My Husband Is-Cuek

My Husband Is-Cuek

Pertemuan

Jam weker berbunyi tepat pukul 05.00. Aku melangkahkan kaki mendekati jam dan mematikannya. Kantuk masih menguasaiku. Namun, aku harus tetap bangun dan bersiap untuk pergi bekerja. Sambil berjalan ke arah toilet untuk berwudhu, aku melihat Ibu tengah menyiapkan masakan.

Setelah selesai salat, aku berjalan ke dapur dan membantu Ibu memasak.

"Ma, kapan kamu akan menikah?" tanya Ibu memulai obrolan kami.

Aku menarik nafas dan membuangnya. "Kapan-kapan, Bu," jawabku asal.

"Kamu sudah dewasa, Alma. Sudah seperempat abad. Sampai kapan kamu akan menggadis?" tanyanya lagi.

"Belum ketemu yang cocok, Bu." Ibu menggeleng saja.

Sudah kesekian kali, Ibu membicarakan hal ini. Sebenarnya, malas sekali untukku menjawab pertanyaan yang satu ini, tapi, walau bagaimana pun, aku harus menjawabnya meski dengan kata kapan-kapan.

Ayah datang dari mushola dan langsung ke dapur menyusul kami.

"Assalamualaikum." Ayah mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam," jawab kami.

"Ngomongin apa, Bu?" tanya Ayah.

"Ini, Yah. Alma belum minat untuk menikah," sahut ibu.

"Oh. Ayah kemarin sudah buat janji sama teman Ayah. Anaknya setuju dijodohkan sama Alma," katanya.

Deg..

"Apa, Yah. Dijodohkan?" tanyaku penasaran.

"Iya," jawabnya sambil mengunyah biskuit.

Aku menggeser kursi dan duduk di sebelah Ayah.

"Dengan siapa, Yah? Jangan-jangan sama Pak Adam, juragan empang kampung sebelah. Karena, Ayah punya banyak hutang, Alma jadi jaminan, iya, Yah?" tanyaku lagi.

"Heeh. Ngayal kamu. Ayah nggak punya hutang. Kamu akan ayah jodohkan sama anak temen ayah. Pak Gunawan namanya."

Aku mendadak lemas. Membayangkan perjodohan ini akan seperti apa. "Pak Gunawan, siapa, Yah?"

"Ya, teman ayah."

Ayah ditanyain cuma muter-muter kek gangsing. Gumamku dalam hati.

"Nama anaknya siapa, Yah?"

"Reyhan."

"Ayah, udah pernah ketemu?"

"Udah, 15 tahun yang lalu."

Hah, 15 tahun lalu? Ya Tuhan, Ayah.

Aku semakin tak bersemangat mendengar pernyataan Ayah. Aku bergidik ngeri bila membayangkan sosok lelaki itu, tua, gendut, perut buncit, brewok, dan kepalanya botak di depan. Oh My God!

Sontak aku meletakkan kepala di atas meja.

"Kamu kenapa, Ma?" tanya Ayah yang masih sibuk mengunyah biskuit kelapa.

"Apa Reyhan itu tua, Yah?" tanyaku melihat Ayah.

"Masih muda. Umurnya nggak beda jauh sama kamu." Aku mulai sedikit bersemangat.

"Ganteng nggak? gendut nggak? perutnya buncit nggak? brewokan nggak?" Pertanyaan itu membuat Ayahku kebingungan.

"Ganteng. Kalo gendut atau enggak, Ayah nggak tau, tapi, 15 tahun yang lalu dia kurus. Seperti Ayah."

"Bbb.. ahahaha." Aku dan Ibu tertawa lepas. Ibu menghampiri Ayah dan menepuk-nepuk perut buncit Ayah.

"Ini? Sudah lima bulan, bilang kurus?" ejek Ibu. Ayah hanya diam mendengar kami tertawa.

"Tapi, beneran muda, kan, Yah?"

