MAFIA GIRL AND THE TWINS

MAFIA GIRL AND THE TWINS

PROLOG

Alexandra Pierce, lima belas tahun. Ayahnya Brandon Pierce empat puluh empat tahun, sedangkan sang ibu Margarita Bowell, empat puluh tiga tahun.

Brandon adalah seorang mafia klan WhiteWolf, klan mafia terbesar, terkuat dan paling berkuasa. Kekayaan melimpah, memiliki dua puluh perusahaan legal besar dan ratusan perusahaan ilegal. Belum lagi, kasino terbesar yang menjadi pemasukan perputaran dan pajak terbesar negara adalah milik dari Tuan Pierce.

Alexa, panggilan gadis itu, tumbuh dengan didikan keras dari sang ayah. Berteman dengan kekerasan dan senjata sudah menjadi rutinitas Alexa sedari ia sudah bisa berjalan. Brandon mengajari putrinya tentang kepemimpinan baik di perusahaan juga mafia.

Hingga pada suatu hari yang indah. Brandon dan Margarita ingin pergi berlibur berdua saja.

"Sayang, kami ingin pergi. Bisakah kau di sini bersama Paman Joe mengawasi semua perusahaan Daddy?" ujar Brandon ketika hendak pergi berlibur.

"Berapa lama?" tanya Alexa tanpa minat.

"Hanya dua minggu, sayang," jawab Margarita, ibunya.

"Baik lah. Ingat, hanya dua minggu. Jika tidak ...!"

"Iya, sayang. Hanya dua minggu," potong Brandon cepat.

"Joe!" panggil pria itu.

Sosok tampan dengan tubuh tegap datang lalu membungkuk hormat.

"Kau awasi semuanya dan pastikan berjalan dengan baik!" titah Brandon lagi.

"Baik Tuan," sahut Joe masih membungkuk hormat.

"Mommy dan Daddy, pergi dulu ya," pamit Margarita.

Keduanya mencium putrinya yang baru lima belas tahun itu.

"Ingat hanya dua minggu!" tekan Alexa lagi.

"Iya, iya!" sahut Brandon, padahal kakinya baru saja melangkah.

Alexa menatap kepergian kedua orang tuanya. Ia pun kini tengah mengerjakan tugas kuliahnya. Otaknya yang berada di atas rata-rata. Membuat ia cepat menempuh pendidikannya. Mengambil kelas akselerasi. Alexa sudah mengajukan skripsi agar lulus di tahun ini.

"Nona, siang nanti akan ada pertemuan dengan para kolega tentang kerjasama pembangunan panel kelistrikan di distrik A," ujar Joe memberitahu.

"Jam berapa?"

"Dua puluh menit dari sekarang," jawab Joe.

Brak!

"Berengsek! Kenapa tidak kau bilang sebelum Daddy pergi tadi!" bentaknya kesal.

Joe hanya menunduk hormat. Memang tadi ia tak berkesempatan untuk menyatakan jadwal.

Alexa menutup laptopnya. Ia pun beranjak dari duduknya.

"Mana berkas-berkas yang harus aku tahu?" sentaknya sambil menengadahkan tangan..

"Ini Nona!"

Joe memberikan satu bundel berkas. Mata gadis itu melebar. Sepuluh file harus dipelajari dalam waktu yang cepat.

"Aaarrghh!" pekiknya kesal.

Gadis itu melirik sebal pada pria tampan yang hanya datar saja, tanpa rasa bersalah. Alexa berdecih tak suka. Dengan terpaksa ia harus membaca cepat semua file itu. Beruntung otaknya yang super genius bisa mengatasi hal itu.

Setelah ia membaca satu file ia melempar berkas itu begitu saja. Hal itu membuat Joe kerepotan karena harus dengan sigap menangkap semua berkas agar tak berhamburan. Itulah aksi balas dendam gadis itu pada bawahan ayahnya yang tampan nan rupawan itu.

Sepuluh berkas ia pelajari. Joe mengusap titik keringat di dahinya. Mengembus napas kuat-kuat agar ia tak terengah-engah. Bayangkan Nona mudanya membuang berkas-berkas yang dibaca tanpa ia tahu arah. Terkadang, Alexa seperti hendak melempar tetapi tidak jadi lalu tiba-tiba kertas itu dibuang begitu saja. Mereka berdua menaiki lift khusus. Alexa hanya memakai kaos oblong bergambar kartun Disney dan celana jeans sedengkul dan sepatu kets warna putih. Rambutnya ia kuncir kuda.

"Ambilkan blaser ku!" teriaknya.

Seorang maid harus berlari memberikan blaser warna senada dengan celananya.

"No ... na ...," ujar seorang maid dengan terengah-engah memberikan blasernya.

Alexa menyambar begitu saja, lalu memakainya. Tak perlu dandan berlebihan. Ia baru lima belas tahun dan sangat arogan juga bossy.

Sembilan belas menit ia sudah berada di ruangan meeting. Ia pun langsung menyalakan proyektor. Joe menaruh file agar terlihat jelas tulisan poin kerjasama.

"Baik saya mulai saja rapatnya. Tutup pintu, tidak ada yang boleh keluar masuk setelah rapat saya nyatakan mulai!" titah gadis itu dengan arogansi tinggi.

Ia melihat benda melingkar di lengan kirinya. Menatap kursi yang ada satu masih kosong. Dia tersenyum sinis. Ia sangat tahu, milik siapa kursi itu.

