Imel masih mengikuti Flora dan masuk ke sebuah rumah kecil tetapi sangat asri, banyak di tumbuhi bunga-bunga cantik sesuai dengannya peri bunga.
"Kamu tinggal saja disini 2 bulan sampai punya KTP, soalnya aku akan pergi lama. Kalau sudah punya tempat tinggal baru, kunci saja rumahnya dan kuncinya simpan di pot tanaman paling atas." Jelas Flo dan Imel tidak mengerti maksudnya.
"Maksudmu mau pergi kemana Flo?" Tanya Imel karena wajah Flo terlihat cemas dan memikirkan sesuatu. Flo memutar tangannya dan menumbuhkan sebuah tanaman berbentuk tunas baru.
"Kau harus jaga tanaman ini karena dia tumbuhnya sangat lama. Mungkin sekitar 2tahunan. Siram saja sehari 2 kali pagi dan malam, tidak perlu pupuk hanya cukup cahaya matahari dari jendela sudah bisa." Jelas Flo lagi dan memberikan pot berwarna putih itu ketangan Imel.
"Lalu, kau ini sangat cantik bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum makanya banyak kumbang yang datang menghampirimu, usahakan menutupi kecantikanmu dengan mengubah penampilan deh.. aku takut kamu akan di jahatin orang lagi, hati-hati ya.. dan setelah 2 bulan orang ini akan menemuimu dan membantumu membuat KTP jadi jangan cemas dan tetap disini. Makanan cukup kok untuk 2 bulan sambil mencari pekerjaan dan rumah baru." Sambung Flo dan dia terlihat semakin cemas dan terus saja melihat ke arah jendela rumahnya.
"Flo ceritakan, ada apa sebenarnya?" Tanya Imel lagi karena dia juga khawatir.
"Hm.. tadi aku sangat emosi dan memberikan obat berefek racun pada si pria brengsek itu, dia akan bergairah terus tetapi itunya tidak akan bisa naik lagi selama setahun. Sebenarnya kekuatan peri tidak boleh menyakiti manusia ataupun makhluk lainnya jadi mungkin aku akan di jemput sebentar lagi dan dihukum."
Imel terbelalak kaget, karena dirinya Flora akan dihukum dan bagaimana jika di tidak bisa kembali. Imel sudah menangis dan meminta maaf pada Flora, "Maafkan aku Flo ini semua karena aku, gimana kalau kamu celaka.."
"Jangan nangis, aku cemas bukan karena hukumannya tapi karena bosan menjalani hukuman itu. Bayangkan, aku harus membantu peri obat, atau bekerja di perpustakaan yang sangat membosankan menemani peri buku. haduhh..." Flo tampak panik membayangkannya karena peri bunga itu adalah berjiwa bebas.
"Hihihi, kau sangat lucu Flo.. ternyata hukuman yang sangat menyenangkan." Tawa Imel pecah mendengarkan hukumannya yang sangat dia sukai.
"Apa? Menyenangkan? Kau gila Imel.. duh sudah datang. Aku pergi dan jangan lupa tinggalkan pesan atau alamatmu yang baru daaa...hhh...." Tiba -tiba Flo dirarik oleh cahaya kuning yang sangat menyilaukan dan dia jadi mengecil dan hilang.
"Aku sendirian lagi.." Lirih Imel tetapi dia merasa aman disini dan dia memeriksa sekitar, karena masih tengah malam jadi dia memutuskan membersihkan diri dan tidur.
Pagi hari seperti pesan Flora padanya, Imel bangun jam 5 seperti biasanya dan menyiram tanaman yang dia taruh di dekat jendela dan berharap dia tumbuh dengan cepat sambil menunggu Flo kembali.
Imel berkeliling rumah mungil yang terbuat dari kayu itu, hanya ada dapur kecil yang nyatu dengan ruang tamu dengan 1 sofa panjang dan di dinding tergantung tv berukuran sedang. Jika dilihat rumah ini seperti rumah contoh di acara Tiny House, sangat unik, mini tetapi pas untuk di tinggali 1 orang. Imel melihat ada tangga dan naik ke atas, mendorong pintu kayu seukuran setengah badan manusia dan betapa terkejutnya dia, disana banyak ditanami berbagai sayuran.
Ada pokok tomat kecil 2, selada, daun bawang, cabai rawit, terong, kangkung, dan di dindingnya ada tanaman rambat sampai ke atas kepalanya ada timun, labu, kacang panjang, semua lengkap. Pantas saja Flo bilang akan ada cukup makanan selama 2 bulan untuknya.
"Waktunya panen, Flo sangat beruntung menjadi peri, semua tanaman sangat subur dan segar. Imel melihat ada keranjang dan memetik semua sayuran yang siap dipetik lalu turun kembali dan menyusunnya dalam kulkas yang juga ada beberapa jenis sayuran dan buah. Imel kembali ke atas dan memetik lagi dan kembali turun, selesai dengan itu dia membuka pintu belakang dan betapa terkejutnya dia, ada pohon apel ukuran kecil dan buahnya sangat lebat.
"Wah panen lagi nih.." Imel tinggal mengambil kursi dan memanjatnya, sudah dapat memetik 16 buah apel dan dia segera menyusunnya di dalam kulkas. "Pantas, rumah kecil kulkasnya lumayan gede." Ucap Imel pelan. Berarti dia tinggal beli bawang, telur, daging atau ayam.
Imel hidup sangat tenang di rumah Flo tetapi dia harus kembali pada kenyataan hidupnya yang harus terus berjuang, dia juga sudah memantapkan tekadnya untuk tidak pernah menikah karena dirinya sudah kotor dan tidak mungkin ada pria yang akan menerimanya yang sudah kotor ini.
