Kenapa Harus Aku..?.!?
Sebuah pilihan...
Sebuah drama hidup yang harus kujalani dengan kelapangan hati, .
Sebuah harapan yang langsung kandas meski baru saja ingin ku mulai, ingin ku rajut dengan indah, .
Satu keinginan yang ku impikan sejak masa putih abu-abu,.
Satu tujuan yang ingin ku raih untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keluargaku tak serendah itu,.
Namun, impianku hanyalah tinggal angan kosong.. hanya tinggal mimpi yang selalu ku nanti diujung malam.. aku tau mereka yang selalu memandang rendah keluargaku pasti akan menertawakan keinginanku, gadis desa yang ingin kuliah di Ibukota,.
"Heh, gak punya apa-apa mau sok-sok an daftar kuliah di Ibukota, mimpi..!"
"Halah hutang di warung mak Yah tuh lunasin dulu, baru boleh keluar kandang (keluar kampung halaman)"
"Miskin ya miskin aja, gak usah sok mau kuliah, langsung cari kerja aja, atau nikahin aja lah daripada jadi beban keluarga"
Hampir tiap hari sindiran halus atau kasar selalu kudengar. Memang ayah dan ibu tak membicarakannya di hadapanku tapi aku tau pandangan mereka selalu tampak sedikit berkaca-kaca saat melihatku belajar sendiri dengan setumpuk buku panduan masuk ke kampus Garuda.
"Kak, sudah malam, belajarnya dilanjut besok ya.." ucap ibu saat memergokiku tengah belajar dijam lewat tengah malam.
"Iya bu.....", sahutku pelan. Kulihat raut wajah beliau yang selalu teduh, selalu tersenyum di hadapanku.
Ibu, aku tau engkau menghawatirkan masa depanku, meski engkau mendukungku tapi ekonomi kita tak mengizinkanmu untuk bersamaku, aku tau engkau menyembunyikan kegelisahan mu, aku tau bu.... tapi,
Aku takkan menyerah...!!!
"Bu.. terima kasih....", ucapku sambil berhambur memeluk ibu, merasakan hangat kasih sayangnya menyentuh hatiku.
"Apasih kak.. kenapa pakai terimakasih segala,, sudah ayo tidur, sudah malam, besok jadi ke sekolah kan, mau lihat hasil daftar beasiswa kemarin?", tanya ibu sambil mengurai pelukanku.
"Iya bu... do'ain Anya lolos ya bu..",
"Iyaa.. sudah ayo tidur," ibu menyelimutiku lalu bernjak meninggalkan kamarku.
.
.
.
Namaku Anya Zahrotul Jannah, kelas 3 SMK disalah satu kota S, aku ingin kuliah, aku ingin bekerja di salah satu kantor besar di Ibukota negara ini. Aku ingin orangtuaku bangga dengan prestasiku. Aku belajar serius, meski tanpa ikut les aku bisa jadi juara kelas sehingga orangtuaku tak perlu membayar uang SPP tiap bulan.
"Nyaaaaa.... kita lolosss...!!!" teriak Aini, teman sekelasku yang juga bersamaku mendaftar di universitas ternama di Ibukota.
"Alhamdulillahhh... yang bener? berarti lusa kita bisa berangkat bareng ya..", ucapku sambil memperhatikan raut wajahnya yang tiba-tiba muram. "Heii... kenapa? Tadi seneng koq sekarang lesu.. lapar ya? yok ke kantin..". Aku langsung menarik tangannya, mengajaknya berlari, melewati teman-teman lain yang baru datang.
"Anya maaf ya...", Ucap Aini sambil menunduk, tak berani menatapku lagi seperti tadi.
'kenapa nih bocah? sebentar seneng sebentar sedih, pakai minta maaf pula', gumamku.
Aini lalu memesankanku makanan dan terdiam, aku ikut diam menunggunya menyelesaikan kalimatnya.
"Nya...maaf ya aku gak bisa bareng kamu besok, ayah meminta paman mengantarku, ayah hanya akan mengizinkanku kesana kalau aku sama paman.. maafin aku ya Nya.."
DUARR.....!!
bagai tersambar petir disiang hari,, hampir saja air mataku keluar saat itu juga, tapi kutahan. Aini mengusap sudut matanya, merasa bersalah padaku karena dia yang telah menyeretku untuk bersamanya mendaftarkan diri ke jalur beasiswa, berjanji terus bersama sampai gerbang kampus impian, berjanji bergandengan tangan bersama melewati tiap sudut Ibukota nanti.
"Yasudah gak apa-apa," ucapku datar, menahan debaran hatiku yang kacau, menekan emosiku yang tak tentu.
