Dimas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Kita mau kemana, Dim?"
"Ke rumahku."
Seketika mata Alila membulat. Dia tahu, Dimas hanya tinggal sendirian di rumahnya. Kedua orangtuanya tinggal dan mengurus sebuah usaha keluarga di luar kota bersama dengan keluarga kecil kakaknya. Dia sudah sering datang ke rumah Dimas, tapi selalu bersama sahabat-sahabatnya yang lain. Tidak pernah hanya berdua dengan Dimas.
Lima belas menit kemudian, mereka sudah sampai. Dimas mengajak Alila masuk ke dalam rumah dan duduk berdua di ruang tamu. Pintu sengaja dia biarkan terbuka lebar, agar Alila tidak berpikiran buruk terhadapnya.
"Al, tentang ucapanmu di sana tadi ...."
"Dim ...."
"Aku tidak pintar berkata-kata, Al. Aku hanya bisa bicara apa-adanya. Jadi, dengarkan saja aku."
Dimas duduk di samping Alila. Dia menatap wajah Alila dengan tatapan lembut yang tidak biasanya.
"Al, aku mengenalmu sudah empat tahun lamanya. Aku mengenalmu lebih dulu sebelum aku bertemu dengan semua kekasihku selama ini. Aku dekat dan menyayangimu jauh sebelum aku mempunyai hubungan dengan mereka semua. Dan kamu sendiri pun tahu bagaimana perasaanku terhadap mereka."
"Kamu tahu, Al. Aku sangat senang bisa berbagi banyak hal denganmu selama ini. Aku senang sekali bisa menghabiskan sebagian besar waktuku selama ini bersamamu dan membuat banyak kenangan manis bersamamu."
Alila sama sekali tidak bisa menerka arah pembicaraan Dimas saat ini. Dia hanya bisa mendengarkannya saja.
"Aku hanya ingin menegaskan satu hal padamu, Al. Aku ingin kamu tahu, bahwa keberadaanmu bersamaku selama ini adalah hal yang lebih aku utamakan daripada hal yang lainnya. Aku tidak akan pernah mengabaikan keberadaanmu, meskipun aku sedang bersama orang lain."
(Ya, Dim. Kamu tidak pernah mengabaikan keberadaanku, tapi kamu mengabaikan perasaanku padamu.)
"Dan yang perlu untuk kamu ketahui lagi, Al. Kamu yang paling mengerti dan memahami aku selama ini. Kamu tahu semua hal tentang aku. Tetapi kamu selalu menghormati wilayah pribadiku. Kamu tidak pernah ingin mengusik masalah pribadiku, sekalipun kamu tahu tentang semua itu."
"Aku merasa sangat nyaman bersamamu, Al."
"Jadi, selama kita bersama jangan pernah mengkhawatirkan apapun tentang kita berdua."
Dimas masih menatap lekat-lekat wajah Alila. Wanita itu hanya diam sedari tadi. Menuruti permintaannya untuk mendengarkan saja.
"Al ...."
Alila menoleh ke samping, menatap wajah Dimas yang sangat dekat di hadapannya.
(Tatapanmu membuat dadaku berdebar hebat, Dim.)
"Aku mengerti, Dim. Aku percaya padamu."
"Aku minta maaf karena tadi aku larut dalam perasaan takutku sendiri."
(Justru aku yang takut kehilangan kamu, Al.)
Dimas tersenyum kembali. Dia mulai mengganggu Alila. "Di mana senyumanmu, Al?"
"Tadi aku titipkan padamu. Sekarang mana, kembalikan senyumanku?" jawab Alila.
Dimas melebarkan senyumannya dan Alila pun kembali tersenyum seindah biasanya.
(Terima kasih, Al.)
Dimas berdiri dan mengajak Alila mengikutinya keluar rumah dan segera mengunci kembali pintu rumahnya.
Mereka masuk ke dalam mobil dan berlalu meninggalkan rumah Dimas.
"Mau ke mana lagi, Dim?"
"Nonton."
"Hah? Kita akan kembali lagi ke sana, Dim?"
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, hanya ...."
"Ada apa, Al?"
"Aku lapar. Mendengarkan kamu bicara panjang lebar tadi, cacing-cacing di perutku langsung berdemo ...."
Dimas tertawa mendengar ucapan Alila.
"Kita makan siang dulu. Baru kembali ke bioskop."
Akhirnya mereka memilih makan siang di sebuah restoran siap saji di dalam mall. Mereka tidak ingin ketinggalan masuk ke dalam bioskop.
Di dalam bioskop, lampu masih menyala menunggu waktu pemutaran film beberapa saat lagi.
"Kita mau nonton film apa, Dim?"
Karena memburu waktu, Alila sampai tidak sempat memperhatikan di pintu teater mana mereka masuk dan film apa yang akan mereka tonton.
"Horor."
"Tidak mungkin. Kamu kan penakut, Dim."
"Kamu meremehkan keberanianku?"
