NovelToon NovelToon

NADIR

NADIR ~ Binar Latisha Adara

Ini adalah Awal dari semua Tangisan

Binar memijakan kakinya ke sekolah Angkasa, sekolah baru untuk Binar. Entah sudah berapa kali Binar pindah sekolah selama 11 tahun belakangan ini, mungkin sudah cukup banyak.

Binar menghirup udara perlahan mencoba untuk tetap tenang diantara orang orang asing ini.

"Ini harus yang terakhir kalinya." guma Binar pelan. Binar tak ingin pindah sekolah lagi lalu mengenal orang orang baru. Binar ingin tetap sekolah di satu tempat sambil mengukir banyak kenangan tanpa harus terpotong potong.

Binar memasuki lapangan sekolah, langkahnya berjalan menelusuri koridor sekolah, ada beberapa sorotan mata melihat kearah Binar, tapi Binar harus tetap tenang toh dia sudah biasa menerima sorotan mata itu.

Binar berhenti di salah satu ruangan, dia celingak celinguk melihat kearah semua ruangan sana.

"Ruang kepala sekolah mana yah? " ucapnya untuk dirinya sendiri.

"Kamu anak baru itukan? Binar?" guma perempuan dari belakangnya, Binar langsung menoleh melihatnya, ternyata seorang guru yang pernah ia temui ketika mendaftar disekolah ini.

"Iya buk," ucap Binar pelan

"Mau keruang kepala sekolah yah? ayok ibu tunjukan ruangannya." aja ibu itu kepada Binar. Binar mengangguk mengikuti jalan Bu Guru yang rama itu.

Binar berhenti di depan ruangan kepala sekolah yang bersebelahan dengan ruangan BK, Binar melihat kedalam ruangan BK ada beberapa siswa disana, mungkin mereka tengah terkena hukuman.

"Kamu tunggu dulu yah, kepala sekolah sedang ada tamu." ucap Ibu itu.

"Iya buk, makasih buk." jawab Binar tersenyum.

Binar duduk di kursi di dekat ruang BK, sesekali matanya melihat kearah dalam dan Binar juga mendengar perbincangan yang ada didalam sana.

"Kalian mau jadi apa kalau berantam gini terus ha! " ucap Buk Rina dengan wajah marahnya.

"Saya mau jadi astronot buk," celetuk seseorang diantara mereka

"Kamu, saya tidak suruh menjawab." tajam ibu Rina kearah Agam seseorang yang berani berkutik ketika ibu Rina sedang marah.

Buk Rina menyandarkan badannya kekursi di belakang, badannya yang cukup besar membuat Agam dan orang yang disana terlihat kaget ketika buk Rina menyandarkan badannya itu kekursi yang malang itu.

"Ibu sudah capek ngurusi kalian bertujuh gak ada kapok kapoknya berantam," ucap Buk Rina frustrasi.

"Yaudah buk kalau ib-"

"Sekali lagi kamu bicara ibu hempas kamu diruangan ini!" ketus Buk Rina pada Agam yang lagi lagi menjawab pertanyaan ibu itu.

Binar melihat dan mendengar semua perbincangan itu dari luar, matanya tetap terarah kedalam sampai ada satu orang diantara mereka yang melihat bahwa Binar tengah menguping pembicaraan mereka.

Binar langsung menatap kelain arah ketika pandangan dia dan orang itu bertemu.

"Kamu Binar kan? Ayo masuk." ucap Seorang pria yang ia tunggu sejak tadi, Kepala sekolah.

Binar langsung mengangguk dan mengikuti bapak Kepala sekolah itu dari belakang. Mata Binar mencoba melihat kedalam ruangan itu memastikan orang yang melihat ia tadi tidak menatapinya lagi.

Depp

Dia sudah di ambang pintu, Binar langsung berjalan cepat masuk keruangan kepala sekolah untuk menghindari orang itu.

