Menanti Cinta Untukku
"Horee, lulus kuliah juga.." Seru Sandy.
"Yesss, strata satu tercapai sudah.." Balas Nayla.
"Senangnya, kesampaian pakai toga ini.." Jawab Tama.
"Bangga, bisa jadi sarjana.." Kata Dimas.
"Akhirnya, kita bisa wisuda bareng.." Ucap Alila.
Aura kebahagiaan masih terpancar di wajah lima sahabat itu. Empat tahun berjuang, akhirnya mereka pun bisa menyelesaikan kuliah bersama-sama.
Ya, mereka berlima sudah bersahabat sejak awal kuliah dulu. Meski kepribadian mereka tak sama, tapi waktu telah membuktikan bahwa kasih sayang dan saling menghargai di antara mereka bisa menyatukan segala perbedaan yang ada pada diri mereka masing-masing.
.
.
.
Sandy
Lelaki berkulit sawo matang berwajah manis yang suka bicara apa-adanya dan cenderung ceplas-ceplos, tapi sangat perhatian kepada Nayla kekasihnya. Mereka menjalin kasih setelah dua tahun perkuliahan. Sahabat jadi cinta, itulah yang terjadi pada hubungan mereka berdua.
Nayla
Perempuan cantik bertubuh mungil yang selalu menggemaskan karena tingkah lucu dan kepolosannya. Kekasih yang sangat dicintai dan dilindungi oleh Sandy. Setelah lulus kuliah, mereka berdua berencana untuk menikah.
Tama
Cowok yang paling normal di antara yang lain. Sikapnya seperti bunglon, bisa menyesuaikan keadaan. Dia masuk dalam kategori incaran para wanita, namun sangat sulit ditaklukkan. Hatinya telah tertambat pada satu orang yang dicintainya dalam diam. Dia mencintai sahabatnya sendiri, Alila. Tetapi dia memilih menyimpan rapat perasaannya karena tidak ingin menerima penolakan dan kehilangan kebersamaannya dengan Alila.
Dimas
Pria tampan yang jadi kejaran wanita namun hatinya tak pernah tersentuh oleh para wanitanya. Dia dianggap sebagai playboy yang tidak pernah serius menjalin hubungan. Di antara yang lain, dialah yang paling dekat, paling perhatian dan sangat menyayangi Alila. Jika ada yang mengganggu atau mendekati Alila, dialah orang pertama yang akan melindunginya. Bahkan banyak yang mengira Alila adalah cinta sebenarnya seorang Dimas.
Alila
Wanita cantik yang menjadi pujaan kaum adam. Dia sedikit pendiam dan selalu tertutup tentang masalah pribadinya. Banyak yang mencoba mendekatinya tetapi dia selalu menghindar dan menolak. Di hatinya telah tersimpan satu nama yang sangat dicintainya. Satu nama yang selalu membuatnya bahagia meskipun hingga empat tahun lamanya dia belum juga bisa memilikinya. Satu nama yang dalam diamnya selalu dia sebut dalam setiap doanya. Satu nama itu adalah Dimas.
.
.
.
Alila masih terus menatap Dimas yang sedang merapikan kemejanya. Seperti biasa dia selalu terlihat tampan walau hanya mengenakan kemeja biru muda dipadu dengan celana jeans warna dongker.
Dimas mulai melipat lengan kemejanya menjadi tiga perempat. Saat akan berpindah ke lengan kemeja yang satunya, Alila menarik tangannya lalu membantu melipatkannya agar sejajar bagian kiri dan kanan.
Dimas hanya tersenyum memperhatikan tangan Alila yang terampil melipat lengan kemejanya.
"Kamu sudah seperti seorang istri yang menyiapkan suaminya berangkat kerja, Al." Kata Dimas yang membuat Alila juga tersenyum.
"Bukankah aku sudah menjadi istrimu sejak dulu? Karena aku yang selalu menyempurnakan penampilanmu setiap saat seperti ini." Alila menatap Dimas yang masih tersenyum ke arahnya.
"Apakah kekasihmu juga sering melakukan hal ini, Dim?"
"Tidak pernah kuijinkan."
"Kenapa?"
"Karena sudah ada kamu yang selalu melakukannya untukku."
"Ya, benar. Dia kekasihmu, pasti kamu tidak akan membiarkannya melakukan hal yang tidak penting seperti ini."
"Bukan seperti itu, Al. Aku hanya merasa tidak nyaman kalau dia yang melakukannya."
"Kenapa?"
"Karena aku sudah terbiasa denganmu, Al."
(Aku bahagia mendengarnya, Dim.)
"Sudah selesai. Ayo kita berangkat, Dim."
Alila melepaskan tangan Dimas. Tapi Dimas justru menarik tangannya. Sesaat hatinya berdebar.
"Ada apa?" Tanya Alila.
"Terima kasih, Al." Dimas melebarkan senyumnya.
(Rasanya diriku terbang tinggi di udara, Dim.)
"Sejak kapan kamu punya kata terima kasih untukku?"
"Sejak saat ini." Jawab Dimas tenang.
Alila diam. Dia meraih tasnya dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari teras.
"Al.."
Suara Dimas menghentikan langkahnya.
Dia menoleh ke belakang. Ternyata Dimas masih belum beralih dari tempatnya berdiri tadi.
