibunya.Bak disambar petir di siang bolong,Alenka terduduk lemas.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Gio mewakili Alenka.
"Tidak ada Pak,kalau ibu itu tidak dirawat secara intensif kemungkinan ibu itu untuk sembuh kecil sekali." ucap Dokter itu menjelaskan.
"Baik kalau gitu. Berikan perawatan yang terbaik. Masalah biaya saya yang akan tanggung semuanya." ucap Gio yang membuat lega Alenka.
Sejujurnya yang menjadikan beban pikiran Alenka adalah pertama dia tidak mau kehilangan Ibunya.Yang kedua,dia tidak punya biaya untuk membayar biaya rawat Ibunya.Alenka jadi kembali teringat bagaimana dengan kejamnya Ayahnya mengusir dia dan Ibunya.Dan itu menjadikan Alenka semakin membenci sosok Ayahnya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Ibu kamu pasti nggak akan kenapa-napa." ucap Gio menepuk pundak Alenka membuat Alenka kaget.
"Terimakasih atas bantuan Anda Tuan. Saya pasti akan mengembalikan uang Anda secepat mungkin setelah saya dapat pekerjaan." ucap Alenka berterimaksih.
"Nama kamu siapa? Kamu tinggal di mana?" tanya Gio yang belum sempat nanya nama tadi.
"Nama saya Alenka. Saya tidak punya tempat tinggal karena saya dan Ibu baru saja diusir oleh Ayah saya." ucap Alenka dengan menangis.
Gio menatap kasihan kepada Alenka lalu kemudian dia memikirkan sesuatu dan mengutarakan pemikiran kepada Alenka.Gio lalu mengajak Alenka untuk pulang ke rumahnya.Mata Alenka terbelalak melihat betapa mewahnya rumah pemuda yang batu saja menolongnya itu.Bahkan ketika memasuki ke dalam rumah Alenka tak henti-henti kagum melihat isi rumah itu yang tak kalah mewah.
"Kamu duduk dulu di sini!" ucap Gio menyuruh Alenka duduk di ruang tamu.Sementara dirinya naik ke atas untuk mengambil sesuatu.Tak lama kemudian Gio turun dengan membawa sebuah kertas dan pulpen di tangannya.Gio meminta Alenka untuk menandatangani surat perjanjian yang dia buat itu.
"Perjanjian kontrak nikah?" tanya Alenka terkejut membaca tulisan pada kertas itu.
"Ya,aku mau kamu melakukan nikah kontrak dengan aku selama 3 tahun." ucap Gio menjelaskan.
"Saya tidak mau." ucap Alenka menolak karena dia belum siap nikah dan dia nggak mau nikah dengan orang yang tidak dia sukai.
"Yakin tidak mau?" tanya Gio sambil menyedakepkan kedua tangannya didada.
"Ya,kita baru aja ketemu. Masa iya mau langsung nikah." jawab Alenka dengan tegas.
"Jangan lupa ibu kamu masih butuh pengobatan," ucap Gio dengan tersenyum sinis.Alenka membulatkan matanya tak percaya kalau pemuda yang begitu gagah itu ternyata mengancamnya supaya mau menikahinya.
Gio mencubit dagu Alenka dan menatapnya dengan tajam."Bagaimana apa kamu mau menikah dengan aku?" tanya Gio menatap Alenka.
"Apa nggak ada cara lain?" tanya Alenka dengan takut-takut.
Gio tersenyum sinis lagi dan melepaskan tanganya di dagu Alenka."Itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa ibu kamu." ucap Gio dengan santai.
"Tapi wanita yang mau Anda nikahi pasti banyak kenapa memilih saya?" tanya Alenka yang penasaran dengan maksud Gio.
"Tidak usah banyak tanya. Kamu mau atau nggak?" tanya Gio sedikit marah.Alenka menundukan kepalanya dia merasa berat menerima perjanjian itu tapi dia teringat Ibunya yang terbaring di Rumah Sakit.Alenka menghela nafas panjang dan mengangguk pelan.
Senyuman tersungging dibibir Gio."Oke,besok kita daftarkan pernikahan kita. Ingat jadi istri yang penurut dan tidak menyusahkan itu akan jauh lebih baik." ucap Gio menyodorkan surat itu untuk di tandatangani Alenka.
Alenka terdiam menatap kertas di depannya itu.Tangannya terasa kaku untuk memegang pulpen.Dia memejamkan matanya mengingat masa-masa bahagia bersama ayah dan ibunya dulu.Kenapa semua ini harus terjadi kepadaku.Ah,biarlah aku jalani semua ini asalkan Ibu bisa tertolong.Ibu lebih penting dari segalanya bahkan lebih penting dibanding masa depanku.
"Ibu,semua ini demi kamu." gumam Alenka sambil menandatanganin surat perjanjian itu dengan mantap.
"Bagus. Oh ya panggil aku Gio atau panggil sayank juga boleh." ucap Gio berbisik dengan meniup telinga Alenka membuat Alenka terbelalak dan merinding disekujur tubuhnya.
Gio juga mengingatkan kepada Alenka untuk tidak mencampuri urusan pribadinya.Meskipun mereka sah menjadi suami istri tapi mereka nikah secara kontrak.
"Iya, saya mengerti." jawab Alenka dengan tegas.Karena bagi Alenka yang paling penting adalah Ibunya.Dia tidak peduli dengan perasaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
aca
knp semua novel mu nama nya sama sih gk kreatif bkin nama apa gimana
2024-10-14
0
Amin Wisma
🙏🏻🤲
2023-02-20
1
Kakek Monok
salam kenal🙂🙂🙂🙂
2022-11-15
0