Satrio kini duduk di sofa di depan Tian dengan wajah babak belur dihajar Tian sementara Yulia terlihat menangis melihat keadaan suaminya itu.
"Kau itu ibunya Yulia, kau tega melihat anakmu masih 13 tahun sudah mengalami hal mengerikan seperti ini. bagaimana dia hidup kedepannya?" Bentak Tian dan Yulia masih menangisi Satrio daripada memikirkan Imel.
"Aku akan bawa Imel ke kota dan kalian nikmati saja kebersamaan kalian sampai membusuk disini dan akan kuhetikan semua kerjasama kita. Will juga sudah tidak ada, Imel aku bawa jadi aku tidak punya tanggungjawab apapun pada kalian." Geram Tian yang sudah emosi karena Yulia tidak mau melaporkan kejadian ini ke polisi karena terlalu cinta pada Satrio.
Malam itu juga Tian membawa Imel ke kota dengan mobilnya dan mereka berkendara 5 jam lamanya untuk sampai ke rumah Tian yang merupakan apartemen mewah di tengah kota.
"Mas Tian apaan sih bawa dia kesini? Biarkan saja ibunya yang urus." Kesal Tessa istri Tian yang sudah dia beritahu tapi tidak mau mengerti.
"Ini keputusanku dan kalian semua ingat, jangan membahas ini atau uang jatah bulanan akan papi potong, berlaku juga untukmu Tessa." Tegas Tian dan seluruh keluarganya hanya diam dan patuh.
"Kamar Imel sudah disiapkan bi?" Tanya Tian dan Bi Nini mengangguk dan mengantarkan Imel ke kamarnya yang kebetulan dekat dengan kamar nya di dekat dapur karena hanya itu ruangan kosong di rumahnya.
"Maaf ya Imel, om hanya bisa berikan kamar ini, sementara tidur di kasur busa ini dulu. Besok kita belanja kebutuhnmu ya.." Tian membelai kepala Imel dengan lembut dan Imel masih dengan wajah sendunya mengangguk.
Ini juga sudah cukup bagianya meskipun kamar dirumahnya lebih besar dan ada kamar mandi didalam tapi ini juga nyaman dan yang paling penting aman untuknya.
"Istirahat dulu besok pagi ikut om ke sekolah, sudah bawa semua buku dan surat penting kan?" Tanya Tian dan Imel menganguk dan tersenyum tipis lalu Tian keluar dari kamarnya. Tak lama ada yang mengetuk dan masuk kedalam, ternyata Bi Nini.
"Nona Imel, ini susunya Tuan Tian menyuruh bibi untuk buatkan untuk non." Imel tersenyum dan menerima susu itu.
"Terima kasih bi." Jawabnya lembut.
"Maaf ya non kamarnya masih begini, besok akan kita urus lagi, Tuan tadi kasih taunya tiba-tiba." Ujar Bi Nini, ruangan itu adalah gudang dan baru dibersihkan beberapa jam lalu.
"Iya bi, ga apa-apa ini juga bagus kok." Jawab Imel setelah selesai meminum habis susunya. Bi Nini lalu memberitahukan apa-apa saja yang ada dirumah ini dan untungnya toilet di dapur ada di depan kamarnya dan tidak susah baginya untuk sering ke toilet malam hari.
Besoknya Tian libur dari kerjaan nya dan menemani Imel ke toko furniture membeli kasur dan lemari juga memasang meja yang cocok untuk ukuran kamarnya, setelah selesai dia membeli banyak baju untuk Imel dan segala keperluannya juga memberikan Atm atas namanya sendiri yang baru dibuat saat ke bank tadi untuk uang jajan dan keperluannya. Setelah itu mereka makan siang dan lanjut ke sekolah sekalian menjemput Cintya yang akan pulang jam 4 sore karena ada ekskull.
"Pak Tian, setelah lihat nilai Imelda, dia sangat pintar dan banyak penghargaan juga disini dari juara 1 lomba menulis, lomba bahasa inggris dan ini ada lomba bidang pertanian?" Sang kepala sekolah melongo tak percaya dan Tian terlihat bangga dengan keponakan cantiknya yang ternyata pintar sepertinya dan Will.
