Pernikahan Karena Balas Budi
Semilirnya angin menggoyang nggoyangkan dedaunan pohon cepedak di pekarangan yang di jadikan tambahan penghasilan bagi keluarga di kaki gunung.
Ditambah hamparan sawah dengan tanaman padi yang daunnya telah menghijau, menjadikan suasana hati menjadi semakin sejuk dan damai.
Tiwi dan kedua adiknya, dengan rasa rindu yang tidak pernah tersampaikan hanya bisa lari ke belakang rumah, sambil duduk bertiga dibawah pohon cempedak dengan melempar tanah di depannya.
Neneknya memang tidak melahirkannya, tetapi harus berjuang bertahun tahun untuk mendidik dan membesarkannya.
" Pertiwi, nenek tidak bisa membiayai sekolahmu!" kata nenek dengan sangat sedih, padahal Pertiwi anak yang cerdas, dia dengan adik adiknya sekolah dapat bantuan dari negara.
" Iya Nek, aku ingin mencari beasiswa!" kata Pertiwi sedih, maka hari itu dia mencari di internet, kebetulan dia di belikan ponsel baru oleh Tiara teman satu kelas di SMA sedangkan internet juga nebeng ke rumah Tiara yang ada Wifinya dengan dibelikan alatnya. Tiara anak satu satunya dari orang terkaya di kampungnya, kebetulan rumahnya bersebelahan. Dan dia akrab dengan Pertiwi, bahkan Tiaralah yang mengajari Pertiwi bisa mengemudi mobil, sehingga Pertiwi sering dimintai bantuan oleh Tiara menemani ibunya belanja ke kota.
" Pertiwi, aku minta tolong antarkan ibu belanja di supermaket ke kota!" pinta Tiara datar.
" Kamu ikut enggak?" tanya Pertiwi datar juga.
" Ikut juga, cuma aku lagi malas nyupir!" jawab Tiara. Akhirnya bertiga mereka ke kota, sedangkan yang mengemudi Pertiwi yang sudah dibuatkan SIM juga oleh ibunya Tiara.
" Wi, meneruskan kuliah di kedokteran ya!" pinta Ibunya Tiara,
" Lagi buka internet cari bea siswa Bu, tapi tidak punya biaya karena disitu mahal!" jawabnya ringan sambil menyupir dengan kecepatan standar.
Dan mereka sudah sampai ke supermaket, Pertiwi diajak masuk sekalian untuk membantu mendorong belanjaan.
" Temani ke konter ponsel!" pinta Ibunya Tiara.
" Ibu mau beli ponsel lagi? bukankah itu ponsel baru beli bulan kemaren?" tanya Tiara.
" Aku pengin beli merk lain!" jawab Ibunya. Setelah selesai di konter itu, Ibunya Tiara memberikan ponsel bekas ke Pertiwi, dia menolak karena sudah punya.
" Ibu, aku sudah punya di kasih Tiara!" tolak Pertiwi sopan.
"Untuk adikmu yang dari Tiara!" jawab Ibu, karena beliau tahu adik adiknya selalu pinjam ke Pertiwi kalau mau ngevlog. Memang Danu nama panggilan adik Pertiwi yang pinter pertukangan suka di rekam terus di share di media youtube, tadi saat dirumah Pertiwi membuka vlognya, subscribernya sudah ribuan, katanya sudah dapat penghasilan, bahkan ada beberapa penggemarnya pesen barang buatannya.
" Dia sudah beli Bu!" kata Pertiwi hati hati.
" Sudah diterima saja Wi!" desak Tiara, akhirinya Pertiwi menerimanya, dengan tidak pernah melupakan terimakasih. Belanja pun selesai, pulang ke rumah sudah malam.
" Wi, untuk Nenek!" kata Ibu nya Tiara dengan membawa sekantong plastik besar berisi blanja bulanan.
" Ibu, terimakasih kami banyak diberi bantuan oleh Ibu!" kata Pertiwi sambil membungkuk sopan, dan ia berpamitan sambil membawa tas plastik berisi kebutuhan bulanan untuk diserahkan pada Nenek juga ponsel, yang akan diberikan ke Tanu karena Danu baru beli tadi siang.
" Mba, neruskan kuliah, nanti Danu kirim untuk bulanan!" desak Danu, yang baru dapat penghasilan cukup besar dari konten yang selalu dibuatnya.
" Kalau diterima di kedokteran gimana Dan, aku ambil di akuntansi juga, aku juga cari bea siswa!" jawab Pertiwi datar.
