Binar memasuki komplek perumahannya. Binar melihat ada mobil putih di depan rumahnya
"Mama," seru Binar dalam mobil
Binar langsung memajukan mobilnya kedepan rumah dan keluar secepatnya dari mobil dan masuk kerumah, Binar melihat keruangan tengah menoleh kekanan dan kekiri mencari mamanya.
"Ma," panggil Binar.
"Dari mana saja kamu? " ucap seorang wanita parubaya dari atas tangga sambil berkecak pinggang, dia mamanya Binar, Friska.
Mata Binar berkaca kaca melihat Friska, akhirnya Friska pulang.
Friska menuruni anak tangga perlahan kemudian berhenti didepan Binar.
"Mama,"
Plakk
Satu tamparan mendarat di pipi Binar membuat Binar memegangi pipinya sakit.
"Dari mana aja kamu ha? Kenapa baru pulang jam segini, mau jadi apa kamu?!" teriak Friska.
Bibir Binar bergetar, ingin sekali rasanya ia menangis tapi hal itu harus ditahannya.
Friska menarik rambut Binar supaya wajahnya berhadapan dengannya.
Binar meneguk ludah, dirinya harus pasrah.
"Dasar anak tidak berguna." ujar Friska kemudian mendorong Binar hingga tersungkur kelantai.
Binar menarik nafasnya, ia tidak boleh menangis, jika Binar menangis mungkin Friska akan lebih memukulnya dengan kuat.
"Maaf ma," ucap Binar berusaha bangkit.
Friska menatap Binar tak perduli, kemudian berjalan melewati Binar dan masuk kekamarnya, Binar menoleh melihat mamanya, sedikit senyuman di bibirnya terukir "Makasih ma udah pulang."
*
Binar masuk kemarnya, melihat pipinya yang memerah akibat tamparan Friska tadi. Binar mengompresnya sambil rebahan, tangan kiri nya memegang kompresan tangan kanannya memegang ponselnya.
Binar melihat isi chat grup kelasnya yang sangat berisik.
Mereka tengah debat soal pr disana, sebagian ada yang mengatakan untuk tidak mengerjakan pr sebagian juga ada yang menyuruh untuk dikerjakan biar tidak kenak hukum.
Agam orang yang paling ngeselin dikelaslah yang membuat grup itu berisik.
Agam
Jgn ada yang ngerjain tugas yah woi, jgn sok rajin, jgn sok asik, bantuin emak aja biar dapat pahala
Agam
Lagian pr gak ada salah, ngapain dikerjain, jahat bangat sama pr
Mita
Jgn dengerin anak usup gais, kerjain aja
Rere
Mengirim stiker
Agam
Sok asik bnget sih sm bapak gua, kenal aja kagak
Farel
Berisik:v
Mita
Dih siapa juga yg pengen kenal bokap lo
Rian
Kasihan bat dah Kek usup dibawak bawak, Rip kucingku:v
Agam
Berisik lu mukinim, bokap gue masih awet muda blm kakek2
Rere
Mengirim stiker
Agam
@Mita mana lo, berantem lagi sini cemen banget sih
Rere
Mengirim stiker
Mita
Maaf anda siapa nyebut nyebut saya
Agam
Sok anda anda lo biasanya juga manggil sayang
Mita
Huekkkkkk
Dinda
Kresek"
Juni
Ada yang patah tapi bukan patah
Agam
Jahat bangat sih kamita bukan kananda ataupun kadinda:v
Mita
Mita left
Rian
Rian left
Farel
Farel left
Dinda
Dinda left
Juni
Juni left
Agam
Kok pada keluar semua woi
Rere
Mengirim stiker
Agam
Agam removed Rere
Agam
Agam added Mita, Rian, Farel, Juni, Dinda
Binar membaca semua percakapan mereka, senyum di bibir Binar mengembang seketika. Ternyata Binar tidak salah masuk kelas, teman kelasnya asik semua, sangat.
Binar melihat semua nomor nomor yang ada di akun grup kelasnya, Binar melihat satu nomor dengan nama Awan.
Binar tersenyum, Binar melihat foto profilnya ternyata foto anime.
"Ternyata suka anime," lirih Binar, saat Binar menatapi foto profil Awan tiba tiba tulisan online muncul, refleks Binar langsung melempar ponselnya.
"Gila, online gk bilang bilang." ucap Binar mengatur nafasnya. Kini tangan kembali terulur mengambil ponselnya, melihat apakah Awan masih online atau tidak.
*****
Binar berlari kecil keruang tengah dengan langkah bahagia, Binar ingin bertemu Friska, dia sangat rindu sekali, apa lagi saat tadi malam dia hanya sebentar bertemu dengan Friska.
Binar tak menemukan Friska diruang tengah, Binar kemudian berlari ke dapur, barang kali Friska ada disana, tapi hasilnya tetap saja, nihil.
Binar berinisiatif masuk langsung keruangan Friska untuk menemuinya, tapi Binar ragu karena Frsika bisa marah besar kepadanya jika Binar masuk keruangan pribadinya. Binar mengehela nafasnya kemudian mengambil tasnya dan pergi kesekolah.