"Iya karena ayahnya memang bekerja di bidang pertanian dan dari kecil Imelda sudah paham bercocok tanam." Jelas Tian.
"Wah, Imelda juga selalu rangking 1 dari pertama masuk sekolah. Kalau begini kita daftarkan saja ke program beasiswa dan lompat kelas. Ini kan masih awal semester jadi kalau Imel sanggup dia tidak perlu masuk ke kelas 7, kita coba test masuk kelas 8." Jelas sang kepala sekolah dan Tian melihat ke arah Imel dan Imel setuju karena dia juga sudah bosan dengan pelajaran kelas 7 yang menurutnya biasa saja.
"Baiklah, mau mulai hari ini atau besok? Kalau hari ini kebetulan masih ada guru yang bisa mendampingi."
"Hari ini saja." jawab Imel antusias.
Setelah itu Tian menemui Cintya yang sedang bermain bulu tangkis bersama beberapa temannya di lapangan dan Imel sudah ada di ruangan guru dengan Ibu Tari yang akan membimbingnya dan test masuk.
"Papi... " teriak Chintya dan langsung memeluk Tian, "Anak gadis papi.. main lagi sana. Papi kesini daftarin Imel dan sekalian jemput kamu." Jelas Tian dan Cintya langsung cemberut.
"Ah ternyata karna Imel toh kirain papa sengaja jemput Tya."
"hahaha kan mau daftarin sekolahnya dan untungnya Imel bisa lompat kelas karena pintar dan lagi tes untuk beasiswa loh." Puji Tian dan Tya sedikit terkejut.
"Dia sepintar itu?" Tanya Tya tak percaya.
"Iya, kepala sekolah yang bilang tadi setelah lihat rapor nya dari SD." jawab Tian membuat Tya sedikit iri karena sekeras apapun dia belajar hanya bisa masuk rangking 15 tidak pernah naik lagi.
"Ha.. ternyata memang aku aja yang gak pintar ya, Charles aja dari TK uda bisa ranking 3 pa.. aku tidak pernah diatas 15." keluhnya dan Tian mengacak rambut anaknya itu.
Dari jauh Imel yang sudah selesai test melihat kedekatan Tian dan Tya membuatnya sedih karena harus kehilangan ayahnya sejak 3 tahun lalu, meskipunn Tian sangat baik dan mirip ayahnya tapi tetap dia ayah dari Tya dan Charles.
"Om Tian, Ibu Rita mau bicara di ruang kepala sekolah." Ujar Imel setelah mendekati mereka.
"Oh ayo.. kita kesana lagi, Tya ikut atau disini?" Tya berpikir, "Disini ja." Tian dan Imel masuk kembali ke ruang kepala sekolah dan dia terlihat sumringah karena Imel jauh diatas yang dia harapkan.
"Pak Tian, pihak yayasan sangat senang dengan Imel dan dia besok bisa ke yayasan untuk ujian masuk beasiswa dan disana akan ada yang akan membantu Imel. Dia bisa masuk ke kelas 9." Jelas kepala sekolah dan Tian menganga tak percaya.
"Imel masih 13 tahun pak, bisa masuk kelas 9?" Tanya Tian tak percaya.
"Bisa pak, sudah saya test bahkan bisa masuk kelas 10 kalau mau." Jawab Bu Rita dan Tian menatap Imel tak percaya.
"Imel maunya kelas 9 atau langsung 10?" Tanya Tian.
"Terserah Om saja." Ujar Imel, Tian berpikir dan dia memutuskan kelas 9 saja.
"Kelas 9 saja pak, soalnya kalau langsung kelas 10 bukan soal pelajaran tapi saya takutnya pergaulan Imel yang jadi masalah, dia akan dewasa sebelum waktunya nanti." Jelas Tian dan kepala sekolah mengerti.
"Baik pak, untuk ujian masuk kelas 9 sudah selesai. Besok bapak bisa ke yayasan H&S untuk test beasiswanya dan mereka buka dari jam 9 pagi sampai 6 sore, ini surat pengantarnya." Tian mengambilnya dan dia sangat bangga pada Imel dan sejak tadi senyumnya tidak hilang dari wajahnya.