*****

Kelas XI IPA 4 sekarang tengah belajar, suasana yang sangat riuh walaupun ada guru sudah biasa terjadi dikelas itu, 20 menit ketika pelajaran sudah dimulai kepala sekolah masuk bersama Binar, yah sekarang Binar masuk ke kelas XI IPA 4, walaupun otaknya yang lumayan pintar tapi dirinya tetap tidak bisa masuk kekelas unggulan, karena murid disana sudah penuh. Murid untuk kelas kelas unggulan membatasi jumlah siswa siswi nya yang ada disana.

Binar mencoba tersenyum, melihat kearah orang orang asing disana dengan tatapan ramah. Binar harus bisa berbaur dengan mereka.

Binar melihat kearah bapak kepala sekolah, Pak Raditya.

Terlihat pak Raditya mengangguk kearahnya, Binar membalasnya dengan senyuman sampai akhirnya Pak Raditya keluar dari kelas dan meninggalkan Binar disana dikelas barunya.

Suasana riuh menjadi hening seketika, Binar sangat gugup sekali.

"Baiklah anak anak hari ini kalian kedatangan teman baru," ucap Seorang guru yang ada disana, Ibu Dina.

"Perkenalkan dirimu nak." ucap Ibu itu tersenyum

Binar membalasnya dengan senyuman lalu melihat kearah depan dengan tatapan berani

"Selamat pagi semuanya, perkenalan namanya Binar Latisha Adara, saya pindahan dari SMA wijaya, terimakasih." ucap Binar memeperkenalkan dirinya singkat.

"*Hai Binar cantik."

"Doi abang belum ada loh, daftar skuy."

"Binar nanti pulang bareng gue yah, tenang pacar gue yang kedua gak bakalan marah kok."

"Nama sama wajahnya gak ada bedanya yah sama sama bikin adem hati*."

Ocehan ocehan itu terdengar dari siswa yang berada disana, Binar hanya membalasnya dengan senyuman tak tau harus menjawabnya bagaimana.

"Sudah sudah sudah, kalian ini yah kalau liat cewek cantik aja langsung," ucap Ibu Dina.

"Namanya juga cowok buk, kayak gak tau manusia ajaib kayak kita." ucap Agam.

Binar melihat kearah Agam, dia pria yang berada diruang BK tadi, sekarang mata Binar menuju kearah orang orang yang ada didekatnya, wajah wajah itu adalah wajah yang ia liat saat diruang BK tadi dan ada satu wajah yang paling ia kenal.

Binar langsung menelan ludah nya ketika mengetahui semuanya, kenapa dirinya berada dalam kelas yang sama dengan dia, menyebalkan.

"Terserah mu gam, terserah. Malas ibu debat samamu," pasrah ibu Dina kepada Agam.

"Yaudah kamu duduk sana, ibu pusing nanti kalau nyuruh mereka nanyak nanyakin tentang kamu." suruh buk Dina kepada Binar.

Binar mengangguk lalu berjalan kearah kursi yang masih kosong nomor 2 dari depan.

"Hai aku Juni Andera, panggil aja Juni." ucap orang yang ada disebelah Binar sambil menjulurkan tangannya

"Binar," jawab Binar meraih tangan Juni.

"Udah tau." ucap Juni tertawa kecil, Binar hanya tersenyum absurd mendengar perkataan Juni.

"Lo tau? lo orang yang beruntung saat ini," ucap Juni.

"Beruntung kenapa? "

"Beruntung karena lo masuk kelas XI IPA 4." Jawab Juni membanggakan kelasnya.

"Kenapa gitu? "

"Karna kalau lo masuk kelas unggulan gue yakin lo bakalan gak betah disana, bakalan cepet tua, orang orang kelas unggulan rata rata gak ada sedikit pun rasa humorisnya, semuanya pada monoton kepelajaran." Jelas Juni membuat Binar mengangguk

"Dan lo juga beruntung karena lo satu kelas sama pangeran sekolah ini."