Wajah Dimas mendekat ke wajah Alila hampir tanpa jarak, tepat di saat lampu mulai dimatikan. Alila mendadak gugup tanpa berani bergerak sedikit pun.
Di dalam gulita, hanya sorot mata mereka yang terlihat saling menatap.
(Dim, kamu membuat jantungku serasa ingin lepas..)
(Al, matamu sangat indah di kegelapan seperti ini.)
Suara keras audio pembuka mengagetkan mereka berdua. Dimas menarik wajahnya dan kembali duduk bersandar di kursinya. Sementara Alila berusaha menormalkan degup jantungnya.
Film mulai diputar. Alila menghela nafas lega, ternyata film yang mereka tonton bukan film horor seperti ucapan Dimas tadi. Tapi film drama romantis.
Menit-menit awal terlalui dalam hening di antara mereka. Mereka sering pergi nonton bioskop, tetapi selalu beramai-ramai dengan yang lainnya, atau setidaknya bertiga, tidak pernah berdua seperti saat ini.
Alila masih duduk menikmati adegan demi adegan film yang mulai menampilkan bagian-bagian romantis. Dia masih berusaha fokus meski hati dan pikirannya tidak sepenuhnya menikmati, karena dia sadar jika dia hanya berdua dengan Dimas.
Di samping Alila, Dimas sudah tidak lagi menikmati film yang diputar. Dia lebih memilih memandangi wajah Alila yang masih menatap layar lebar di hadapan mereka.
Dengan penerangan yang sangat minim dari layar di depan sana, wajah Alila tampak berkilau terkena kilatan cahaya dari adegan yang berganti-ganti.
(Mengapa wajahmu jauh lebih menarik daripada film itu, Al.)
Potongan adegan romantis yang menampilkan sepasang pengantin yang melakukan ciuman dan cumbuan, membuat Alila terkejut dan segera memalingkan wajahnya ke samping, berhadapan dengan wajah Dimas yang masih terus menatapnya.
Pandangan mereka kembali bertemu. Mereka berdua diam dan sama-sama menahan pandangannya. Entah apa yang ada di pikiran mereka masing-masing, namun mereka enggan untuk menghentikan adu pandangan itu.
Akhirnya, Alila yang terlebih dahulu mengakhiri adegan romantis ala mereka berdua. Dia melanjutkan kembali menikmati filmnya meski sudah ketinggalan alur ceritanya. Dimas tersenyum melihat raut wajah Alila.
(Kenapa baru sekarang aku menyadari jika dirimu sangat menawan, Al.)
Lampu kembali menyala dan menyilaukan mata. Dimas pun mengakhiri pandangannya ke arah Alila. Dia berdiri dengan satu tangan meraih tangan Alila dan menggenggamnya. Mereka berdua keluar dari ruangan tanpa sepatah kata pun.
Di dalam mobil, keheningan masih berlanjut. Mereka masih terbawa suasana di dalam bioskop tadi.
"Kenapa kamu mengajakku nonton tapi kamu sendiri tidak menonton filmnya?" Alila bertanya dengan pandangan keluar jendela.
"Karena ada yang lebih menarik untuk ditonton daripada filmnya." Dimas tidak mengalihkan pandangannya. Tetap fokus menyetir menatap jalanan.
Alila teringat tatapan mata Dimas di dalam bioskop tadi. Juga pandangan mereka yang beradu cukup lama di sana. Pipinya merona seketika. Dia menggigit bibirnya mencoba menahan senyuman. Dia semakin memalingkan wajahnya ke arah samping, tak ingin Dimas mengetahuinya.
"Tak usah disembunyikan. Aku sudah tahu." Ucapan Dimas mengagetkan Alila, membuatnya semakin menahan malu.
"Jangan sampai nanti malam kamu tidak bisa tidur gara-gara memikirkan aku."
"Dim!" Alila memperingatkan Dimas agar tidak bicara lagi.
"Jangan tersenyum dalam tidurmu nanti, saat kamu memimpikan aku."
"Dimas!!"
Tanpa mempedulikan pekikan Alila, Dimas tetap tenang mengendalikan laju mobilnya menuju rumah Alila.
(Menggodamu adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku, Al.)
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di halaman rumah Alila. Alila segera membuka pintu mobil dan menggeser tubuhnya untuk keluar.
"Terima kasih, Dim."
Alila berucap sebelum keluar dari mobil. Dia menoleh sebentar ke arah Dimas dan memberinya satu senyuman.
"Selamat beristirahat, Putri Tidur."
Dimas tersenyum membalas Alila kemudian berlalu melajukan mobilnya.
.
.
.
Note :
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Vote & Favorit ya..🙏💜🙏
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami..
Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sept September
semangat kakak
Aku mampir ya...
bawa jempol untuk Karya kecenya 👍
Nanti aku balik lagi ya...
semangat 🍒
2020-09-07
1
Mei Shin Manalu
Dimas mainnya ditempat gelap ihhh... Kan sulit terkendali tuhh hatinya Alila...
2020-09-02
1
Nafasal
aq mampir kakak😍
2020-08-23
1