Dimas memandangi wajah Alila yang tertidur pulas. Terlihat sangat tenang dan menggemaskan. Empat tahun bersama, baru kali ini dia berani menatap lekat-lekat wajah cantik itu. Dia tersenyum sendiri memandangi wajah Alila.
Tiba-tiba Dimas merasakan hatinya bergetar dan terasa hangat saat kembali menatap wajah yang tertidur sangat pulas itu. Perasaan yang sangat asing baginya, karena baru kali ini dia merasakannya.
Dimas kembali bersandar di kursinya. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tapi tak bisa.
(Ada apa dengan diriku? Mengapa malam ini menjadi terasa sangat berbeda, Al.)
Dimas mengalihkan pandangannya kembali ke arah Alila. Tubuh Alila menggeliat pelan, kepalanya berbalik arah menghadap kepadanya. Dia memberanikan diri mendekati wajah Alila.
Tangannya bergerak ke arah wajah yang terlelap itu. Dengan sangat hati-hati Dimas menepikan helai-helai rambut yang menempel di wajah Alila. Hatinya bergetar dan kembali menghangat saat matanya bermanja menikmati keindahan paras wanita di hadapannya.
(Empat tahun yang lalu, kamu masih seorang gadis belia yang polos dan pendiam, Al. Ternyata sekarang kamu sudah berubah menjadi wanita cantik yang penuh daya tarik..)
Dimas masih terus menatap Alila. Dia sudah mulai menikmati getaran hangat yang dirasakannya sedari tadi. Naluri lelakinya pun terbangun saat pandangannya berhenti pada bibir tipis wanita itu.
Wajahnya semakin mendekati wajah Alila. Dia menahan wajahnya tepat di depan wajah Alila. Bergerak sedikit saja, bibir mereka pasti akan bersentuhan.
(Mengapa berada sedekat ini denganmu, membuatku hampir hilang kendali, Al? Apa yang sebenarnya aku rasakan padamu?)
Dimas berusaha mengontrol perasaannya sendiri. Dia segera memundurkan wajahnya menjauh dari Alila yang masih terlelap.
(Maafkan aku, Al. Hampir saja aku khilaf.)
Dimas segera mengatur posisi duduknya di belakang kemudi. Sesaat dia kembali menatap wajah Alila dengan penuh senyuman. Kemudian melajukan mobilnya menembus jalanan yang telah mulai sepi dari lalu-lalang kendaraan.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya mereka tiba di halaman rumah Alila. Setelah mematikan mesin mobilnya, Dimas menoleh ke arah Alila yang tampak semakin pulas. Dia tidak tega untuk membangunkannya.
Dimas lalu mengambil ponselnya. Dia menghubungi Alano, adik Alila agar membukakan pintu rumahnya. Setelah Alano mengiyakan, Dimas bersiap akan keluar dari mobil. Tapi dia berhenti sejenak, mengambil ponselnya lagi, lalu beberapa kali memotret Alila yang tengah terlelap. Dia tersenyum sendiri menyadari tingkahnya.
(Aku minta maaf, Al. Aku sudah mengambil fotomu tanpa ijin.)
Dari pintu sebelah kiri, pelan-pelan Dimas membuka selimut lalu merengkuh tubuh Alila dengan sangat hati-hati, membawanya ke dalam dekapan kedua tangannya. Dia berjalan sambil membopong tubuh Alila dengan perlahan agar tidak membuat guncangan. Sesekali dia menatap wajah Alila yang terkulai di dadanya.
"Dim.." Alila bersuara pelan dengan mata yang masih tertutup rapat.
"Ssttt.., tidurlah, Al." Dimas merapatkan dekapannya agar Alila merasa hangat.
Dimas melanjutkan langkahnya melewati pintu yang sudah dibuka oleh Alano. Dia masuk ke dalam kamar Alila yang juga sudah terbuka dan segera menurunkan tubuh Alila di atas tempat tidur.
Dimas memindahkan tas di pangkuan Alila ke atas meja, membuka sepatu yang dikenakannya dan meletakkan di lantai, kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya dengan rapat. Sebelum pergi, dia mendekati wajah Alila, merapikan rambut yang teracak di wajah lelap itu.
"Aku pulang dulu, Al. Terima kasih untuk hari ini. Selamat beristirahat, Putri Tidur." Dimas berbisik di telinga Alila, lalu berjalan keluar kamar dengan penuh senyuman.
Setelah menutup pintu kamar, Dimas segera pamit pada Alano yang mengantarkannya sampai pintu depan.