"Ha? " ucap Binar tak paham

"Liat," Juni menunjuk kearah barisan paling belakang "Dia Agam yang duduk paling pinggir, manusia paling rusuh tapi tetap tampan, sampingnya Rian dia juga rusuh sama kayak Agam tapi bedanya Rian lebih waras dan gak pecicilan kayak Agam," jelas Juni " Dan yang paling belakang itu namanya Awan, dia orang paling terkenal disini, badboy, coolboy tapi gak playboy." ucap Juni.

Binar melihat Awan menelusuri tiap detail wajahnya, yah dia lumayan tampan tapi sepertinya sangat songong.

"Kalau lo mau deketi dia hati hati, karna lo bakalan berurusan sama fans fansnya." Juni menatap kearah Binar dengan senyuman menggoda.

Binar yang mendapat tatapan itu mengeritkan dahinya. "Kenapa? " tanya Binar.

"Hati hati, awas naksir pandangan pertama. " ucap Juni tersenyum.

Binar menghelas nafasnya, melihat kearah Awan sejenak lalu kearah Juni "Gak bakalan, tipe cowok gue gak seberandal dia." jawab Binar.

Juni angguk angguk sedikit percaya "Awas kemakan omongan sendiri." lirih Juni pelan.

Nadir ~ Cafe

A cup of coffee can calm your mind

Seperti biasa setelah bel berbunyi siswa siswi SMA Angkasa langsung beranjak dari ruangan kelas menuju kantin. Mungkin ini tidak hanya terjadi di SMA Angkasa, di SMA lainnya juga hal ini akan terjadi, sudah pasti.

Juni berjalan beriringan dengan Binar, mereka yang baru beberapa jam tadi berkenalan sudah sangat akrab kelihatannya.

"Nar lo mau makan apa? gue yang pesenin tapi lo yang bayar yah." ucap Juni menyengir.

"Terserah, gue belum tau menu menunya," jawab Binar santai.

"Menu disini sama kayak dikantin kantin lain, ada bakso, seblak, cireng, nasi goreng pokoknya makanan anak sekolahan lah." Jelas Juni

"Yaudah gue mesen seblak aja,"

"Oke deh, minumnya teh dingin yah biar samaan."

Binar mengangguk mengiyakannya dan Juni langsung pergi ke pemesanan. Binar yang menunggu Juni disana terasa sangat tidak nyaman, banyak tatapan tatapan yang terarah kepadanya, Binar memegang tengkuknya yang sekarang sedikit mendingin, suasana menjadi dingin sekali padahal cuaca diluar sana sangat panas.

"*Anak baru kan"

"Iya anak baru, lumayanlah"

"Cantik juga yah, jadi saingan ni kayaknya"

"Muka muka polos kayaknya*"

Bisikan bisikan itu terdengar dari orang orang dikantin, mengapa mereka lebih suka berbicara dibelakang dibanding ngomong langsung didepan.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Juni datang dengan dua porsi seblak dan teh dingin.

Juni meletakan makanan itu diatas meja "Ni punya lo." Juni mendorong pesanan punya Binar kehadapannya.

Juni menyipitkan matanya sedikit, melihat kearah Binar yang menjadi aneh.

"Kenapa lo? " tanya Juni

"Gak papa, aura nya dingin banget yah,"

Juni melihat kearah keluar, matahari yang bersinar tak ampun ampunya dibilang dingin.

"Lo gak papa kan Nar? Panas gini lo bilang dingin." ucap Juni aneh.

Binar melihat kearah orang yang disebelahnya yang tengah berbisik bisik, Juni mengikuti arah penglihatan Binar.

Juni mangut mangut.

"Ooh digosipin sama mereka? udah biasa mah orang sini gosip gosip gitu," ucap Juni santai lalu menarik seblak miliknya.

Binar juga ikut mengambil seblak miliknya dan mulai memakannya.

"Lo pernah di ceritain sama mereka?" tanya Binar.

Juni hanya mengangguk menjawabnya.

"Kok bisa? kenapa? "

"Karna gue cantik." jawab Juni santai.

Binar langsung menahan tawanya yang hampir pecah, sangat pede sekali orang yang dihadapannya ini.

"Btw kalau boleh nanyak lo kenapa pindah kesini? " tanya Juni biar lebih akrab.