"Imel.. mulai sekarang jangan berpikir aneh-aneh, kejar impianmu dan lupakan hal buruk yang terjadi. kamu anak yang pintar." Ujar Tian setelah mereka ada di mobil dan Tya sejak tadi sudah merengut karena Tian terus-terusan memuji Imel.
"Ini untuk Imel dan belajarlah pakai itu, pulsa akan selalu om isi sesuai kebutuhanmu sama dengan Tya. Dan Tya.. lusa Imel sudah masuk sekolah dan kalian sekelas." Ujar Tian saat mereka sedang makan malam.
"Loh kok sekelas, Tya kelas 9 loh, Imel masih 13 tahun harusnya kelas 7 kan.." Ujar Tessa sewot karena Tian baru saja membeli hp baru buat Imel dan segala isi kamarnya.
"Iya, Imel bisa sekolah dengan beasiswa dan lompat 2 kelas tadi sudah test dan lulus. Besok jam 9 ikut om ke yayasan H&S untuk test lagi ya.." Jelas Tian dan Tessa juga Tya terkejut tak percaya, Imel sekelas dengannya dan beasiswa dari H&S.
"Wah.. ternyata anak ini pintar ya.." Tukas Tessa merasa tersaingi oleh kecantikan Imel yang masih 13 tahun juga ternyata anak ini lebih pintar dari anaknya Tya.
"Wah.. berarti kak Imel bisa ajarin Charles matematika dong.." teriak Charles ikut senang.
"Iya, kak Imel juara 1 lomba matematika di sekolahnya loh, nanti anak papi yang ganteng ini belajarnya sama kak Imel.." Sambung Tian lagi tapi Imel merasa tidak enak karena sejak tadi bukan hanya Tessa yang memasang wajah tak suka tapi Tya juga menatap sinis padanya.
.
.
.
Tian membawa Imel ke sebuah ruangan dan disana dia akan mengikuti ujian beasiswa nya hingga universitas dibawah naungan H&S Group, jadi setelah dia lulus secara otomatis dia akan bekerja di perusahaan H&S.
Tian begitu senang karena langkah Imel akan mudah untuk masa depannya dan dia tidak perlu khawatir lagi. Tian menunggunya 2 jam dan setelah keluar Imel terlihat biasa saja, tidak gugup ataupun takut, untuk gadis seusianya ini seharusnya berat tapi Imel melaluinya dengan baik dan hasilnya tentu saja Imel berhasil.
Setahun berlalu dan Imel sudah masuk ke kalas 10 bersama Tya, Imel mendapatkan ranking 1 di kelasnya dan jura juara umum di sekolahnya membuat Tya makin kesal karena iri, bukan karena itu saja tapi Imel yang sangat cantik meskipun masih muda membuat semua orang tertarik padanya. Padahal Imel selalu sendirian dan hanya bergabung ke kelompok orang pintar di sekolah kalau ada lomba membawa nama sekolah, waktu luangnya hanya dia gunakan untuk membaca di perpustakaan.
Tapi satu tahun ini tidaklah mudah, sebagai gadis remaja 14 tahun dia sudah melalui banyak cobaan, setahun awal setiap hari Tian akan mengantar dan menjemput mereka sekolah tetapi lama-lama Tessa melarangnya dan terjadi pertengkaran dalam rumah tangga dan Tessa mengancam akan bercerai.
Imel yang tau ini karena dirinya langsung mengakatakan kalau dia akan pergi sendiri saja tapi, terjadi lagi hal yang tak terduga. Baru 2 minggu dia berangkat sendiri dengan angkutan umum sudah terjadi lagi pelecehan terhadapnya dan membuat Imel takut untuk naik angkutan umum. Sedangkan Tya memang tidak suka di kekang memilih tidak ingin di antar jemput dan naik taxi atau dijemput teman lelakinya.
Imel yang takut terpaksa menggunakan ojek langganan saja di dekat sekolahnya dan beruntung dia mendapatkan seorang bapak tua yang baik hati dan menjadi langganannya.