'Aku harus kuat, aku takkan menyerah, aku takkan menyerah, aku takkan menyerah', batinku.
Aku tau Ainipun tak tega meninggalkanku sendiri. kugenggam tangannya yang mendingin, mungkin takut aku marah padanya atau mungkin dia ragu mau lanjut atau tidak tanpa aku.
"Nya kalau kamu gak bisa kesana, aku juga gak akan berangkat Nya..," ucapnya sambil berurai air mata, dia tau aku takkan bisa kesana sendiri, dia tau ekonomi keluargaku, dia tau semua tentangku.
"Heh ngomong apa sih. Udah kamu berangkat aja, nanti aku InsyaAllah nyusul. Kita ketemu disana, oke?", Kuhapus airmatanya yg ternyata semakin deras mengalir.
"Maafin aku Nya.. maaf.. maaf.." dia langsung berdiri, menghambur memelukku, minta maaf berkali-kali. Aku hanya memejamkan mata. Menghela napas panjang. Diam. Kutepuk pelan punggungnya yang naik turun seirama isakan tangisnya. Untung suasana kantin masih sepi jadi tak ada yang menonton drama kami.
"Udah Ai.. malu tau nanti diliatin temen-temen yang lain, kayak mau pisah jauh aja", ledekku sambil tersenyum tipis padanya.
"Gak asik banget sih, orang minta maaf malah dibilang drama", ucapnya cemberut.
Aku hanya tertawa geli menanggapinya.
"Yasudah pulang yokk, gak ada kegiatan lagi kan ya?", ucapku mengalihkan pembahasan kami. kantin mulai ramai tapi hatiku terasa sepi. Aini harapanku satu-satunya yang bisa membawaku ke ibukota telah meninggalkanku. Ayah dan ibu sudah angkat tangan jika aku ingin kuliah. Aku tak mungkin meminta lagi pada mereka. mereka telah bekerja keras hingga aku bisa lulus SMK.
"Oke. Let's Go...!!", Aini sudah bersemangat lagi. dia menggandeng tanganku, membayar makanan kami lalu berjalan lurus ke gerbang sekolah. Kami berpisah dipersimpangan jalan. Aini melambai ke arahku, kemudian berbelok ke arah rumahnya.
Aku kembali berjalan, menikmati matahari siang. Mengamati pedagang makanan keliling yang lalu lalang dengan motor atau gerobaknya. Sesekali ada anak yang memanggil, tersenyum, lalu membeli dagangan mereka. Mereka tak pernah putus asa menjalani pekerjaan mereka. Setiap hari penuh semangat meski tak tau nanti untung berapa rupiah.
Tiba seberang jalan di depan rumahku, aku kembali merenung. mendesah pelan.
'Ayah ibu maafkan Anya. Anya belum bisa membahagiakan kalian. Tapi Anya janji Anya akan cari kerja. Anya bakal bekerja dengan sebaik-baiknya. Anya ingin melihat kalian tersenyum bangga melihat Anya. Anya ingin memperbaiki ekonomi kita. Anya janji.' ucapku dalam hati.
'Jadi, apa yang akan kulakukan sekarang?, cari kerja, dimana?, sama siapa?, bagaimana caranya?, aku tak tau sama sekali daerah kota ini,' gumamku sangat pelan. Aku mungkin baru lulus sekolah, tapi aku takkan menyerah. Aku memang tak tau banyak tempat, tapi bukankah ada ponsel, ada banyak teman di luar sana.
"Huuufff..", aku meniup poni di dahiku. bercengkrama dengan pikiranku sendiri. berangan-angan apa yang akan kulakukan setelah ini.
"Baiklah. Tak jadi kuliah tak masalah. Yang pasti aku harus bisa mandiri. Aku gak mau mereka menghina keluargaku lagi. Aku akan bekerja keras. Bismillah... yakin aku bissa.. !!, ucapku penuh semangat sebelum memasuki rumah.
"Assalamu'alaikum...", Aku membuka pintu, sepi, mungkin ibu masih menjemur cucian. Aku bergegas ke kamarku, mengganti baju, merapikan buku-buku yang tadi kubawa ke sekolah.
"Kaaakk.. kakak sudah pulang?", ibu berjalan ke arahku. Tatapannya sendu, ujung matanya basah, gerakannya kaku. Kulihat ibu mau mengatakan sesuatu tapi kembali terdiam. Ada apa ini.......?????
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Gopecel
aku mampir kak.
2022-06-11
2
Zhree
Dikira Janda sama si Duda udah masukin novel ini ke list favorit dong..
2022-05-17
2
༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻
jejak 👣. Semangatt!!
2022-05-12
2