Binar memberhentikan kegiatan makannya, dia tidak mungkin memberitahu kepada orang yang baru ia kenal soal kehidupannya.

"Orang tua gue pindah kerja," jawab Binar

"Ooo gitu, dimana? " tanya Juni

"Banyak nanyak deh, kepo amat." ucap Binar ketus

Juni menatap Binar sejenak membuat Binar mengeritkan dahinya

"Kenapa? " antusias Binar

"Gue nyomot punya lo yah," Ucap Juni langsung mengambil seblak Binar.

Mata Binar langsung melotot melihatnya

"Astaga Juni jorok banget sih," ujar Binar mendorong Seblak miliknya.

"Namanya juga lapar Nar, kalau lo gak mau buat gue aja."

Juni langsung mengambil Seblak Binar dan memakannya.

Binar menggedikan bahunya

"Aneh banget, padahal banyak duit soal seblak masih minta minta." ucap Binar pelan

"Mubazir Nar." jawab Juni yang mendengar ucapan Binar walaupun sangat pelan.

*****

Setelah selesai pelajaran akhirnya waktu yang ditunggu tunggu kunjung datang, bel pulang.

"Lo balik sama siapa?" tanya Juni

"Sendiri, kenapa? " jawab Binar

"Naik? " tanya Juni

"Mobil."

"Ooo yaudah gue duluan yah, udah dijemput, dahh." ucap Juni melambaikan tangannya lalu meninggalkan Binar disana.

Binar berjalan kearah mobilnya tapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria dan teman temannya berada didekat mobilnya, dia orang yang Binar liat di BK, Awan dan teman temannya.

Binar langsung membalikan badannya menarik nafasnya dalam dalam lalu dihembuskannya perlahan.

Binar memberanikan diri mendekati mereka, toh apa juga yang harus ditakuti, Binarkan tidak ada salah.

Binar melewati mereka bertiga tanpa menoleh kearah mereka begitu juga dengan mereka, Binar membuka pintu mobilnya dan segera masuk, ternyata ini tak sehoror yang ia kira.

Binar bernafas dengan lega didalam mobil sebelum mobilnya keluar dari area sekolah.

Diperjalanan Binar berfikir, apa yang harus ia takutkan jika bertemu dengan pria itu, Binar tidak salah dia hanya duduk disana dan mendengarkan yang telinganya ingin dengar dan mungkin pada saat pria yang bernama awan itu melihat kearahnya itu bukan karena memergokinya tengah menguping, tapi hanya ingin mengalihkan pandangan kearah lain, Mungkin.

Binar mendengus pelan lalu berguma pelan "Dasar Binar geeran." ucap Binar untuk dirinya sendiri.

*****

Binar melempar tasnya ke atas tempat tidurnya kemudian masuk kekamar mandi untuk menyegarkan badannya yang sudah merasa gerah.

Setelah 30 menit selesai mandi, Binar langsung bersiap siap untuk pergi keluar rumah, dirinya sangat bosan jika berlama lama dirumah.

Binar menggunakan kaos putih polos, terlihat sangat sederhana.

Binar membawa mobilnya menuju jalan besar kota jakarta, ia harus lebih kenal lagi dengan jalan jalan disana. Setelah beberapa jam berjalan jalan dengan mobilnya akhirnya Binar berhenti di sebuah cafe, di depan toko buku tempat kemarin ia membeli buku.

Binar masuk kedalam cafe itu, terlihat lumayan ramai orang orang yang berada disana. Binar duduk di bagian pinggir cafe, memesan makan lalu menunggunya.

Karena makanan yang Binar pesan belum kunjung datang, Binar menyempatkan diri untuk pergi ketoilet sebentar membasuh wajahnya yang lumayan lelah karena mengelilingi kota jakarta tadi.

Baru 10 menit Binar meninggalkan tempatnya terlihat disana ada orang yang tengah menempatinya dan orang itu tengah memakan makanan Binar, Binar berjalan cepat sambil menggepalkan tangannya.

