...Part 5...
...🍁🍁🍁...
“Hari ini tidak banyak yang dilakukan Ilna, hanya berbelanja di Mall dan setelah itu mampir minum di cafe favoritnya dan lansung pulang”
“Apakah kau yakin hanya itu?”
“Hmm ya, hanya itu”
Setelah beberapa saat akhirnya pertanyaan itu keluar, hal yang sebenarnya sedang coba ditutupi oleh Reza.
“Dengan siapa dia berbelanja dan minum di Cafe?”
“Hmmm...”
“Kau mencoba menutupinya dari ku?”
“.....”
“Siapa?”
“Dengan Fery”
“Hmmm baiklah,,,
Lain kali jangan memberikan keterangan yang terputus seperti ini, apapun yang kau lihat dan kau dengar, semuanya harus kau laporkan”.
“Baik Pak bos. Saya mengerti”
Tut..
Zain mengakhiri panggilan. Kepalanya langsung berdenyut, Zain memijit pelan dahi yang mengerut.
“Kenapa begini sayang, apa yang tidak aku berikan dan kau dapatkan dari laki-laki itu?
Kenapa kau begini, kenapa kau tidak datang kepadaku, dan minta apa saja?”
Hahh....
Zain menghela nafas kasar dan merebahkan diri di king size yang berwarna dark itu.
Larut dalam kesedihannya, Zain tidak menyadari bahwa hari telah gelap. Mentari telah berganti bulan, ia bangkit dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Mengguyur tubuh untuk sekedar menghilangkan rasa lelah, berharap lelah hati serta fikirannnya juga terenyahkan. Setelahnya ia bersiap dan memacu mobil menuju rumah sakit. Ia teringat, setidaknya ia hanya perlu memastikan apa keadaan perempuan itu masih sama atau sudah lebih baik.
Zain membuka pintu penghubung dan berjalan gontai menuju brankar Zareen. Tidak duduk di single sofanya, namun kali ini mendekat ke brankar Zareen.
Menatap dalam pada wajah pucat Zareen, ia sangat meng-iba, dengan lirih ia menumpahkan segalanya dihadapan Zareen. Zain sudah tidak kuat lagi, kenapa hidupnya bisa semenyakitkan ini hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Itu karena gadis ini, karena kehadiran Zareen, maka semuanya terjadi, semuanya hancur.
“Saya terpaksa menikahi kamu, dan membuat Ilna kecewa”
Kenapa kamu harus hadir malam itu?
Kamu tahu, dia sangat marah kepada saya sampai dia pergi dengan laki-laki lain, dia tidak hanya mendiamkan saya, namun dia merangkul tangan laki-laki lain, kamu tahu bagaimana sakitnya saya saat ini?.
Zareen, kenapa kamu harus hadir dikehidupan saya, kenapa?”
Air matanya jatuh, sakit di hatinya sudah tidak tertahankan, ia menumpahkan semuanya, pada Zareen, gadis yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya dan membuat semuanya menjadi rumit. Ia sangat membenci.
...🍁🍁🍁...
Lampu merah itu telah hidup, menunjukan kalau dokter telah memulai pembedahan.
Zain menanti di luar dengan cemas, wajahnya yang datar dan tatapan yang dingin sulit untuk ditebak. Dengan kegusaran tubuh yang tegap itu acap kali berdiri dan duduk. Kebencian belumlah berubah, masih sama, namun kekwatiran ternyata menghampiri hatinya. Entah lah, mungkin hanya takut bahwa ia akan membunuh seseorang. Kemudian ia tersadar, dan bait-bait do’a dirapalkan dalam hati semoga wanita itu baik-baik saja.
Di dalam sana, Zareen berjuang antara hidup dan mati. Pisau bedah telah membuka dadanya. Hal yang sangat menakutkan bukan?. Namun apalah daya dirinya, ini bukanlah pilihan, namun keputusan, keputusan dari pencipta akan jalan hidup yang harus Zareen terima.
Empat jam sudah, dan akhirnya selesai. Dokter senior keluar sambil membuka sarung tangan yang tadi ia gunakan berjalan keluar ruangan. Zain berdiri dan sang dokter yang mengerti memberikan senyuman, “Sir, operasinya berjalan lancar” ia menepuk pundak Zain.
Menghembuskan nafas lega, Zain mengucap syukur dan berterimakasih kepada dokter dengan wajah yang cerah.
Ia menyaksikan Zareen didorong oleh beberapa perawat, tatapan dalam yang ia berikan, senyum tipis menghiasi wajah dinginnya, di dalam dada, ia sangat mengucap syukur bahwa wanita yang telah merusak hidupnya ini baik-baik saja.
“Terimakasih ...” Ucap Zain tulus kepada perawat yang telah mengantarkan Zareen ke ruang inap kembali.
Zain mendekat, ia ingin melihat lebih dekat wajah pucat itu.
“Kau baik-baik saja, dan kamu memang harus baik-baik saja, segeralah bangun, maka tanggung jawab saya kepadamu akan usai”.
Zain melangkah keluar karena teringat bahwa ia harus mengabari Ningsih.
“Assalamu’alaikum Bu..”
Waalaikumsalam Zain, bagaimana nak? Apa operasinya sudah selesai? Dan bagaimana Zareen?” Tanya Ningsih bertubi-tubi, ia sangat mengkwatirkan menantunya itu.
