SYAHDU DALAM SENDU

SYAHDU DALAM SENDU

Tuhan

"Aku terus berusaha mencari hikmah di balik semuanya, namun, kadang ku berfikir apa takdir sedang mempermainkan ku"

Zain Malik Fahad

"Ku percaya, bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya terjadi atas Kehendak-Nya, kehendak yang maha kuasa atas segalanya. Dan, termasuk perihal dirimu"

Asheqo Zareen

...Part 1...

...🍁🍁🍁...

“Aku tidak akan pernah mencari penggantinya bu, dia adalah yang pertama dan yang terakhir untuk ku, tidak akan ada yang lain”

Suara itu terdengar rendah, dan tenang. Namun berisi penekanan yang cukup untuk menegaskan kehendak hatinya. Ya, bagaimanapun kesalnya, lelaki itu tidak akan pernah meninggikan suaranya didepan perempuan yang ia sebut Ibu.

“Zain sayang,,,, Kamu harus membuka matamu nak, ada yang lebih baik dari dia, Ibu tidak ridho jika kamu harus bersabar hati dan mau menerima dia lagi nak”

“Biarlah terus seperti ini bu, dan akan tetap seperti ini”

Zain Malik Fahad melangkah meninggalkan kemegahan bangunan bertingkat yang membersemai banyak kenangan indah. Dengan rahang yang mengeras serta setetes air bening yang hampir jatuh dari keindahan matanya, ia memacu mobil sportnya dengan kecepatan yang tinggi. Perdebatan dengan wanita yang ia sayangi yang telah melahirkan dan membesarnya selalu membuat hatinya kacau. Ia tidak menginginkan adu mulut dengan wanita paruh baya itu, selama hidupnya sebisa mungkin ia akan menghindari adu mulut dengan sang Ibu, karena sungguh ia tidak ingin Ibu sampai terluka baik karena tindakan maupun ucapannya. Tinggallah Ibu saja yang ia miliki didunia ini, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

“Ah ****!!!

Zain membanting dengan kuat stir kemudi kearah Barat. Namun naas, kecepatan putaran tangannya tidak dapat mengindari seorang gadis yang tengah menyebrang. Mobil Zain terpental dengan sangat kuat sampai akhirnya terhenti karena telah menabrak pembatas jalan. Zain mengerjapkan matanya  yang di iringi rasa nyeri di kepala bagian kanan, membuat ia meringis kesakitan. Namun, rasa sakitnya tidak menjadi prioritas utamanya saat ini, ketika sepasang kornea yang berwarna hitam pekat itu menyaksikan tubuh seorang gadis yang berlumuran darah. Darah segar tampak mengalir dari kepala sang gadis, dapat dipastikan bahwa kepala yang dibaluti kerudung navy itu tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tatapan itu menggelap seperdetik setelah Zain merasa beberapa orang mengangkat tubuhnya.

...🍁🍁🍁...

Rumah Sakit

“Ya Tuhan,,, bagaimana kabar anak ku?” Teriak Ningsih dengan tangis yang cukup histeris.

“Bu, Ibu tenang dulu, Zain sedang ditangani didalam”

“Zain,,, kenapa bisa jadi seperti ini nak? Tidak seharusnya seperti ini sayang, kamu seharusnya tidak boleh keluar dalam keadaan marah”. Sesal Ningsih ketika mengingat kejadian beberapa jam lalu, dimana dirinya mengingat perdebatan yang terjadi antara mereka.

Dengan dibantu oleh Reza sekretaris sekaligus sahabat Zain, Ningsing duduk dengan tangisan yang masih memilukan hati.

“Keluarga Ibuk Zareen?” Tanya seorang dokter yang baru saja menangani seorang pasien yang masuk ke unit gawat darurat.

Mendengarkan itu Reza dengan segera berdiri dan menghampiri dokter. “Saya dokter”

“Bapak mari ikut ke ruangan saya”

Dengan penuh tanya segera Ningsih menghampiri Reza yang beberapa menit lalu berbicara dengan dokter yang juga menangani putranya.

“Zareen siapa Reza?”

“Dia gadis yang ditabrak Zain bu”

“Astaghfirullahal adzim...”

Air mata Ningsih kembali membasahi pipinya. Menangisi nasib putranya, dan juga nasib gadis malang yang menjadi korban kecelakaan tragis senja itu. Yang ada dipikiran Ningsih saat ini adalah bagaimana perdebatan diantara dia dengan putranya bisa sampai berakibat buruk seperti ini, dan juga membawa seseorang ke dalam hal yang tidak diinginkan siapapun, dan hal ini menjadi sesalan di hati Ningsih.