Untuk membalas budi baik Flo, Imel sengan telaten membersihkan dan menyirami tamanan di rumah ini dan sambil menjadi seorang penulis lepas selama 2 bulan sampai seseorang menghubunginya untuk bertemu dan mengurus KTP-nya.
"Imelda ya?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan setelan blazer dan tampak sangat anggun. Imelda baru juga sampai di depan restoran tempat mereka janjian.
"Iya Ibu, saya Imelda." Jawabnya menyapa wanita di depannya.
"Saya Dian yang dititipi Flora untuk mengurus surat-suratmu, setelah makan ayo kita pergi." Ujar Dian dan mereka masuk ke dalam restoran itu dan menikmati makan siang sambil mengobrol.
Banyak mata pria yang melirik Imel dengan tatapan kagum, terkejut, mesum dan sebagainya membuat Imel kembali memakai maskernya setelah makan dan Dian yang paham segera mengajaknya pergi dari sana.
Dian dan Imel mengurus segala keperluannya seperti KTP dan passpor yang langsung selesai hari itu juga. Imel juga tidak mengerti kenapa Ibu Dian bisa langsung menyelesaikan semuanya dalam 1 hari, padahal menurut info seharusnya minimal 3 hari sampai seminggu. Tapi Imel memilih tidak banyak bertanya dan percaya saja pada Flo yang sudah menyiapkan segalanya.
"Imel mau kemana lagi biar Ibu antar." Tanya Dian dan Imel yang sebenarnya akan ke yayasan HS meminta Dian untuk mengantarnya kesana.
"Bu Tari..." Panggil Imel begitu melihat Bu Tari yang telah menunggunya di lobi yayasan. Imel langsung memeluk gurunya yang paling banyak berjasa di masa sekolahnya, Imel menangis lagi dan terus memeluk gurunya.
"Imel yang tabah ya.. kamu harus kuat." Ucap Bu Tari dan Imel mengangguk.
"Bu Tari jadi pindah?" Tanya Imel dan Bu Tari menuntunnya untuk duduk dikursi yang tersedia di lobi yayasan dan berbincang dengannya. Semua mata memandang pada Imel yang sangat cantik dan bercahaya layaknya seorang peri. Bu Tari memberikan semua berkas yang dibutuhkan Imel untuk pendaftaran kuliahnya di HS dan semua titipan Imel juga sudah dia bawa. Bu Tari akan pindah ke luar negeri karena di terima di sekolah internasional disana.
"Bian, itu siapa?" Tanya seorang pria muda yang terlihat sangat tampan dan berwibawa.
"Sepertinya anak didik yayasan, tapi dia sangat cantik. Luar biasa.." Ujar Bian.
"Fabian!" Bentaknya dan Bian menunduk dan memalingkan pandangannya. "Maaf Tuan Stefano saya hanya kaget belum pernah lihat gadis secantik itu." Jelas Bian, dia merasakan bahwa Tuannya ini tertarik dengan gadis cantik itu dan jadi tidak berani menatapnya.
"Cari informasi tentangnya sedetail mungkin dan terperinci." Titah Stefano dan Bian mengangguk cepat menerima perintah. Mereka lalu berjalan pergi kembali ke mobilnya yang sudah menunggu.
Stefano kembali kerumah dan bertemu ibunya yang masih terlihat awet muda dan cantik dengan tubuh mungilnya dan ayahnya selalu memanggilnya peri kecil.
"Mami.. Fano bertemu dengan gadis cantik mi, mirip mami tapi lebih cantik berkali-kali lipat." Lapor Fano pada Lusia yang sedang merangkai bunga yang baru dia beli ke dalam vas ruang tamu,
"Mana ada wanita yang lebih cantik dari peri kecilku." Datang Ken yang langsung mengecup pipi Lusia dengan gemas.
"Ck.. dasar udah tua masih aja bucin." Gerutu Fano dan langsung mendekap Lusia merebutnya dari Kenny.
"Hei, lepaskan istriku, kau itu uda besar 22 tahun tapi masih manja ke mami huh.." Cibir Ken lalu menarik kembali Lusia dan merangkulnya.
"Ini mami ku papi.. ngalah sama anak sendiri kenapa sih..." Fano merangkul erat Lusia yang kini suadh sebal dengan anak dan suaminya.
"Kalian berdua bisa diam gak sih!" Bentak Lusia membuat Fano makin merangkul Lusia dan Ken menjadi cemberut.
"Kamu itu yah... kalau diluar dingin kaya balok es, terkenal kejam dan tak punya perasaan, kalau dirumah manja banget sama mami, gimana mau dapat jodoh, masih mikirin mantan kamu yang mata duitan itu?" Kesal Lusia sambil menjewer telinga Fano dan dia mengaduh kesakitan.
"Adu duh.. aduh mi jangan ditarik dong, mau aku jadi peri juga." Fano mengaduh terus karena Lusia kesal dan tidak mau melepaskan jewerannya.
"Iya mami ku cantik, Fano juga lagi cari pacar nih.. tapi kan ga bole sembarangan lagi dan kata mami ga boleh kaya papi yang suka celup sana sini dulunya." Ucap Fano yang malah membuat Ken yang kesal dan juga menjewer telinganya satu lagi.
"Kak Ken, jangan jewer Fano, sakit tau.. cuma aku yang boleh." Lusia mengeplak tangan Ken dengen kencang membuat Fano terkikik senang.
Bian yang melihat pemandangan itu cuma tersenyum dan menggeleng, hanya dengan keluarganya saja seorang Stefano dapat mengeluarkan perilaku anehnya dan ceria. Anak ke tiga dari Kenny dan Lusia itu memang unik tidak seperti saudara-saudaranya yang tidak punya dua sifat seperti dia.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
juliya
👍👍😁
2022-07-30
1