“Sudah bu, dan operasinya berjalan lancar, semuanya baik-baik saja”
“Alhamdulillah Ya Allah...” Ningsih duduk dan menyeka air matanya yang telah jatuh. Alhamdulillah Ya Allah, tak hentinya ia mengucap syukur.
“Bu,,,”
“Hmm iya nak?”
“Ibu baik-baik saja?”
“Iya sayang, Ibu hanya senang mendengarnya, semoga istrimu lekas sadar ya nak, kamu jaga Zareen baik-baik ya nak, Ibu titip dia padamu”
“Hmm iya Bu, Zain akan menjaganya sampai ia siuman”
Tut...
Panggilan itu usai...
Ia tidak akan berlama-lama di bangunan yang ber aroma obat-obatan ini, Zain melangkahkan kaki meninggalkan Zareen, sendiri.
Sesampainya di apartemen, Zain langsung merebahkan tubuh, tidak berniat untuk mandi, ia sangat lelah hari ini. Mungkin lelah fikiran, serta hati.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya orang diseberang mengangkat teleponnya.
“Ah ya Zain?”
“Apa yang kan kau laporkan hari ini”?
“Tidak banyak, ia hanya berkunjung ke butik bersama mamanya, setelah itu belanja bersama, dan pulang”
“Hmm baiklah”
“kau ingin sampai kapan aku mengawasinya”?
“Sampai aku kembali”
“Ckck,,, baiklah”
“Apa ada yang ingin kau katakan”. Tebak Zain
“Apa kau mau mendengarkanku”?
“Tidak jika kau mencampuri urusanku dengan Ilna”
“Hah baiklah, maka tak ada yang ingin kusampaikan, ku matikan, besok ku beri laopran lagi, bye...”
Sudah cukup, jangan lagi kau menyuruhku untuk mengakhirinya, kau tau, aku tak akan bisa. Aku sangat mencintainya, dan aku tau, diapun sangat mencintaiku. Ilna hanya sedang marah, besok ia akan kembali lagi padaku.
Zan terlelap tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, terlelap dengan hati dan pikiran yang berkecamuk.
Di Indonesia
“Ya Allah, terimakasih karena engkau telah mengabulkan permintaan Gema Ya Allah. Allah mudahkan dan lancarkan operasi kakak, Gema berterimakasih banget ya Allah. Sekarang Gema mau minta lagi, semoga kakak cepat bangunnya ya Allah, biar kakak cepat balik ke sini, Gema sangat rindu sama kakak, rinduuu sekali ya Allah. Tolong kabulin lagi permintaan Gema ya Ya Allah, Gema gak bakal bosan deh mintanya sama Allah, Gema bakal lebih sering nemuin Allah, Gema janji. Tapi Allah janji juga ya kabulin do’a gema yang satu ini lagi. Makasih ya Allah. Aamiin allahumma aamiin”
Gema mnghapus air mata yang membasahi pipi mulusnya, air mata kebahagian yang tak terbendung, haru karena siang tadi sepulang sekolah ia disambut berita yang sangat menyenangkan hatinya. Bahkan bibir kecil itu tak hentinya mengucap syukur sejak siang, ia sangat bersyukur.
“Geamaa,,, turun nak, kita makan”. Suara Ningsih terdengar jelas memanggilnya
“Iya bukk,,, Gema turun”
“Duduk sayang” Gema mengangguk kemudian duduk di depan Ningsih
“Gema habis nangis nak”?
“Hmm he he dikit Buk”. Sungguh anak kecil memang jujur
“Kenapa”? Ningsih mengusap rambut Gema
“Karena Gema senang buk, operasi kakak berjalan lancar, jadi Gema senangnya sampai nangis deh”. Ungkap bocah itu sembari nyengir hingga menampakan gigi kelincinya.
“Owhhh ha ha, ibuk kirain kenapa, Ibuk jd cemas. Iya sayang, Alhamdulillah berkat doa Gema, Allah dengarin do’a adik yang baik kayak Gema, jadi Allah permudah. Semoga kakak lekas sadar ya, Gema minta lagi sama Allah”
“Iya buk, tadi udah Gema minta sekali sama Allah, Gema janji sama Allah bakalan minta sering-sering, jadi ntar Gema minta lagi”. Ucapnya semangat
“Pintar,,, Kalau sering ngadu nanti Allah kabulin lagi tu. Tempat kita mengadu memang hanya kepada Allah nak, gak ada kuasa melebihi kuasanya. Ya udh yuk makan”
“Iya buk, Gema mau ikan buk”
Ningsih hanya tersenyum menyaksikan tingkah Gema saat ini, ia sangat senang, bocah tampan ini sudah tidak murung lagi, ia bahkan sangat ceria, seperti layaknya anak-anak sebayanya. Semoga keadaan akan terus baik-baik saja seperti ini,pintanya.
TO BE CONTINUE
🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
zenara
astaga zain ini bodoh oon bucin akut atau gmn, kok nyalahin zareen, yang salah itu kamu terlalu percaya padahal cewekmu itu ga setia, bukan karna dia kecewa tapi karna emng suka selingkuh dasar oon
2023-02-23
1
Edelweiss🍀
terharu melihat seorang adik yg berdoa untuk kakaknya dan semoga Zain tdk menyakiti Zareen nantinya...
2022-10-04
4