NADIR

NADIR

NADIR ~ Binar Latisha Adara

Ini adalah Awal dari semua Tangisan

Binar memijakan kakinya ke sekolah Angkasa, sekolah baru untuk Binar. Entah sudah berapa kali Binar pindah sekolah selama 11 tahun belakangan ini, mungkin sudah cukup banyak.

Binar menghirup udara perlahan mencoba untuk tetap tenang diantara orang orang asing ini.

"Ini harus yang terakhir kalinya." guma Binar pelan. Binar tak ingin pindah sekolah lagi lalu mengenal orang orang baru. Binar ingin tetap sekolah di satu tempat sambil mengukir banyak kenangan tanpa harus terpotong potong.

Binar memasuki lapangan sekolah, langkahnya berjalan menelusuri koridor sekolah, ada beberapa sorotan mata melihat kearah Binar, tapi Binar harus tetap tenang toh dia sudah biasa menerima sorotan mata itu.

Binar berhenti di salah satu ruangan, dia celingak celinguk melihat kearah semua ruangan sana.

"Ruang kepala sekolah mana yah? " ucapnya untuk dirinya sendiri.

"Kamu anak baru itukan? Binar?" guma perempuan dari belakangnya, Binar langsung menoleh melihatnya, ternyata seorang guru yang pernah ia temui ketika mendaftar disekolah ini.

"Iya buk," ucap Binar pelan

"Mau keruang kepala sekolah yah? ayok ibu tunjukan ruangannya." aja ibu itu kepada Binar. Binar mengangguk mengikuti jalan Bu Guru yang rama itu.

Binar berhenti di depan ruangan kepala sekolah yang bersebelahan dengan ruangan BK, Binar melihat kedalam ruangan BK ada beberapa siswa disana, mungkin mereka tengah terkena hukuman.

"Kamu tunggu dulu yah, kepala sekolah sedang ada tamu." ucap Ibu itu.

"Iya buk, makasih buk." jawab Binar tersenyum.

Binar duduk di kursi di dekat ruang BK, sesekali matanya melihat kearah dalam dan Binar juga mendengar perbincangan yang ada didalam sana.

"Kalian mau jadi apa kalau berantam gini terus ha! " ucap Buk Rina dengan wajah marahnya.

"Saya mau jadi astronot buk," celetuk seseorang diantara mereka

"Kamu, saya tidak suruh menjawab." tajam ibu Rina kearah Agam seseorang yang berani berkutik ketika ibu Rina sedang marah.

Buk Rina menyandarkan badannya kekursi di belakang, badannya yang cukup besar membuat Agam dan orang yang disana terlihat kaget ketika buk Rina menyandarkan badannya itu kekursi yang malang itu.

"Ibu sudah capek ngurusi kalian bertujuh gak ada kapok kapoknya berantam," ucap Buk Rina frustrasi.

"Yaudah buk kalau ib-"

"Sekali lagi kamu bicara ibu hempas kamu diruangan ini!" ketus Buk Rina pada Agam yang lagi lagi menjawab pertanyaan ibu itu.

Binar melihat dan mendengar semua perbincangan itu dari luar, matanya tetap terarah kedalam sampai ada satu orang diantara mereka yang melihat bahwa Binar tengah menguping pembicaraan mereka.

Binar langsung menatap kelain arah ketika pandangan dia dan orang itu bertemu.

"Kamu Binar kan? Ayo masuk." ucap Seorang pria yang ia tunggu sejak tadi, Kepala sekolah.

Binar langsung mengangguk dan mengikuti bapak Kepala sekolah itu dari belakang. Mata Binar mencoba melihat kedalam ruangan itu memastikan orang yang melihat ia tadi tidak menatapinya lagi.

Depp

Dia sudah di ambang pintu, Binar langsung berjalan cepat masuk keruangan kepala sekolah untuk menghindari orang itu.

*****

Kelas XI IPA 4 sekarang tengah belajar, suasana yang sangat riuh walaupun ada guru sudah biasa terjadi dikelas itu, 20 menit ketika pelajaran sudah dimulai kepala sekolah masuk bersama Binar, yah sekarang Binar masuk ke kelas XI IPA 4, walaupun otaknya yang lumayan pintar tapi dirinya tetap tidak bisa masuk kekelas unggulan, karena murid disana sudah penuh. Murid untuk kelas kelas unggulan membatasi jumlah siswa siswi nya yang ada disana.

Binar mencoba tersenyum, melihat kearah orang orang asing disana dengan tatapan ramah. Binar harus bisa berbaur dengan mereka.

Binar melihat kearah bapak kepala sekolah, Pak Raditya.