"Ada apa lagi?"
"Lain kali pakailah dress yang lebih panjang dan tidak terlalu ketat."
Alila terkejut.
"Kenapa dengan pakaianku?" Tanyanya.
Dia memperhatikan dirinya sendiri. Dia memakai dress sederhana berwarna navy sebatas lutut dengan bagian bawah yang sedikit melebar sehingga bisa memudahkan langkahnya. Hanya saja, dress itu memang melekat erat di tubuhnya sehingga cukup menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.
"Aku tidak mau tubuhmu jadi pusat perhatian para pria di sana nanti."
(Jika itu yang kamu mau, akan kuturuti, Dim.)
"Tunggu sebentar."
Alila berjalan cepat kembali ke kamarnya. Dia mengganti bajunya sesuai ucapan Dimas.
Sekarang dia mengenakan dress midi berlengan sepanjang siku, masih berwarna navy seperti sebelumnya, dengan model kerutan yang melingkari pinggang sehingga bagian atas dan bawahnya terlihat cukup longgar.
"Ayo berangkat, Dim." Ajak Alila dan melewati Dimas begitu saja.
Dimas tersenyum puas setelah memperhatikan kembali penampilan Alila yang telah berubah.
Dia segera mengikuti Alila masuk ke dalam mobilnya.
(Terima kasih sudah mau mendengarkan aku, Al.)
Malam ini mereka akan pergi ke acara perpisahan yang diadakan oleh fakultas mereka di sebuah cafe.
"Kita akan menjemput Tama dulu, Dim?"
"Tidak, tadi dia bilang akan berangkat sendiri."
Dimas masih fokus melajukan mobilnya. Dia sama sekali tidak memperhatikan Alila. Seperti biasanya.
"Sepertinya Tama menyukaimu, Al." Dimas tidak menoleh sedikit pun ke arah Alila.
"Apakah dia mengatakannya padamu?" Tanya Alila.
"Tidak. Sudah lama aku sering melihat dia mencuri pandang kepadamu diam-diam."
"Bukankah kamu juga sering melakukannya padaku, Dim?" Goda Alila.
"Tidak pernah. Untuk apa aku melakukannya diam-diam? Kalau aku ingin memandangmu, aku langsung memandangmu. Tidak perlu kusembunyikan."
(Itulah kamu, Dim. Selalu acuh dan apa-adanya.)
"Apakah kamu sedang cemburu?"
"Dengan siapa? Tama? Untuk apa aku cemburu.."
"Tadi kamu yang membicarakan dia."
"Apa yang harus aku cemburui dari dia, Al? Selama ini aku lebih dekat denganmu daripada dia. Aku juga lebih sering bersamamu daripada dia."
"Ternyata kamu merasakannya juga, Dim."
"Apa?"
"Selama ini kamu yang paling dekat denganku."
"Itu kenyataannya kan, Al. Apa aku harus mengingkarinya?"
"Ya ya yaaa.." Alila menyerah jika sudah seperti ini.
"Jika Tama benar menyukaiku, apakah kamu mengijinkannya?" Lanjut Alila lagi.
"Tidak akan."
"Kenapa?"
"Karena dia tidak lebih baik dari aku. Kalau ada yang bisa menjagamu dan menperlakukanmu lebih baik dari aku, baru aku akan mempertimbangkannya."
(Bagiku, kamu sudah yang terbaik, Dim.)
Dimas menghela nafas panjang. Tidak biasanya dia merasakan tubuhnya gerah seperti ini saat sedang berbicara dengan Alila. Padahal suhu AC di dalam mobil pun sudah cukup dingin.
(Ada apa denganku?)
Diam-diam Alila memperhatikan Dimas yang masih fokus menyetir. Baru kali ini dia merasakan setiap ucapan Dimas seperti keluar dari hatinya.
(Apakah kamu mulai merasakannya, Dim?)
Mobil Dimas sudah terparkir di luar cafe. Mereka berdua turun dari mobil dan segera menuju ke dalam cafe yang sudah cukup ramai.
Baru dua langkah berjalan bersama, Dimas menarik tangan Alila dan menggenggamnya. Alila menatap Dimas yang tetap berjalan dengan tenang tanpa menoleh sedikit pun padanya.
"Jangan melihatku seperti itu, Al."
"Kenapa kita harus bergandengan tangan seperti ini? Seperti Sandy dan Nayla saja."
"Diamlah, Al."
(Aku tidak suka mata jelalatan para pria itu terus menatapmu, Al.)
Dimas terus menggenggam erat tangan Alila dengan matanya yang menyorot tajam ke arah kerumunan pria yang sedari tadi memperhatikan Alila.
"Jaga mata kalian!" Gertak Dimas saat mereka berjalan melewati kerumunan para pria tersebut.
Alila baru menyadari semuanya. Dia kembali menatap Dimas tak percaya.
.
.
.
Note :
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Vote & Favorit ya..🙏💜🙏
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami..
Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
itin
dimulai dari berteman kemudian menjadi sahabat, nyaman dan timbul rasa. hmmm
2021-11-24
0
✰͜͡v᭄pit_hiats
dimaaaas😍😍😍
2021-05-20
0
Andi Fitri
kata orang bersahabat dgn lawan jenis lama2 jdi saling suka krn sdh saling nyaman..😊
2020-11-30
2