Ibu menghela nafas panjang, lalu tersenyum dan menyuruhku makan siang.
Ada apa ini? Kenapa ibu tampak aneh? padahal tadi pagi baik-baik saja. Aku mengikuti langkah ibu ke dapur, mengamati ibu yang cekatan mengambilkan makanan untukku. Aku menerimanya dengan senang hati, makan dengan lahap seperti biasa, sampai.....
"Kak......." Lagi-lagi ibu tak melanjutkan kalimatnya. Ini aneh.
"Bu.. sebenarnya ada apa..?", setelah makan akhirnya ku beranikan untuk menanyakan apa yang terjadi pada ibu.
"Tadi pamanmu kesini, katanya anak juragan Warno tertarik sama kakak, dia tau kakak sudah lulus SMK. Nanti malam beliau dan putranya akan berkunjung kesini, kakak mau kan menemuinya?",
Aku terkesiap. Mataku berkedip cepat. Tak menyangka kalau inilah penyebab keanehan ibu. Juragan Warno adalah juragan Beras terkaya di desa ini, paman dan ayah banyak berhutang ketika kami gagal panen dan ketika ibu melahirkan adikku, Fani. Aku tau kemana arah pembicaraan ini. Aku tau ibu, paman, bahkan ayahku takkan bisa menolak keinginan juragan warno, tapi juga tak tega memintaku menerima pinangan putranya.
'Apa? Apa yang harus kulakukan? Anak juragan Warno itu memang masih muda, langsung bisa memegang salah satu toko juragan Warno ketika lulus kuliah. Memang kami sering bertemu tapi bukankah dia banyak yang naksir? Kenapa harus aku? Kenapa malah tertarik padaku?'.
"Kak..gimana...", suara ibu membuyarkan lamunanku. Aku menatap ibu, meminta sarannya. Aku baru lulus SMK. Aku tak mau menikah. Aku masih ingin bekerja, ingin melihat dunia luar, ingin menikmati masa mudaku. Tapi ibu diam, seolah membiarkanku berpikir dan menyerahkan semua keputusan di tanganku.
"Baiklah bu..", ucapku lirih. Aku tak tega melihat kesedihan ibu, keletihan ayah, tapi aku juga tak mau mengorbankan masa depanku. Apa aku egois? Kurasa tidak, aku berhak memutuskan apapun sekarang di usiaku yang sudah 18 tahun. Aku akan menemuinya, menanyakan apa yang dia inginkan dan juga menjelaskan apa yang masih kuinginkan.
.
.
.
"Kamu cantik...", komentar pertama ketika aku muncul dihadapan kak Zidan, anak juragan Warno. Penampilannya cukup menawan. Outfitnya kemeja biru dengan lengan tergulung sampai batas siku. He looks hot. Aku menahan napas melihat penampilannya saat ini. kak Zidan yang biasa hanya memakai kaos atau kemeja lengan pendek kini tampil rapi dan menawan seperti eksekutif muda di hadapanku.
Aku duduk di hadapannya, meletakkan tanganku di atas meja. "Makasih..",ucapku singkat. Mungkin kak Zidan menyadari sikapku. Aku yang biasa banyak bicara kini diam. hanya menghela napas panjang dan mengamati tanaman di teras rumah ini.
"Anya, apa kamu sudah tau apa tujuanku kemari? Apa ayahku mengatakan sesuatu pada pamanmu?", kak Zidan nampaknya memastikan kediamanku ini.
"Iya kak",
"Anya, jujur aku sudah menyukaimu sejak dulu. Apa kamu mau jadi pendampingku?", ucapnya sambil memegang tanganku.
Hah? To the point sekali! Apa kak Zidan ini sudah biasa mengatakan suka ke semua gadis? Lalu bagaimana dengan penggemarnya? kak Sarah, kak Dini, kak Dewi?
"Kenapa harus aku..? Kenapa kakak harus suka padaku? Kenapa gak sama kak Sarah yang cantik atau kak Dini yang sexy atau kak Dewi yang sebentar lagi jadi bidan?" Aku langsung memprotesnya tanpa jeda. Meski dengan suara pelan namun ternyata itu mampu membuat kak Zidan terperangah kaget. Tak menyangka kalau aku berani mendebatnya.
"Kamu berbeda. Sarah terlalu posesif, Dini terlalu agresif, kalau Dewi aku tak terlalu mengenalnya Nya." kak Zidan melepas tanganku saat mengatakannya. Mungkin ia tau kalau aku telah menolaknya secara halus.
"Maafkan Anya kak. Anya masih ingin bekerja." Aku memalingkan mukaku darinya, tak tega melihatnya sedikit berkaca-kaca. Apa aku salah telah menolaknya? Apa nanti paman dan ayah akan mengalami masalah dengan juragan Warno?. Aku tak tau, yang jelas saat ini aku tak mau menikah. Titik.