"Iya, Alma. Bawel, kaya Ibu kamu."

"Haah, untunglah kalau dia masih muda."

"Kenapa memang?"

"Ya, masa Ayah tega memberikan anak satu-satunya Ayah ini sama orang yang udah tua. Seperti cerita Siti Nurbaya." Aku mengangkat tangan dan meletakkan di depan dadaku seperti sedang bersyair.

Kepala bagian belakang didorong sedikit oleh Ayah.

"Ngayal lagi," katanya sambil bangkit dari kursi kayu.

Ayah nggak puitis, huuh.

"Bu, gimana, nih?" tanyaku sambil memonyongkan bibir.

"Gimana apanya?" Ibu bertanya balik.

"Alma, kan belum siap, Bu," ujarku.

"Reyhan, anak Pak Gunawan." bisik Ibu.

"Kenapa, Bu?"

"Sepertinya Ibu pernah dengar."

Aku melangkah menuju Ibu. "Siapa, Bu?"

"Bukannya mereka pernah di Indonesia? Kalo nggak salah juga, anak Pak Gunawan ini pernah satu SMA sama kamu, Ma," jelas Ibu.

Aku mengingat-ingat nama itu. Reyhan ? Siapa gerangan dirimu sebenarnya?

"Aaaa. Alma tau," kejutku.

"Alma, Ibu sampai kaget." Aku tertawa kecil.

"Bu, ternyata Reyhan itu kakak kelas Alma, Bu. Dia ketua OSIS waktu SMA. Pantes aja Alma lupa, Alma cuma tau nama dia itu, Rey." Aku tersenyum mengingatnya.

Bagaimana tidak, Reyhan adalah ketua OSIS sekaligus kakak kelas yang paling disukai banyak gadis. Hampir semua temanku menyukainya. Dia tampan, putih, tinggi, jago basket, cool, modis. Mungkin aku sangat beruntung bisa mendapatkan dia. Ini akan menjadi perjodohan terindah dalam kehidupan ini.

"Eh, kenapa senyum-senyum? Tadi lemes banget," kejut Ibu.

"He.. Aku sayang Ibu. Emmuah." Aku mencium Ibuku dan membantunya menyiapkan sarapan.

Setelah beberapa menit, kami sarapan bersama, aku berangkat bekerja. Aku bekerja sebagai kasir di sebuah mini market yang tak terlalu jauh dari rumahku. Lumayan, uangnya bisa untukku membeli kuota dan beberapa kebutuhan lainnya.

"Alma berangkat, Bu. Assalamualaikum," pamitku. Terdengar sayup-sayup Ibu menjawab salam dari arah dapur. Mungkin ia masih membereskan piring dan gelas bekas sarapan tadi.

Aku melangkahkan kaki menyusuri gang sempit rumahku. Berjalan beberapa ratus meter dan sampai di minimarket.

Setelah meletakkan tas dan berganti pakaian, aku langsung mengambil tempat dan menunggu pelanggan datang.

Hari masih cukup pagi. Mungkin mereka masih sibuk dengan urusan masing-masing.

Aku kembali merapikan beberapa barang yang berada di dekat meja kasir. Tak berapa lama, seseorang membuka pintu.

"Selamat datang," sambutku.

Tak ada jawaban. Bahkan dia terus berjalan tanpa melihatku. Dia mengambil air mineral dan berjalan ke arahku.

Aku terperangah sesaat. Perlahan, dia berjalan kearahku. Memandangi penuh kesan yang mendalam sampai akhirnya dia sampai di depanku. Aku masih belum berkedip beberapa detik ini. Masih asik memandangi pemandangan indah tepat di depan wajahku. Rasanya, aku belum pernah melihatnya ke toko ini.

"Hei," sapanya. Dia semakin melihatku. Tak henti-hentinya aku tersenyum memandangnya. Tangan itu mengganggu.

