MENGHILANG

Sudah mau dua minggu. Tuan Pierce dan istrinya belum memberi kabar. Alexa berkali-kali menghubungi ponsel ayahnya. Tetapi, tak juga bisa tersambung, hanya layanan operator saja menyatakan jika nomor yang dihubungi tidak aktif atau di luar jangkauan.

"Daddy di mana sih?" ujarnya kesal.

Masalahnya, ajuan skripsinya diterima dan dia bisa lulus dengan cepat. Gadis itu kembali menghubungi nomor ibunya. Hasilnya tetap sama. Ia pun mulai menangis.

"Uncle Joe!" teriaknya.

Sosok tampan langsung datang, ia membungkuk hormat.

"Nona ...."

Ada nada penyesalan dan sedih di sana. Alexa melempar pria itu dengan ponselnya. Ia berteriak kencang lalu menangis.

"Daddy ... Mami ... huuu ... uuuu ... hiks ... hiks!"

Joe tak tega melihatnya. Ia sudah berusaha mencari di mana pun keberadaan tuannya, tapi tak berhasil. Bahkan jejak pesawat jet pribadinya menghilang. Joe tak menemukan burung besi itu di mana pun. Ia mendekati nonanya yang menangis, memeluk gadis kecil itu.

Alexa memukuli Joe secara brutal. Pria itu menangkap tangan kecil. Mata basah itu membuatnya begitu terpukul.

"Uncle ... where is my Mom ... I need my mom!" pekiknya.

Joe memeluknya erat. Walau sekuat apa pun, Alexa barulah tiga belas tahun. Selama ini ia hidup bergantung pada ayah ibunya, walau banyak pelajaran dari sang ayah tentang menjalani bisnis. Tetapi, ia masih butuh kasih sayang dan belaian dari kedua orang tuanya.

"Nona ... tenanglah. Aku akan menemukannya," janji Joe.

Alexa hanya diam saja. Ia mematung sambil terisak. Tubuhnya mendadak lemas dan tak sadarkan diri. Joe panik, ia pun membawa adik angkatnya itu ke kamar, lalu menelepon dokter.

Tak lama dokter pun datang. Seorang wanita cantik memeriksa gadis kecil itu.

"Tak ada yang perlu dikawatirkan. Nona, hanya shock dan tak bisa menerima kenyataan jika Tuan dan Nyonya menghilang," jelasnya.

Joe mengangguk. Ia pun mengantarkan wanita cantik itu ke bawah. Sang dokter ternyata tertarik dengan Joe. Ia pun menempelkan tubuhnya ketika berada di lift.

"Tuan, saya sedikit phobia dengan ruang kecil dan tertutup, tadi saya naik tangga ke lantai dua ini," jelasnya.

Joe menatap manik yang memandangnya. Bibir wanita itu terbuka, memberi akses padanya untuk berbuat lebih. Lalu ciuman itu pun terjadi. Pintu lift terbuka, keduanya keluar dalam keadaan berciuman. Joe melepas bibirnya.

"Tuan," panggil wanita itu dengan pandangan berkabut gairah.

Joe bukannya tak ingin memanfaatkan situasi. Tetapi, di atas nonanya belumlah sadarkan diri. Ia mendorong jauh tubuh perempuan itu.

"Pergilah sebelum aku membunuhmu," ancamnya.

Dokter itu lalu membenahi dirinya. Ada titik air mata menetes. Ia malu sendiri, karena sudah seperti wanita penjaja cinta pada pria tampan di depannya.

"Maaf, permisi!"

Wanita itu setengah berlari, meninggalkan rumah itu. Para maid hanya terbengong.

"Biarkan dia!" titahnya.

Para maid membungkukkan badannya. Joe pun kembali ke dalam lift dan menuju lantai atas.

Ketika sampai kamar, ternyata Alexa sudah siuman. Gadis itu mencari ayah dan ibunya.

"Mam, Dad!"

"Nona ...," sahut Joe.

Alexa menatap pria itu. Ia kembali menangis. Joe mendatanginya dan merebahkan diri, lalu memeluknya.

"Aku akan menjagamu, Nona. Dengan segenap jiwa dan ragaku!" sumpah Joe.

Alexa membenamkan tubuhnya dalam rengkuhan pria itu. Ia merasa nyaman, tak lama ia pun tertidur.

Joe menghapus jejak basah di wajah cantik yang kini terpejam. Helaan napas yang teratur, menandakan gadis itu merasa nyaman. Joe mendekatkan wajahnya.

Debaran jantungnya berdetak cepat. Ia ingin sekali merasakan manis bibir yang alami. Begitu sensual dan mampu membangkitkan hasratnya.

"Tidak ... ini tidak boleh terjadi!" tegurnya keras dalam hati.

"Kau akan membuatnya jauh terluka, dan membencimu selamanya!" lanjutnya bermonolog dalam hati.