Terlihat pak Raditya mengangguk kearahnya, Binar membalasnya dengan senyuman sampai akhirnya Pak Raditya keluar dari kelas dan meninggalkan Binar disana dikelas barunya.

Suasana riuh menjadi hening seketika, Binar sangat gugup sekali.

"Baiklah anak anak hari ini kalian kedatangan teman baru," ucap Seorang guru yang ada disana, Ibu Dina.

"Perkenalkan dirimu nak." ucap Ibu itu tersenyum

Binar membalasnya dengan senyuman lalu melihat kearah depan dengan tatapan berani

"Selamat pagi semuanya, perkenalan namanya Binar Latisha Adara, saya pindahan dari SMA wijaya, terimakasih." ucap Binar memeperkenalkan dirinya singkat.

"*Hai Binar cantik."

"Doi abang belum ada loh, daftar skuy."

"Binar nanti pulang bareng gue yah, tenang pacar gue yang kedua gak bakalan marah kok."

"Nama sama wajahnya gak ada bedanya yah sama sama bikin adem hati*."

Ocehan ocehan itu terdengar dari siswa yang berada disana, Binar hanya membalasnya dengan senyuman tak tau harus menjawabnya bagaimana.

"Sudah sudah sudah, kalian ini yah kalau liat cewek cantik aja langsung," ucap Ibu Dina.

"Namanya juga cowok buk, kayak gak tau manusia ajaib kayak kita." ucap Agam.

Binar melihat kearah Agam, dia pria yang berada diruang BK tadi, sekarang mata Binar menuju kearah orang orang yang ada didekatnya, wajah wajah itu adalah wajah yang ia liat saat diruang BK tadi dan ada satu wajah yang paling ia kenal.

Binar langsung menelan ludah nya ketika mengetahui semuanya, kenapa dirinya berada dalam kelas yang sama dengan dia, menyebalkan.

"Terserah mu gam, terserah. Malas ibu debat samamu," pasrah ibu Dina kepada Agam.

"Yaudah kamu duduk sana, ibu pusing nanti kalau nyuruh mereka nanyak nanyakin tentang kamu." suruh buk Dina kepada Binar.

Binar mengangguk lalu berjalan kearah kursi yang masih kosong nomor 2 dari depan.

"Hai aku Juni Andera, panggil aja Juni." ucap orang yang ada disebelah Binar sambil menjulurkan tangannya

"Binar," jawab Binar meraih tangan Juni.

"Udah tau." ucap Juni tertawa kecil, Binar hanya tersenyum absurd mendengar perkataan Juni.

"Lo tau? lo orang yang beruntung saat ini," ucap Juni.

"Beruntung kenapa? "

"Beruntung karena lo masuk kelas XI IPA 4." Jawab Juni membanggakan kelasnya.

"Kenapa gitu? "

"Karna kalau lo masuk kelas unggulan gue yakin lo bakalan gak betah disana, bakalan cepet tua, orang orang kelas unggulan rata rata gak ada sedikit pun rasa humorisnya, semuanya pada monoton kepelajaran." Jelas Juni membuat Binar mengangguk

"Dan lo juga beruntung karena lo satu kelas sama pangeran sekolah ini."

"Ha? " ucap Binar tak paham

"Liat," Juni menunjuk kearah barisan paling belakang "Dia Agam yang duduk paling pinggir, manusia paling rusuh tapi tetap tampan, sampingnya Rian dia juga rusuh sama kayak Agam tapi bedanya Rian lebih waras dan gak pecicilan kayak Agam," jelas Juni " Dan yang paling belakang itu namanya Awan, dia orang paling terkenal disini, badboy, coolboy tapi gak playboy." ucap Juni.

Binar melihat Awan menelusuri tiap detail wajahnya, yah dia lumayan tampan tapi sepertinya sangat songong.

"Kalau lo mau deketi dia hati hati, karna lo bakalan berurusan sama fans fansnya." Juni menatap kearah Binar dengan senyuman menggoda.

Binar yang mendapat tatapan itu mengeritkan dahinya. "Kenapa? " tanya Binar.

"Hati hati, awas naksir pandangan pertama. " ucap Juni tersenyum.

Binar menghelas nafasnya, melihat kearah Awan sejenak lalu kearah Juni "Gak bakalan, tipe cowok gue gak seberandal dia." jawab Binar.

Juni angguk angguk sedikit percaya "Awas kemakan omongan sendiri." lirih Juni pelan.

Terpopuler

Comments

イマ🦋

イマ🦋

Thor aku mampir nih

2020-05-02

0

Laura❄️

Laura❄️

Aku mampir nih kak thor..

2020-04-29

0

LF

LF

Halo Si Hitam Dan Si Putih datang.

2020-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!