2 bulan awal semua berjalan lancar, Imel selalu keluar rumah menggunakan masker dan pakaian tertutup ditambah jaket dan tudung untuk menutupi kecantikannya. Sampai dimana Tessa mengetahui bahwa Tian membuka rekening untuk Imel dan setiap bulan memberikan 5 juta untuknya, dia murka dan terjadi lagi pertengkaran.
Akhirnya Imel menyerah dan memberikan rekening itu pada Tessa. Tetapi memang Imel adalah anak yang cerdas, dia telah memindahkan sedikit demi sedikit uang tersebut ke rekening lain yang dia buka dengan bantuan Bu Tari di sekolah, jadi setidaknya dia punya sedikit simpanan jika ada kepeluan mendadak.
Imel tidak pernah bahagia tinggal di rumah itu karena Tessa dan Tya selalu menyiksa batinnya. jika ada Tian dirumah maka mereka berlaku biasa saja, tapi jika Tian keluar mereka dengan tega berlaku sesuka hati, menyuruhnya membersihkan kamar dan pekerjaan rumah lainnya padahal sudah ada Bi Nini tapi mereka sengaja agar Imel tidak betah dan kembali ke kampungnya.
Bahkan untuk makan saja dia hanya diber jatah nasi putih sedikit dan mie instan untuk berhemat jika Tian tidak ada. Tian sekarang jarang dirumah dan lebih sering keluar kota karena bisnisnya.
Bi Nini sering memasakkan mie instan untuk Imel dengan diam diam memasukkan sebutir telur atau beberapa potong daging, kadang ada sayuran apa saja agar Imel tetap sehat. Tian juga sering diam-diam memberikan uang saku terpisah ke Imel karena dia tau 5juta di rekening Imel diambil semua oleh Tessa dan hanya memberikan 100ribu seminggu untuknya, itu untuk ongkos dan sarapan atau makan siang jika ada kelas tambahan.
"Bi Nini.. ini, masak rendang dan capcay hari ini, dan ini jatah makan sebulan si anak kampung itu." Ujar Tessa yang baru kembali dari supermarket. Dia membawa daging sapi dan sayur-sayuran lalu sekardus mie instan merek paling murah untuk Imel dan juga 2 kilo telur untuk Charles karena dia tidak bisa makan tanpa telur.
"Bi Nini, Charles mau ganti menu, telurnya di dadar pake sosis 3 telur ya..." Titah Charles dan Bi Nini sudah tau maksud dari bocah laki-laki itu yang berarti 1 telur adalah punya Imel. Charles selalu meminta makanan dobel dan sebagiannya diam-diam diberikan pada Imel.
"Terussss... tiap sarapan buatkan roti bakar ekstra masukin ke kotak ya bi..." Sambungnya lagi dan Bi Nini memberikan jempol untuknya, begitulah cara Imel melewati makannya tiap hari.
"Non Imel.. ini ada titipan buat non dari Tuan, tadi subuh Tuan berangkat." Bi Nini memberikan uang 500rb untuk Imel titipan dari Tian.
"Tumben banyak bi, biasanya 200ribu aja seminggu." Ucap Imel bingung.
"Oh karna Tuan perginya 2 minggu non makanya sekalian." Jelas Bi Nini dan Imel sudah menghela napasnya berarti 2 minggu akan makan mie instan lagi deh.
"tenang non, bibi sudah punya rencana buat non sama den Charles. Sarapan dan makan malam aman. Mending kan makan dadar sosis atau daging atau sayur, tiap hari dari pada mie instan?" Imel mengangguk setuju dan tersenyum pada Bi Nini yang selalu punya cara untuk membantunya.
"Makasih ya bi, kalau gak ada bibi mungkin Imel sudah mati kelaparan." imel memeluknya dan dia hanya bercanda, tidak mungkin mati kelaparan karena dia punya tabungan rahasia.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KURANG AJAR TU BIBI IPAR & SEPUPUNYA...
2023-01-21
0
juliya
👍👍👍🥰🥰🥰🥰
2022-07-30
1