"Ini tempat gue," celetuk Binar tiba tiba.

Orang yang ada disana melihat Binar dengan wajah sedikit kaget.

"Kalian ngapain disini? pergi gak!" usir Binar.

"Galak bener yaelah, syukur cantik." ucap salah satu dari orang disana, Agam.

"Dia bukannya teman sekelas kita yah? " Tanya Rian pelan

Agam melihat Binar berusaha mengingat lalu menepuk jidatnya menyadari bahwa orang yang tengah marah marah ini anak baru yang masuk kekelasnya.

"Oh iya, lo anak baru itu kan yang namanya Dinar?" ucap Agam menunjuk Binar

"Binar ****," ketus Rian

"Ah sama aja, eh kenalin gue Agam orang paling ganteng dikelas." ucap Agam mengulurkan tangannya.

Binar mendesis pelan, ternyata orang orang pedenya ketinggian masih banyak berkeliaran.

Binar tak menjawab uluran tangan Agam membuat Rian yang melihatnya merasa kasihan dengan Agam, Rian langsung menarik tangan Agam dan menjabatnya.

"Gue Rian teman sebangku lo," ucap Rian.

Agam langsung menarik tangan jijik.

"Jijik." ujar Agam

Binar melihat mereka bertiga, yah mereka bertiga, ada Awan disana yang sejak tadi asik dengan ponselnya dan tak menghiraukan kedatangan Binar.

Binar menyipitkan matanya melihat Awan, Rian dan Agam yang melihat Binar menatapi Awan dengan tatapan sinis langsung menarik Awan.

"Wan pergi yok, perasaan gue gak enak." ajak Rian.

"Iya, perasaan gue gak enak, hati gue mengatakan cinta gue bakalan nyakut di elo lagi nanti." ini Agam.

Agam langsung menarik Awan dan diikuti dengan Rian di belakangnya. Awan yang sekarang tengah menjadi bahan tarikan mengikuti saja.

"Maaf yah soal pengambilan wilayahnya dengan senonoh tadi dan buat makanannya makasih, itung itung sedekah buat Agam oke, jangan marah sama kami yah." bisik Rian pelan kepada Binar sebelum dia menyusul teman temannya yang tengah berpindah tempat ke tempat lain dicafe itu.

Binar menatap kearah mereka, Awan yang tengah berjalan menaiki tanga untuk pergi kebagian atas cafe itu melirik sekilas kearah Binar dengan wajah datarnya.

"Manusia aneh." sinis Binar.

Nadir ~ Berulah

Pagi ini cerah tapi sangat hening, kehidupan yang tak pernah berubah setiap waktunya, sangat monoton untuk dijalani.

Binar seoarang siswi SMA yang kerap pindah pindah sekolah ini selalu menikmati dunianya seperti ini.

Binar mengoleskan selai coklat keatas roti dan melipatnya sebelum dimasukan kedalam mulutnya, setelah itu ia meneguk segelas susu lalu berangkat sekolah.

Binar sejenak menatap kearah kursi disebelahnya dan tersenyum manis lalu mengambil tasnya dan pergi kesekolah.

Seperti biasa Binar pergi kesekolah menggunakan mobilnya, mobil pemberian dari ayahnya.

Binar memarkirkan mobilnya diparkiran khusus sekolah lalu masuk kedalam lingkungan sekolah Angkasa.

Langkahnya terus berjalan di atas koridor sekolah dengan senyuman mengembang dipipinya.

"Woii." Juni datang tiba tiba dari belakang dan langsung merangkul Binar.

Binar menoleh kearah Juni dan tersenyum.

"Ceria amat," ujar Binar

"Iya dong pasti itu, kita itu harus ceria kapanpun dan dimana pun," ucap Juni semangat 45

"Iyain." jawab Binar tertawa

Binar dan Juni berjalan beiringan menuju kelas tapi sayangnya langkah mereka terhenti ketika Binar ditabrak oleh kakak kelas dan segerombolan pasukannya.

Bukkk

Binar jatuh tersungkur dilantai.