Joe mampu memendam hasratnya. Pria itu mengecup pucuk kepala gadis itu dengan rasa sayang antara kakak dan adik. Ia pun tertidur.

Tak lama, Alexa terbangun. Ia merasa nyaman dalam dekapan. Ia mengira yang memeluknya itu adalah ayahnya. Tetapi, ketika ia membuka mata dan mendapatkan Joe. Alexa pun ingat jika ayah dan ibunya menghilang tanpa jejak. Ia menatap paras tampan di depannya. Ia barulah tiga belas tahun. Bahkan otaknya tak pernah dijejali adegan mesum. Ia hanya sempat melihat ayah dan ibunya berciuman.

Cup!

Alexa mencium bibir Joe. Pria itu terbangun dan menatap gadis yang memandanginya sambil menutup mulutnya. Sepertinya Alexa terkejut sendiri dengan apa yang diperbuatnya.

"Kenapa kau menciumku, Nona?" tanya Joe heran, walau di hatinya bersorak bahagia.

Alexa menggeleng kuat. Wajahnya memerah karena malu. Ia pun bangkit dari ranjang.

"Aku lapar," ujarnya.

Joe bangkit. Alexa merentangkan tangannya. Ia meminta gendong. Pria itu membungkuk. Alexa menaiki punggungnya. Keduanya pun keluar kamar.

"Siapkan makanan!" titahnya dengan suara keras.

Para maid yang memang harus siap sedia. Langsung mengerjakan perintah. Semua makanan kesukaan Alexa terhidang. Gadis itu semringah melihat makanannya. Ia pun memakan dengan lahap.

Joe membersihkan mulut nonanya dengan tisu. Ingin sekali dengan mulutnya, tetapi ia masih waras untuk tidak melakukannya.

Alexa pun turun, ia mencabut selang infus begitu saja. Hingga membuat para maid sedikit panik, begitu juga Joe.

"Nona!"

"Sudah, aku tak apa-apa," ujarnya.

"Uncle, apa ada pergolakan pada anak buah dampak dari hilangnya Daddy?"

"Belum, Nona. Mungkin, besok jika kita belum mendapatkan kabar dari pihak penerbangan dan tenaga rescue. Kita akan mengadakan rapat besar!"

Alexa mengangguk. Kini, ia tau untuk apa ayahnya melatih dirinya sebagai seorang pemimpin. Gadis itu berdiri, tubuhnya terasa lengket.

"Siapkan air mandiku!" titahnya.

"Baik, Nona!" sahut salah satu pelayan.

"Apa Bibi Charlotte, sudah kembali dari kampungnya?" tanya Alexa.

"Besok, Charlotte baru tiba, Nona. Ada tanah longsor di jalan Xx menghambat perjalanannya," jelas salah satu pelayan.

Memang, dua hari lalu hujan deras disertai angin kencang. Hal itu yang membuat ia begitu khawatir, bandara mendeteksi pesawat ayah dan ibunya tengah terbang lalu terjadi badai dan menghilang begitu saja. Mengingat ayah dan ibunya, Alexa kembali sedih dan menangis tertahan.

"Nona ...," panggil pelayan itu sedih.

"Hiks ... hiks!"

Pelayan itu takut-takut memeluknya. Alexa membalas pelukan itu. Joe hanya melihatnya saja. Tangannya mengepal erat. Ia begitu sedih dengan apa yang menimpa nonanya.

"Air mandinya sudah siap, Nona," ujar pelayan yang keluar dari kamarnya.

"Mandikan," rengeknya.

Pelayan yang memeluk Alexa menggiring gadis itu. Lalu menutup pintu kamarnya. Wanita itu dengan telaten membersihkan nona mudanya. Setelah mandi dan memakai piyama bergambar pistol. Alexa merebahkan diri.

"Tidur lah di sini. Aku ingin dipeluk," pintanya memohon.

Pelayan itu sangat mengerti kesedihan anak majikannya itu. Ia pun merebahkan tubuhnya lalu memeluk Alexa, memberikan ketenangan.

Joe, yang tak melihat pelayan keluar lagi. Ia pun membuka pintu. Lampu kamar sudah berganti redup. Alexa dipeluk oleh pelayanan. Joe membangunkan pelayanan itu.

"Tu ...."

Joe menandakan agar pelayan diam dan turun dari ranjang. Ia akan mengganti posisi pelayan.

"Turun lah. Aku yang menjaganya," bisiknya.

Pelayan pun turun dan keluar kamar setelah pintu ditutup, Joe membuka semua bajunya dan merebahkan dirinya, ia memeluk Alexa dengan penuh kenyamanan.

bersambung.

Terpopuler

Comments

Naviah

Naviah

menarik

2022-11-20

1

Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.

Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.

gpp sm paman😁😁😁

2022-05-04

1

Erlita Nova Anjani

Erlita Nova Anjani

Sedikit membagongkan ya ..

2022-03-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!