"Kamu bisa bersamaku mengelola toko Nya. Itu juga bekerja kan?" ternyata kak Zidan belum menyerah.
"Aku baru lulus SMK kak, aku masih ingin melihat dunia, ingin merasakan dunia kerja. Maaf.........", Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku. Kak Zidan kembali menggenggam tanganku, meremas jemariku dengan pandangannya yang tak bisa kumengerti.
"Nya, apa kamu sama sekali tak punya rasa padaku..?" ucapnya sangat pelan.
Aku tak bisa memikirkan kata apapun, lidahku kelu, pria ini sama sekali belum menyerah.
Seorang Sarjana Pertanian dengan mantap mengatakan menyukaiku. Aku mungkin sedikit menyukainya. Dia ramah, berjiwa penolong seperti ayahnya, tampan, tak pernah kudengar hal buruk tentangnya selama ini. Tapi aku tak bisa menerimanya. Ini sama saja aku masuk penjara, aku tak bisa keluar dari kampung ini, aku tak bisa menyumpal mulut mereka yang suka merendahkan keluargaku, malah mungkin akan semakin menjadi jika aku menikahi kak Zidan. Aku tak mau itu.
"Maaf kak.......". Akhirnya hanya kata itu yang bisa kuucapkan, kutarik tanganku dari genggamannya, kuusap airmata di sudut mataku dengan cepat. "Ini terlalu cepat, Anya masih kecil kak, Anya belum mau menikah," Akhirnya aku bisa mengatakan hal yang paling mengganjal dihatiku.
"Baiklah jika itu keputusanmu, tapi jangan jauhi aku karena ini ya Nya, aku bakal nungguin sampai kamu siap". Kak Zidan menghela napas panjang sebelum mengatakan itu.
Ya Allah... apa benar kak Zidan sungguh menyukaiku?, Entah kenapa aku tak bisa mempercayainya. Seperti ada sesuatu yang tak beres. Aku harus tau. Kak Zidan yang biasa bersikap hangat layaknya seorang kakak kepada adiknya sekarang tiba-tiba malah berani menyatakan cinta. Aneh.
"Iya kak. sekali lagi maafin Anya ya kak,"
kak Zidan mengangguk, lalu berpamitan pulang pada ayah dan ibuku. Kulihat langkahnya gontai, mungkin masih merasa kecewa padaku. Apa yang kulakukan ini benar? Entahlah. Aku tak mau menikah sekarang. Aku hanya ingin bekerja, ingin menjadi kebanggaan keluarga.
"Kak, gimana..?" Ayah dan ibu memandangku serius. Aku bingung bagaimana harus mengatakannya pada mereka.
"Maafin Anya ya yah bu.. Anya masih ingin bekerja atau mungkin kuliah,.", aku berkata pelan sambil mengamati ekspresi ayah dan ibuku. Mereka mengangguk mengerti. Ibu memelukku, tangan ayah membelai rambut belakangku.
"Maafkan ayah ya Kak, gara-gara ayah punya hutang, kamu jadi ikut punya beban", Ayah mengusap sudut matanya yang basah. Aku tau ayah ibu menyayangiku, tapi akupun tau yang mereka khawatirkan ke depan nanti.
"Lalu bagaimana respon nak Zidan kak?," kali ini ibu yang bertanya.
"Kak Zidan mau menunggu sampai Anya siap bu.. tapi bu, Anya takut...",
"Kenapa takut? juragan Warno takkan marah, beliau orang yang bijaksana kak.." ucap ayah menenangkanku.
"Benarkah yah?".
"Iya kak, beliau bilang sudah terserah yang muda saja, begitu. tapi ibu mau tanya serius, apa kakak gak ada rasa suka sama Zidan?"
Aku mengerjap cepat, tak menyangka kalau ibu akan menanyakan ini padaku. Aduh, bagaimana ini? Aku tak bisa berbohong pada ayah dan ibu. "Em.. sepertinya suka sedikit bu, tapi Anya takut..", Aku menunduk malu, tak berani menatap ibu ataupun ayah.
"Takut kenapa kak?" ,potong ibu penasaran.
"Yang naksir kak Zidan banyak bu, nanti kalau mereka tau bisa-bisa Anya di demo atau mungkin langsung dihajar sama mereka," ucapku kesal.
"Hahahahaha.. ternyata anak ayah sudah besar bu, sudah berani suka sama lawan jenis," Ayah malah menertawakanku. dan ibupun tersenyum kearahku yang masih menunduk.
"Ayah iiihhhh Anya malu yah" ucapku sambil berlari ke kamarku. Wajahku sudah merah. Aku sungguh malu. Aku tak berani lagi berhadapan dengan ayah dan ibu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Gopecel
nyicil ya kak.
2022-06-11
2
Zhree
Dikira Janda sama si Duda mampir lagi thor..
2022-05-18
2
Senajudifa
thor aku ngelikenya 1 bab 1 bab aja y semangat thor
2022-05-15
5