"Aww." lirih Binar

Juni yang disampingnya langsung terkejut lalu membantu Binar.

"Nar lo gak papa kan?" tanya Juni memegangi bahu Binar, Binar menggeleng pelan lalu berusaha berdiri, Juni membantu Binar.

Tangan Binar bergerak mengibas ngibaskan roknya yang terkena debu, sedangkan Juni menatap kearah kakak kelas yang menabrak Binar tadi.

"Lo sengajakan nabrak Binar!" teriak Juni kepada kakak kelas dihadapannya, dia Rubi.

Rubi memgangkat satu alisnya seperti menantang Juni "Kalau iya kenapa, mau marah? " ucap Rubi melipat tangannya.

"Lo yah ga-"

"Udah Jun jangan diladenin," ucap Binar memotong perkataan Juni

"Tapikan Nar dia udah nabrak lo dengan sengaja tadi," tegas Juni

"Udah santai, Nanti kita bales, biar seru." bisik Binar sambil mengedipkan matanya.

Juni terdiam, ternyata Binar berani juga. Akhirnya Juni mengangguk iya.

"Yaudah yuk kelas." Binar langsung menarik Juni pergi dari sana.

Rubi yang melihat mereka pergi tersenyum puas "Gak ada yang boleh merasa lebih cantik disekolah ini." ucap Rubi lalu pergi dari sana dan diikuti dengan teman temannya.

*****

Binar melihat tangannya yang sedikit tergores akibat jatuh tadi lalu meniup niupnya pelan.

"Sakit yah Nar? " tanya Juni

"Enggk, cuman perih sikit aja," jawab Binar santai

"Ke UKS yok biar di obati," ucap Juni jadi khawatir

"Perhatian amat mbak," jawab Binar mencubit pipi Juni

Juni mendengus pelan "Gue gak bisa liat luka gitu, ngilu gue."

"Yaelah, udah santai aja bentar lagi bakalan sembuh kok," jawab Binar

Juni melihat kedepan dengan tatapan kosong, Binar heran.

"Lo kenapa? " tanya Binar

"Kita harus bales si Rubik itu." ujar Juni

Binar menepuk pundak Juni "Tenang gue udah tau cara balesnya,"

"Gimana? " tanya Juni langsung menoleh kearah Binar

"Liat aja nanti." ucap Binar menaik naikan satu alisnya dan tersenyum menangan.

Dikantin Binar duduk bersama Juni, mereka tengah menjalankan misi rahasianya.

"Emang yah cara lo klop banget," Ucap Juni diacungi dua jempol

Setelah beberapa menit Rubi dan pasukannya masuk kekantin membuat orang orang yang disana minggir memberi jalan. Rubi benar benar sangat ditakuti disekolah Angkasa ini.

Rubi duduk ditempat dia biasa duduk dan itu sudah menjadi daerah kekuasaan dia, siapa saja yang duduk disana akan berurusan dengan dirinya.

"Pesanin gue makanan." ucap Rubi kepada Meta salah satu temannya.

Meta mengangguk lalu pergi kepemesanan.

Binar dan Juni saling bertatapan sejenak sambil menahan tawa mereka, mereka melihat kearah Rubi yang ada disana.

"Bi gue kesana dulu yah, mau mesen juga." ucap Ara lalu beranjak berdiri.

Disaat Ara berdiri dan berjalan melewati orang orang disana, mereka tertawa.

Rubi melihat kearah mereka mereka yang tertawa, kenapa?

"Kalau dapet dilapisin dong, merah merah gitu, pake nodrop kalo bisa." celetuk salah satu siswi dikantin itu.

Rubi langsung melihat kearah belakang rok Ara begitu juga dengan Ara.

Mata mereka membulat, apa ini.

Ara langsung memegangi belakang roknya, Ara berfikir bahwa dirinya tidak sedang datang bulan sekarang.

Ara memegang cairan berwarna merah diroknya itu.