"Kita mu ...."

"Tunggu!" pekik seorang pria lalu buru-buru masuk dan duduk.

Napasnya terengah-engah. Keringat bercucuran. Kacamata tebal dan rambut berantakan. Pintu pun ditutup.

"Anda nyaris terlambat Tuan Robinson!" ujar Alexa sedikit kesal.

'Ck ... sedikit lagi padahal!' gerutu gadis itu dalam hati.

Harry Robinson, dua puluh dua tahun. Seorang pengusaha muda yang baru saja mengembangkan bisnisnya. Alexa kurang menyukainya bahkan terkesan ingin mem-buly pemuda itu.

Kacamata tebal, tubuh kurus, jas formal yang sangat kumal. Terlihat jelas jika itu adalah milik ayah dari pria itu. Sepatu pantofelnya juga bukan dari keluaran branded ternama.

"Kita mulai!" ujar Alexa.

Rapat pun berjalan cukup alot. Banyak poin-poin yang ditanyakan oleh Harry. Pemuda itu menanyakan dampak pada lingkungan sekitar dan sumber daya manusia yang digunakan. Pertanyaan-pertanyaan diluar dugaan Alexa. Gadis itu harus memutar otak dan ingatannya pada berkas yang tadi ia baca.

'Ck ... sialan pria ini. Dia mau melihat sejauh mana pengetahuanku, rupanya!' gerutunya kesal lagi-lagi dalam hati.

Puas semuanya bisa masuk dalam proyek besar ini. Harry pun tak lagi mengajukan pertanyaan. Sebenarnya, Alexa ingin sekali menendang perusahaan pemuda itu dari awal kerjasama. Sialnya sang ayah terlalu baik, hingga perusahaan Robinson corp. bisa masuk dalam pembangunan proyek raksasa ini.

"Dia memiliki sumber robot dan kontrol panel terbaik di negara ini. Jika kita tidak mengambil kerjasama dengan perusahaan ini," jelas Joe.

Alexa pun harus mengikutinya. Jika saja proyek ini tak memerlukan sumber daya yang dimiliki oleh Harry, tentu ia akan menendang pemuda culun itu jauh-jauh.

"Membuatku sakit mata saja, melihat penampilannya," gerutunya kesal.

Kedatangan Harry Robinson, membuat mood Alexa berantakan. Ia begitu marah dan ingin sekali membuat kekacauan. Ia mendatangi markas mafia, tempat ia tumbuh dan berkembang. Mengambil pistol lalu berjalan dan melakukan sweeping.

Anak buah yang tengah mengkonsumsi ganja, bermain dengan wanita malam atau yang tengah berjudi, tak segan-segan akan diberi hadiah timah panas darinya.

Perjanjian klan WhiteWolf memang begitu ketat. Semua anak buah dilarang memakai dan bermain barang yang mereka jual.

"Buka pintu itu!" bentaknya.

Brak! Joe menendang pintu itu hingga rusak dan terbuka. tiga pasang beda jenis yang tengah bergumul dan bugil terkejut.

Dor!

"Arrghh!" teriak pria bugil sambil memegang kakinya.

Senjata yang dipegang Alexa, mengeluarkan asapnya. Wajahnya sangat marah. Dua wanita cantik menutupi tubuh telanjangnya dengan seprei, keduanya ketakutan.

"Apa kau orang baru, hingga tak tau apa peraturan klan di sini?!" tekannya datar.

"No ... na ... sa ... sa ...."

"Diam!" bentak Alexa marah.

"Kau darimana?" tanyanya pada salah satu gadis dengan todongan senjata.

"Da ...dari ... dari kota V," jawab gadis berambut cokelat itu.

"Kamu?"

"Ko ... kota ... kota N," jawab satunya lagi.

"Joe?"

"Dua gadis itu baru datang dari kota mereka untuk menjadi wanita penghibur di diskotik kita, Nona!" sahut Joe langsung memberitahu.

"Apa yang pria berengsek itu janjikan pada kalian?" tanya Alexa berang.

"Dia ... dia akan membayar dan menempatkan kami di list gold, Nona," jawab gadis berambut cokelat.

Alexa tertawa terbahak-bahak. Lalu menampar dua gadis ini hingga berdarah.

"Bodoh!" bentaknya marah.

"Apa kalian tak pernah membaca apa persyaratan masuk dalam list gold?" tanya Alexa berang.

Keduanya menggeleng. Mereka memang tidak tahu menahu. Hanya ingin hidup layak tanpa harus bekerja keras. Menjadi pelayan napsu laki-laki, jika beruntung menjadi simpanan boss-boss besar.

"Joe, jelaskan pada dua wanita bodoh ini. Setelah itu kirim mereka ke kampungnya!" titah Alexa lalu meninggalkan kamar itu.

Joe hanya menghela napas berat. Ia pun menjelaskan apa persyaratan untuk masuk daftar emas, di klub elit milik atasannya.

bersambung.

hai ... hai ... ini karya terbaru othor ... yuk dukung

next?

Terpopuler

Comments

Naviah

Naviah

mampir thor

2022-11-20

1

Darmiati Thamrin

Darmiati Thamrin

menarik... lanjut baca

2022-10-28

2

Mella Soplantila Tentua Mella

Mella Soplantila Tentua Mella

next

2022-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!