" Ya semoga bisa Mba, aku lagi mencari Ibu dan Bapak juga!" jawab Danu menunduk. Bapaknya Tiara juga sering mengajak Danu keluar, sehingga Danu yang beda satu tahun dengan Pertiwi sudah bisa mengemudi, biasanya bawa ponsel Pertiwi untuk merekam kegiatan yang dilakukan selama ikut Bapaknya Tiara.
Satu minggu kemudian Pertiwi yang telah mengikuti serangkaian prosedur dan test di Perguruan Tinggi membuka pengumuman.
" Dan, aku diterima dua duanya!" kata Pertiwi kegirangan dengan mencium Nenek juga adik adiknya.
" Ambil kedokteran saja Mba!" kata Danu datar.
" Apa mampu Dan, biayanya besar?" kata Pertiwi, Danu tsk mau menjawab, dia hanya menunjukkan buku dari bank, Tiwi sempat merajuk setelah melihat jumlah nominal uang yang dipunyai Danu di rekeningnya.
" Aku mau memperbaiki rumah Nenek juga!" kata Tanu, karena rumah Neneknya sudah tak layak huni, pagar pakai kepang yang sudah banyak bolong bolong atapnya seng pada bolong juga sehingga kalau hujan bocor, karena Tanu ikut juga membuat vlog dan telah dapat honor lumayan juga, jadi mereka bersepakat Tanu yang buat rumah dan Danu yang membiayai Pertiwi. Sedangkan Pertiwi sebenarnya sudah punya penghasilan dari cerita cerita yang dibuatnya dan untuk hidup sebulan di Jakarta bisa lebih, cuma untuk keperluan kuliah di kedokteran mungkin bisa kurang.
Nenek yang kondisi tubuhnya masih sehat setiap hari membantu di rumah Ibunya Tiara, sehingga boleh dikata kalau untuk makan tidak kekurangan.
Jadilah Pertiwi kuliah di Jakarta, Tiara yang cerdas juga bisa sekolah ikatan dinas di Jakarta yang langsung jadi pegawai, orangtua Tiara beli rumah di Jakarta yang tidak jauh dari kampusnya dan Pertiwi disuruh satu rumah dengan Tiara. Pertiwi karena di desak terus, juga tujuannya untuk menemani Tiara, akhirnya dia mau, dan setiap berangkat kuliah menggunakan angkutan umum.
" Wi, ke mall yuk, kamu setiap hari ke kampus tentu sudah hafal Jakarta!" ajak Tiara saat liburan akhir pekan.
" Mau beli apa Ra?" tanya Pertiwi.
" Jalan jalan saja, abis jenuh di rumah terus!" jawab Tiara yang lagi pdkt dengan teman sekelas di kampusnya.
" Willy ikut Ra?" tanya Pertiwi.
" Iya ikut, kamu yang nyupir!" jawab Tiara.
" Bukankah Willy bawa mobil, kamu bisa bersamanya, nanti aku mengganggu Ra!" ledek Pertiwi dengan tersenyum.
" Ngawur kamu, aku males pacaran tahu, mendingan kalau dia jadi jodohku, selesai kuliah langsung menikah!" ujar Tiara,
" Ok lah siap, jadi pengawal!" jawab Pertiwi tertawa.
Ternyata Willy juga punya pendapat sama dengan Tiara, sehingga tanpa beban mereka bertiga ke mall, dan yang pegang stir Pertiwi karena sudah lebih lincah dari pada Tiara dan hafal jalan kota Jakarta.
" Ra, aku sebenarnya di Jakarta sambil mencari Ibuku juga!" kata Pertiwi sendu,
" Hmmm, lagi nyupir serius, aku juga ikut bantu kamu cari lewat media," jawab Tiara
" Oh iya, kenapa dari dulu enggak kepikiran lewat itu?" ucap Pertiwi.
" Tapi bukankah Danu juga Tanu sudah cari lewat media!" gumannya.
Setelah berada di mall dengan tempat parkir berada di lantai atas, semua turun dari mobil. Dan parkir di lantai atas baru pertama di lakukan oleh Pertiwi, tapi karena kelincahannya akhirnya sampai dengan aman ke parkiran.
" Cari makanan yuk!" ajak Tiara setelah putar putar cari baju.
" Iya, aku yang bayar Ra, aku baru dapat honor dari menulis!" bisik Pertiwi lirih. Tiara mengangguk.
" Liburan semester aku ingin pulang, kangen kampung halaman!" kata Tiara.
" Iya tapi kamu dulu pulangnya Ra, aku minggu depan baru bisa!" jawab Pertiwi, sementara Willy hanya jadi pendengar karena rumah orangtuanya di Jakarta. Sudah agak sore jalan jalan di mall akhirnya mereka pulang.