"Mbak, woi!" Aku terbangun dari lamunanku. Ternyata seorang lelaki bertubuh gemuk berada di belakang lelaki tampan ini, meneriakiku. Sontak aku tersadar dan menerima air mineral dari lelaki tampan di depanku dan memeriksa harganya.

Setelah ia bergeser, lelaki gemuk itu nampak jengkel denganku yang sibuk memandangi lelaki tampan ini. Saat barang sudah di tangan, pandanganku kembali tersita oleh lelaki tampan di depan pintu masuk yang membuka botolnya dan minum di sana.

Gleg... gleg... gleg... Air itu perlahan masuk ke kerongkongannya dengan aman. Aku semakin tak kuat menahan pesonanya yang sejak pertama menyita perhatianku.

"Mbak. Cepetan, saya buru-buru!" kejut lelaki gemuk ini.

Huuh, dasar. Nggak tau apa, ada pemandangan indah gratis di depan. Jangan datang lagi, ya! Bisikku dalam hati.

Saat sesekali aku melihat lelaki tampan itu, tiba-tiba, dia sudah tak ada di sana.

Mudah-mudahan, aku bisa bertemu lagi denganmu, tampan.

Sore pun menjelang, tepat pukul 17.00, aku berganti shift dengan temanku. Aku berjalan perlahan menuju rumah. Dengan memutarkan lengan kananku yang sedikit pegal.

Setelah sampai di halaman rumah, aku terkejut dengan keberadaan mobil hitam mulus yang terparkir di bawah pohon mangga. Aku mengamatinya saksama.

Mobil siapa ini? tanyaku dalam hati.

Aku pun sampai di depan pintu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Ibu, Ayah, dan beberapa orang di dalam rumah.

"Ini dia, Alma," kata Ibu. Ibu berdiri menghampiriku. Aku masih bingung dengan keadaan ini.

"Ini, Ma. Yang namanya Reyhan," kata Ibu sambil menunjuk pria yang semula duduk di depannya. Belum benar-benar mampu melihat Rey, aku menjerit dan berlari keluar.

"Waaaaa....." Aku berlari sekencang mungkin dan meninggalkan mereka.