Cat? Kok bisa

"Ini ulah siapa? " teriak Ara

Rubi yang tengah duduk bersama teman temannya langsung berdiri

"Bi rok lo juga," ucap Fani menunjuk rok Rubi, Rubi melihat belakang roknya, kurang ajar geram Rubi.

Wajah Rubi memanas seketika sambil menggepalkan tangannya, siapa yang berani macam macam sama gue.

"Ini kerjaan siapa?" geram Rubi. Seketika seisi orang yang dikantin terdiam terutama dengan Juni dan Binar.

Awan, Agam dan Rian juga ikut terdiam bersamaan.

"Siapa yang berani beraninya narok cat di sini ha!" teriak Rubi

"Gila men Rubi kalau marah serem juga yah, ngalahin emak gue kalau ngerep dirumah," bisik Agam

"Berisik lo!" ketus Rian menoyor kepala Agam.

Rubi berjalan pelan kearah tengah tengah kantin melihat kearah semua orang disana yang tengah menunduk tak berani menatap Rubi.

"Kalian tau kan apa hukumannya jika berani main main sama gue, jangan salahin gue kalau hidup lo gak tenang." ucap Rubi kepada semua orang, tapi ucapan itu membuat Binar yang ada dikejauhan sana tersontak, dirinya sedikit takut, sedikit.

*****

Setelah dari kantin Binar mencoba menenangkan pikirannya sejenak, dia berusaha untuk tidak takut kepada Rubi.

Binar pergi keperpustakaan untuk mendapatkan keheningan yang bisa membuatnya berpikir jernih.

Binar mengambil satu buku dan duduk di paling belakang tempat tidak ada orang. Binar hanya membolak balik buku itu tanpa membacanya.

"Jangan suka naroh cat dikursi kantin." celetuk seseorang dari belakang membuat Binar sangat terkejut, Binar langsung menoleh 180°, Awan.

Binar meneguk ludahnya menatap Awan "Ngaco lo, asal main tuduh aja." ucap Binar gelegepan

"Gue liat sendiri." ujar Awan membuat Binar terbungkam.

Awan mengambil buku dari rak dibelakang Binar dan pergi dari sana.

Binar masih terdiam mematung dan langsung mengerjap ngerjap kan matanya lalu melihat Awan yang berjalan keluar perpustakaan.

Binar langsung berdiri dari tempatnya, menaru buku yang ia pegang tadi di rak buku lalu berlari menyusul Awan.

"Tunggu, tunggu." henti Binar kepada Awan.

Awan berhenti lalu melihat Binar yang tengah mengatur nafasnya.

"Lo jangan bilang siapa siapa yah, plisss." mohon Binar. Awan hanya menaikan satu alisnya lalu berjalan lagi.

Binar mendengus kasar ketika Awan tak menghiraukannya. Ia kembali mengejar Awan dan berdiri langsung didepan Awan untuk memberhentikan langkah Awan.

"Plisss jangan kasih tau yah, lo tega liat gue diganggu sama gengnya Rubi?" mohon Binar lagi

"Apa peduli gue?" jawab Awan dingin

"Yah lo harus perduli lah, sesama manusia itu harus saling melindungi, lo gak mau ngelindungi gue? " ujar Binar

"Harus? " tanya Awan dingin

"Ya haruslah, kitakan teman sekelas, yayayayaya jangan bilangin keorang orang,"

Awan menatap Binar sejenak lalu berjalan melewati Binar, Binar langsung ternganga melihat Awan yang sama sekali tidak meresponnya, ni anak gak bisa diajak kompromi yah.

"Gak bisa apa ngertiin dikit aja," ucap Binar menghentak hentakan kakinya lalu membalikan badannya.

Ternyata Awan berdiri dibelakang Binar sehingga membuat Binar menabrak badan Awan.

Binar memegang kepalanya yang terkena dada bidang Awan dan mendongak keatas, mata Binar membulat seketika.

"Awan." ucap Binar gelegepan

"Kenapa? kaget? " ucap Awan menaikan satu alisnya dengan wajah datarnya

Binar mengangguk jujur, dia tak bisa berkutik sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!