Saat Binar membuka garasi mobilnya hanya ada satu mobil disana, mobil milik Binar, kemana mobil mama nya?
"Pak Run, mama mana? " tanya Binar kepada satpam rumahnya.
"Baru saja pergi pagi subuh tadi," ucap Pak Harun.
Binar mengeritkan dahinya "Kemana pak?" tanya Binar
"Gak tau non, nyonya gak ngasih tau saya." ucap Pak Harun
Binar terdiam beberapa saat, memikirkan kenapa mamanya harus pergi lagi, kenapa mamanya tidak memberitahu dirinya. Binar ingin sekali protes kepada mamanya tapi itu sangat sangat sulit sekali.
"Ooo makasih pak, Binar pergi sekolah dulu yah pak." ucap Binar tersenyum
"Iya non, hati hati." jawab Pak Harun ikut tersenyum.
Binar mengeluarkan mobilnya dan pergi ke sekolah seperti biasa.
Sebelum Binar memasuki gedung sekolah, Rubi sudah siap siaga menjaga didepannya dengan teman temannya, Rubi memiliki lima orang teman setia, entah itu mereka setia karena harta Rubi atau karna benar benar dari hatinya.
Terlihat Binar berkacak pinggang, Binar yang melihat Rubi seakan ingin menerkamnya berjalan lebih cepat melewatinya, tapi sayangnya teman teman Rubi terlalu banyak sampai Binar tidak mengetahui posisi posisi mereka.
Ara memegang tangan Binar kuat dan menariknya langsung kehadapannya.
Binar merasa sedikit takut, tapi dia harus berani melawan mereka, dia tidak boleh terlihat takut karena bisa bisa Binar bakalan di injek injek sama mereka.
"Lepasin gak lepasin," ucap Binar membrontak.
Ara tetap memegangi Binar dibantu dengan teman temannya.
Banyak orang yang melihat kejadian itu tapi tak ada satu pun yang menolong Binar, mereka hanya sekilas melihat lalu melewatinya begitu saja.
Rian dan Awan datang, mereka melihat Binar yang tengah ditahan oleh Ara dan teman temannya.
Rian melihat Binar kasihan "Kasihan banget Binar," ucap Rian kepada Awan, Awan ikut menoleh kearah pandangan Rian lalu memalingkannya kembali.
Mereka berdua melalui tanpa menolongnya.
Rubi berjalan mendekati Binar yang berusaha memberontak.
"Good good ternyata tenaga lo cukup kuat sampai sampai harus tiga orang yang megangi lo," ucap Rubi sambil bertepuk tangan.
"Mau lo apa sih ha?" Serca Binar langsung
"Gak papa gue cuman pengen layangin di telapak tangan aja." ucap Rubi bergerak menampar Binar.
Tangan Rubi terhenti dekat wajah Binar, Binar memejamkan matanya.
"Jangan kayak bocah." ucap seorang pria pelan sambil menahan tamparan Rubi.
Seketika mata Rubi membulat, Rubi berusaha melepaskan tangannya dan pergi dari sana. Teman temannya juga ikut pergi dan melepaskan Binar.
Binar membuka matanya perlahan, tak sakit. Apa dirinya punya pelindung sehingga tamparan Rubi tak dirasakannya.
Binar menoleh kekanan dan kekiri, kemana Rubi? Hilangkah? ditelan bumikah? musnakah?
Binar hanya melihat seorang pria dihadapnya. Binar melihatnya bingung.
"Lo gak papa kan? " tanya Pria itu, Arkan.
Binar mengangguk "Iya gak papa kok."
"Tenang Rubi udah pergi," ucap Arkan tersenyum.
Binar mangut mangut, ternyata Rubi tidak hilang ditelan bumi, karna mungkin bumi ogah banget nelen dia.
"Gue Arkan, XI IPAI-1." ucap Arkan mengulurkan tangannya memperkenalkan.
"Binar XI IPA-4." jawab Binar meraih tangan Arkan.
Arkan tersenyum kepada Binar membuat pipi Binar memerah.
Arkan adalah cowok ganteng yang superduper pinter di sekolah angkasa, Arkan selalu juara umum dan sekaligus menjadi ketua club matematika.
"Ayo, keburu bel." ajak Arkan berjalan duluan.
Binar terdiam sejenak kemudian berlari kecil mesejajarkan langkahnya dengan Arkan.
Arkan menoleh kearah Binar dan Binar langsung memalingkan wajahnya malu.
Entah kenapa pipi Binar memerah seketika.
"Lucu." ujar Arkan berbisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
TereLea(♥ω♥ ) ~♪
semangat
2020-04-26
0
Alfian Rosyadi
kak aku udah mampir vote dan like
mampir kak di karyaku
"Kesabaran Cinta Pak Ustadz"
2020-04-21
0
Laila
halo thor, semngat ya nulisnya.
kita saling mendukung ya
2020-04-20
0