Terpopuler

Comments

Priska Anita

Priska Anita

Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜

2020-08-10

0

𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊

𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊

mampir

2020-08-05

1

nayla

nayla

nextt

2020-08-05

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Perkenalan
3 Berbelanja
4 Kesepakatan
5 Pernikahan
6 Kehidupan Setelah Menikah
7 Ayam Penyet Kesukaan Rey
8 Bermimpi
9 Terpaksa Sekamar
10 Terpaksa Sekamar Bagian 2
11 Konflik 1
12 Konflik 2
13 Dibujuk
14 Bertemu Teman Lama
15 Bertemu Teman Lama Bagian 2
16 Nekat
17 Merasa Bersalah
18 Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey
19 Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey Bagian 2
20 Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey Bagian 3
21 Pesta Pernikahan Sahabat Rey hari "H"
22 Pesta Pernikahan Sahabat Rey Hari "H" Bagian 2
23 Pria Misterius
24 Kembali ke Rumah
25 Keterpaksaan
26 Hari Pertama Masuk Kerja
27 Hari Pertama Masuk Kerja Bagian 2
28 Diantar Bos
29 Rey Jatuh Sakit
30 Kedatangan Papa dan Ibu
31 Ocehan Ibu
32 Dikerjai Rey
33 Dikerjai Rey bagian 2
34 Hadiah
35 Malam Yang Indah
36 Kembali ke Kantor
37 Keberangkatan
38 Sampai di Luar Kota yang Indah
39 Pingsan
40 Pengalaman di Klinik
41 Kesal Namun Sayang
42 Tak Sengaja Bertemu
43 Memohon
44 Siap Menghadapi Kenyataan
45 Masalah Bagian 1
46 Masalah Bagian 2
47 Mencari Solusi
48 Kejadian Horor di Kantor
49 Mencari Seseorang
50 Nasihat Ibu
51 Mengembalikan Hadiah
52 Surprise yang Luar Biasa
53 Dukun Beranak 1
54 Dukun Beranak 2
55 Hujan
56 Seperti Tak Percaya
57 Mengambil Keputusan
58 Mengambil Keputusan Bagian 2
59 Tak Kusangka
60 Hati yang Akhirnya Luluh
61 Surat Pengunduran Diri
62 Pembelaan Rey
63 Bertemu Vina
64 Kado Kedua
65 Positif?
66 Positif? Bagian 2
67 Positif? Bagian 3
68 Ibu Hamil yang Banyak Makan
69 Mencari Keberadaan Rey
70 Cemburu?
71 Acara Hari H
72 Gerakan Pertama
73 Belanja Perlangkapan Bayi
74 Asisten Baru
75 Penghuni Baru
76 Tante Mirna
77 Hari-Hari Menjadi Ibu
78 Pengumuman
79 Kejadian Tak Menyenangkan
80 Tetangga Baru
81 Tetangga Baru 2
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Pertemuan
2
Perkenalan
3
Berbelanja
4
Kesepakatan
5
Pernikahan
6
Kehidupan Setelah Menikah
7
Ayam Penyet Kesukaan Rey
8
Bermimpi
9
Terpaksa Sekamar
10
Terpaksa Sekamar Bagian 2
11
Konflik 1
12
Konflik 2
13
Dibujuk
14
Bertemu Teman Lama
15
Bertemu Teman Lama Bagian 2
16
Nekat
17
Merasa Bersalah
18
Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey
19
Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey Bagian 2
20
Menuju Pesta Pernikahan Sahabat Rey Bagian 3
21
Pesta Pernikahan Sahabat Rey hari "H"
22
Pesta Pernikahan Sahabat Rey Hari "H" Bagian 2
23
Pria Misterius
24
Kembali ke Rumah
25
Keterpaksaan
26
Hari Pertama Masuk Kerja
27
Hari Pertama Masuk Kerja Bagian 2
28
Diantar Bos
29
Rey Jatuh Sakit
30
Kedatangan Papa dan Ibu
31
Ocehan Ibu
32
Dikerjai Rey
33
Dikerjai Rey bagian 2
34
Hadiah
35
Malam Yang Indah
36
Kembali ke Kantor
37
Keberangkatan
38
Sampai di Luar Kota yang Indah
39
Pingsan
40
Pengalaman di Klinik
41
Kesal Namun Sayang
42
Tak Sengaja Bertemu
43
Memohon
44
Siap Menghadapi Kenyataan
45
Masalah Bagian 1
46
Masalah Bagian 2
47
Mencari Solusi
48
Kejadian Horor di Kantor
49
Mencari Seseorang
50
Nasihat Ibu
51
Mengembalikan Hadiah
52
Surprise yang Luar Biasa
53
Dukun Beranak 1
54
Dukun Beranak 2
55
Hujan
56
Seperti Tak Percaya
57
Mengambil Keputusan
58
Mengambil Keputusan Bagian 2
59
Tak Kusangka
60
Hati yang Akhirnya Luluh
61
Surat Pengunduran Diri
62
Pembelaan Rey
63
Bertemu Vina
64
Kado Kedua
65
Positif?
66
Positif? Bagian 2
67
Positif? Bagian 3
68
Ibu Hamil yang Banyak Makan
69
Mencari Keberadaan Rey
70
Cemburu?
71
Acara Hari H
72
Gerakan Pertama
73
Belanja Perlangkapan Bayi
74
Asisten Baru
75
Penghuni Baru
76
Tante Mirna
77
Hari-Hari Menjadi Ibu
78
Pengumuman
79
Kejadian Tak Menyenangkan
80
Tetangga Baru
81
Tetangga Baru 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!