“Bawa Ibu padanya”. Dengan langkah yang cepat Ningsih menarik Reza untuk membawanya ke Zareen. Perasaan bersalah tentu, dan Ningsih harus mengetahui secepatnya keadaan gadis itu.

Lagi, air matanya tak mampu lagi di bendung, Ningsih membelai pipi gadis yang tidak sadarkan diri, selang oksigen yang membantunya untuk bernafas, perban yang melilit kepalanya, serta alat pendeteksi detak jantung menjadi alat terakhir yang suster pasang.

“Apa kata dokter?”

“Dia harus segera di operasi, benturan yang sangat kuat membuat penggumpalan darah di kepala bagian belakangnya bu”

“Lakukan yang terbaik”

Pinta Ningsih kemudian berlalu meninggalkan ruangan yang membuatnya tidak bisa membendung air mata.

...🍁🍁🍁...

Iris hitam pekat itu terbuka, perlahan ia mengitari seluruh sisi ruangan dan netranya menangkap sosok Ibunda yang nampak lelah terlihat dari raut wajah yang tengah tertidur.

“Bu...”

Panggilan lirih Zain seketika membangunkan ibunya

“Zain... Alhamdulillah, kamu sudah bangun nak”

“Aku kenapa bisa ada di rumah sakit bu”?

Pertanyaan yang pertama kali terlontar dari mulut Zain. Tentu, kebingungan karena dirinya terbaring lemah di brankar rumah sakit ini, karena kesadarannya belum sepenuhnya kembali sehingga ia tak dapat mengingat apa yang telah dilaluinya.

“Kamu makan dulu ya nak, nanti habis itu baru Ibu cerita”

Zain hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan Ibunya.

Beberapa saat kemudian Reza secara perlahan membuka pintu dan mengabarkan sesuatu yang ditunggu Ningsih.

“Bu, operasinya telah selesai, dan sekarang gadis itu telah bisa kita besuk”

Ningsing menoleh dan berucap syukur dengan apa yang barusan ia dengar.

“Alhamdulillah, terimakasih ya Allah” Ucap syukur Ningsih.

“Gadis, siapa?

Guratan kebingungan terpampang jelas di wajah pucat Zain

“Dia adalah anak yang kamu tabrak malam itu”

Deg..

Zain membisu, jadi penyebab ia berbaring di sini karena ia mengalami kecelakaan, dan yang membuat ia terenyuh bahwa dia juga mengakibatkan seseorang terluka, bahkan parah, karena sampai harus terbaring di meja operasi.

“Kamu istirahat dulu disini, Ibu mau lihat Zareen dulu”

Ucap Ningsih lembut sambil mengelus pipi putra semata wayangnya.

Sepeninggalnya Ningsih Zain hanya diam, pikirannya berkecamuk dengan hati yang gusar..

“Apa yang saya lakukan?”.

Zain mengusap kasar wajahnya, dia benar-benar merutuki kebodohannya, dan menyesali, benar-benar menyesal.

*

Ningsih menghela nafas dan kembali menenangkan diri, perlahan menarik knop pintu ruangan yang cukup besar itu, dengan fasilitas yang teramat lengkap dan hanya Zareen seorang yang berdiam disana. Benar, Ningsih akan memberikan pengobatan dan pelayanan yang terbaik untuk Zareen. Dia harus melakukannya, bentuk tanggung jawabnya, dan tentu rasa kemanusiaan yang tersembunyi di hatinya, “kasihan”, tentu, ia sangat merasa iba pada nasib yang menghampiri Zareen, nasib tragis yang menjadi musabab adalah darah dagingnya sendiri.

Ningsih membelai dengan penuh kasih sayang kepala Zareen, tak bisa ia tahan, genangan cairan bening di pelupuk matanya jatuh dan membasahi pipi wanita, dengan senyum lirih, ia merapalkan do’a dan harapan, semoga Zareen lekas bangun dan melihat keindahan dunia lagi.

TO BE CONTINUE...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Ria dardiri

Ria dardiri

mampir kak

2022-12-20

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

dari nama udah mirip, biasa ya jodoh🙃

2022-10-01

3

Rahma Dani

Rahma Dani

🤩

2022-02-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!