Tiga hari kemudian Tiara yang liburnya tidak terlalu lama pulang naik kereta, dan Pertiwi di kabari kalau rumahnya sudah jadi, juga dikirim fotonya oleh Tiara.
Ternyata sepi tanpa Tiara, dia dan keluarganya begitu baik pada keluarga Pertiwi selalu memberi bantuan seperti yang dilakukan Tiara, dia hanya memberi modal ponsel, oleh Danu dimanfaatkan untuk buat konten, akhirnya bisa mandiri, bahkan bisa memberi bantuan membelikan alat alat untuk menunjang kuliah Pertiwi, juga Pertiwi bakatnya tersalurkan dengan membuat cerita bersambung pada aplikasi di ponsel itu, sejak kuliah juga sudah menghasilkan, sehingga untuk harian dari hasil tersebut, juga tidak perlu bayar kost karena ikut Tiara, paling hanya untuk transport dan makan.
" Dan, dijemput di stasiun ya," pesan Pertiwi saat berada di kereta malam. Selama di perjalanan otaknya tertuju pada masa kecil terutama tentang ayah dan ibunya.
" Mas, kamu tega sama aku, ingat kamu punya tiga anak!" kata kata ibunya saat ayahnya bertekat untuk meninggalkan ibunya dan lebih memilih seorang wanita yang katanya kekasih pertama bapak.
" Selama denganmu aku sulit untuk melupakannya, batinku tersiksa ingat dia!" jawabnya enteng, diapun pergi, pulangnya sambil membawa wanita cantik karena berdandan juga pakaiannya minim, meminta persetujuan untuk berpisah dengan ibunya Pertiwi. Ibu menangis limbung seperti tak punya pegangan, akhirnya malam malam pergi entah kemana meninggalkan kami, untung orangtuaku buat rumah sederhana dibelakang nenek sehingga kami pagi pagi menuju kerumah nenek, tetapi kakek tidak suka pada kami, karena kakek lebih memilih hidup sendiri di rumah orangtuanya, yang membuat Pertiwi sedih pada kakek kalau hari raya Pertiwi dan adik adiknya mau sungkem, dia tak mau ketemu dengan cucu cucunya, pernah sempat ketemu.
" Kamu pengin ketemu aku tujuannya minta uang?" katanya ketus, Mereka terdiam dan Danu sempat berkata.
" Tidak Kek, kami ingin sungkem!" kata Danu menunduk.
" Mau sungkem besok kalau kalian sudah bisa cari uang, jadi aku dikasih uang sama kamu!" jawabnya ketus, dan dia meninggalkan Pertiwi juga adik adiknya sambil marah marah.
" Mba, kemaren tak sengaja aku ketemu kakek, aku minta salim dia enggak mau menerima uluran tanganku, dia selalu ketus saja ke kita," pesan pribadinya.
" Ya, sudah jangan menemui dulu," bales Pertiwi di kereta malam.
" Padahal aku pengin ngasih uang Mba, tapi dia keburu pergi," bales Danu lagi,
" Dan, kamu bentar lagi mau ujian, fokus ke ujian saja katanya pengin kuliah kaya aku," pesan Pertiwi.
Akhirnya sampai juga ke rumah di jemput Danu yang sudah beli motor bekas.
" Tan, rumah baru jadi apa?" tanya Pertiwi setelah mencium Neneknya, Nenek menangis melihat cucu cucunya bisa mencari uang sendiri, bahkan bisa membahagiakannya.
" Nenek tidak salah lebih memilih hidup dengan kalian!" kata Nenek, air matanya menetes deras membasahi pipi yang sudah keriput.
" Iya Nek, terimakasih telah memberi hidup pada kami!" kata Pertiwi, dan mereka saling berpelukan.
" Kita harus berterimakasih pada keluarga Pak Darmawan!" kata Nenek.
" Iya betul ek, mereka yang membantu kita jadi begini!" jawab Tanu yang mau masuk SMA.
" Makanya, kalau kita diminta bantuan sekecil apapun harus mau, jangan sampai menolak ya!" kata Nenek. Mereka semua mengiyakan.
" Mba, pulangnya tidak bersama dengan mba Tiara?" tanya Danu.
" Liburnya beda, dia juga tak lama!" jawab Pertiwi sambil berjalan keliling ruangan rumah buatan Tanu.
" Sayang ya Mba, Ibu belum ketemu ya, kalau Ibu tahu kita sudah bisa memperbaiki rumah mungkin akan senang ya?" ucap Danu.
" Mungkin Dan," ucap Tiwi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
☘️Aira 🍀
Hai semua jangan lupa mampir di ceritaku ya, JANJI AYAHKU
😘
2024-10-22
2