Di dalam mobil, Dimas meregangkan tubuhnya sejenak untuk melepas penat. Matanya terpejam membayangkan kebersamaannya dengan Alila malam ini.
Dia merasa semuanya menjadi berbeda. Tidak seperti biasanya. Bersama dengan Alila malam ini membuatnya merasakan bahagia di hatinya.
Kejadian di dalam mobil saat Alila tertidur tadi, masih terekam jelas di memorinya. Dia masih belum memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Yang dia tahu saat ini hanyalah kebahagiaan. Dia bahagia bersama Alila.
Tiba-tiba ponsel Dimas berdering. Ada satu pesan baru yang masuk. Alila?
Dimas membuka pesan itu.
"Dim.., kamu di mana?"
"Kamu bangun, Al?"
"Kamu di mana?"
"Aku masih di depan rumahmu, Al."
Tidak ada balasan lagi.
Dimas berpikir Alila sudah kembali tidur. Tapi saat menatap ke depan, dia melihat Alila membuka pintu rumah dan berlari kecil menuju mobilnya.
Sampai di samping mobil, Alila langsung membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
"Ada apa, Al? Kenapa bangun."
Alila duduk dengan wajah cemberut.
"Kenapa tadi tidak membangunkan aku?"
"Kamu tidur pulas sekali. Mana tega aku membangunkan kamu, Al."
"Kenapa aku digendong?"
"Tahu dari mana kamu kalau aku gendong?" Dimas bingung sendiri.
Alila membuka ponselnya lalu menunjukkan foto yang dikirimkan Alano padanya.
"Dasar anak itu..., sudah nyawa separuh pun masih sempat-sempatnya mengambil foto orang."
Dimas tersenyum melihat foto dirinya yang tengah menggendong Alila dalam dekapannya.
(Entah mengapa aku sangat menyukai momen itu, Al.)
Tanpa sepengetahuan Alila, Dimas mengirim pesan pada Alano, meminta untuk mengirimkan foto itu ke ponselnya.
"Kenapa aku digendong?" Alila mengulangi pertanyaannya.
"Maunya aku seret gitu?"
"Dim..!"
"Terus maunya gimana? Kalau ngomong yang jelas."
"Besok lagi bangunkan aku seperti biasanya, Dim."
"Tidak mau."
"Dim..!"
(Aku tidak ingin terbawa perasaan, Dim. Aku takut kecewa nantinya...)
"Al..!"
Alila langsung keluar dari mobil, membuat Dimas mau tak mau harus ikut keluar juga.
Alila berjalan cepat meninggalkan Dimas, namun dengan cepat Dimas mengejarnya dan membopongnya lagi seperti tadi.
"Dim, lepaskan!" Alila meronta setengah berteriak.
"Ssttt.., diamlah Al..! Ini sudah sangat malam. Diam saja dan pegangan yang erat!"
Alila mendadak terdiam. Dimas melangkah dengan cepat membuat tubuhnya terguncang. Refleks dia mengalungkan tangannya di leher Dimas karena takut terjatuh.
Pandangan Alila mengarah tepat ke wajah Dimas.
(Andai kau juga merasakannya, Dim..)
Dimas pun tengah menatap wajah Alila dalam dekapannya.
(Hatiku bergetar lagi, Al..)
Pandangan mereka kembali bertemu. Mata bertemu mata. Tanpa kata. Hanya rasa.
Untuk kedua kalinya di malam ini, Dimas masuk ke kamar Alila. Dia menurunkan Alila di atas tempat tidur.
"Tidurlah, Al. Sudah larut malam. Aku pulang dulu."
Dimas segera berbalik arah menuju pintu.
"Dim.."
Dimas berhenti dan menoleh ke arah Alila.
"Terima kasih."
Dimas melanjutkan langkahnya keluar kamar dan bergegas menuju mobilnya setelah menutup pintu depan.
Sampai di dalam mobil, Dimas segera menyalakan mesin mobilnya. Lampu mobilnya menyala dan menyorot ke arah pintu rumah Alila. Dilihatnya di sana, Alila berdiri menatap ke arahnya.
Dimas tersenyum dari dalam mobil.
(Selamat malam, Putri Tidur.)
Mobilpun segera melaju, berlalu meninggalkan Alila yang masih menatap kepergian Dimas.
(Terima kasih sudah menutup cerita hari ini dengan memberiku kenangan indah, Dim.)
.
.
.
Note :
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Vote & Favorit ya..🙏💜🙏
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami..
Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
GreenLee
aku menutup cerita dgn like n komen🤣🤣
2020-09-09
1
Mei Shin Manalu
Hmmm lanjutt
2020-09-02
1
Cahya
next
2020-08-25
1