Pagi ini di sekolah ku , aku merayakan hari kelulusan ku di tahun terkahir jenjang pendidikan SMA .
Hari ini di acara ini. Aku hanya di dampingi oleh ayah ku saja , oleh karena ibu ku yg tak bisa ikut serta karena beliau bekerja sebagai TKW di luaran sana demi membantu laju perekonomian keluarga.
Semuanya ikut bahagia , saling berpelukan melepaskan suka cita mereka terhadap orangtua masing-masing.
Sementara aku ? hanya cukup dengan menyambut tangan ayah ku dan mencium punggung tangannya yg mulai terlihat berkerut. Hal itu membuatku cukup bahagia ketika seberkas senyum kecil tersemat di sudut bibirnya.
•••••••••••••
Tak berlangsung lama acara pun akhirnya selesai. Para orangtua murid di persilahkan untuk undur diri terlebih dahulu, karena masih ada acara untuk pelepasan siswa siswi yg belum sepenuhnya selesai.
Di saat aku hendak pulang , disana aku bertemu dengan seorang yg ku kagumi. Pria itu bernama nya Najib.
Dia temanku, anak kelas A. Sedangkan aku berada di kelas B.
Parasnya yg tampan, siswa berprestasi , dan pandai membuat puisi juga syair .
Namun satu hal yg pasti, dia tidak terlalu peka terhadap perasaan ku.
Kami sering pulang bersama , sekedar berbincang layak nya teman sekolah biasa.
Kelakuan nya yg sering iseng, jahil, sudah menjadi hal biasa ketika sudah bersama nya. Ada juga beberapa teman yg suka menggosipkan tentang kedekatan kami ber dua.
Namun , itu hanya berakhir menjadi sebuah lelucon dan bahan gosip. Toh kenyataan nya , di antara kami hanya sebatas teman baik dan tidak ada tak ada hal lebih.
Siang ini setelah acara perpisahan , kami kembali bertemu . Saling bertegur sapa dan basa-basi ringan sebelum akhirnya pembicaraan ini menjadi sedikit serius ketika menyangkut tentang rasa.
"Ekhm , jib," panggilku sedikit ragu
"Iya , ada apa yu?" jawabnya yg seketika menoleh ke arahku.
"Apa kamu sudah punya pa-pacar?" tanyaku terbata.
"Ekm !! jujur aku belum kepikiran kesana sih yu. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. " Jelas nya.
"Oh!" hanya itu yg bisa keluar dari mulut ku.
Bibir ku hanya bisa tersenyum menanggapi jawaban darinya.
" Ekhm , yu ," gumamnya lirih memanggi namaku.
"Iya !" jawabku kembali menatapnya.
"Apa kamu juga sudah punya pacar?" tanya nya ingin tau.
"Aku be-belum punya pacar . Kalau boleh jujur sekarang aku masih menunggu seseorang yg selama ini telah mencuri hatiku."
"Siapa?" ucapnya membulatkan matanya.
"Yakinlah , kau mengenal nya, dia ada di samping ku setiap hari , dan pastinya aku nyaman dengan nya."
"Siapa?" tanyanya memegangi bahuku.
Aku diam untuk sesaat, memikirkan apa harus aku mengatakan perasaan ku padanya, mungkin setelah ini aku bisa sedikit lega.
"Kau orang nya" jawabku singkat
Bibirnya terkatup rapat setelah aku mengutarakan perasaan ku. Sontak dia terkejut, seakan tak percaya pada apa yg baru saja aku ucapkan.
"Apa kau serius? aku?" tanya Najib sambil menunjuk wajah nya sendiri
"Ya ! itu kamu! Jujur saja selama ini aku nyaman dengan mu walaupun kita hanya sebatas teman.
Tapi aku juga tak mengharapkan lebih, ini hanya sebatas perasaan ku saja. Dan kau juga tak perlu memperdulikannya." Sanggah ku cepat
Najib hanya diam ketika mendengar perkataan ku , sorot matanya seolah sendu ketika menatapku.
"Hmm. Maaf ya yu ! untuk saat ini aku hanya ingin sendiri.
Tapi bukan berarti aku tak menyukai mu. Bukankah kita masih bisa jadi teman baik ?"
Ku anggukan kepalaku tanda setuju. "Tentu saja , just friend," ucapku tanpa beban.
Kami terdiam untuk sesaat , hingga Najib kembali meraih jemariku.
"Bukankah ini hari terakhir kita? bagaimana kalau kita jalan-jalan ?" ucapnya beranjak berdiri seraya menggandeng tanganku.
Ku anggukkan kepalaku dan ku ikuti ia kemanapun membawa ku.
Hingga tiba di sebuah taman kota. Tempat asri dengan banyak burung dara beterbangan di sana.
Waktu terus berjalan , namun kami masih terdiam . Tak banyak kata yg kami ucapkan ,
hanya senyap , dan saling bergandengan tangan.
Lidah kami serasa keluh untuk berkata kata.
Hanya sebuah genggaman dan langkah kaki yg menuntun kami hingga sampailah di area kolam ikan dengan air mancurnya yg menyembur ke atas.
Menimbulkan uap-uap air yg bercipratan ke sekeliling.
"Segar ya ," ucapku lirih sembari mendudukan diriku di tepian kolam itu.
Ku rasakan percikan air kolam dengan hawa segar begitu terasa saat ada percikan kecil yg menerpa wajahku
Najib menatapku, dan hanya senyuman manis yg ter ukir di wajahnya.
Waktu yg kami lalui hanya di isi oleh keheningan . Hingga jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan kami pun ber inisiatif untuk pulang.
Berboncengan bersamanya dengan terpaan sepoi angin yg menerpa wajah kami . Meski saling diam tanpa tutur kata tapi gelenyar nyaman nya seolah menenangkan perasaan ku. Dia mengantarku sampai depan rumah ku.
Tak ketinggalan dengan lambaian tangan nya ke padaku , lalu ku balas dengan senyuman dan anggukan kecil.
"Hati-hati..!" teriak ku padanya
Najib mengangguk kemudian melajukan motornya berlalu pergi.
Sesampai nya di rumah.
Ayahku sudah memasang wajah datar nya, sambutan yg selama ini selalu aku terima selalu saja berupa hal sama.
Ku langkahkan kaki ku menuju kamar ku.
Dan belum sampai kaki ku menginjak lantai pembatas yg mengarah ke kamarku , ayah ku sudah mencecar ku dengan berbagai pertanyaan.
"Jam segini baru pulang kamu ? masih inget rumah ?
Kamu ini anak perempuan. Baiknya jangan bergaul dengan sembarang lelaki . Punya harga diri nggak ?" bentak nya kasar memaki ku.
"Makin gede makin kurang ajar, nggak menghargai orangtua .
Mau jadi ******* kamu ya?" makinya lagi penuh hardikan.
Aku hanya tertunduk diam , air mata ku kembali berjatuhan membasahi pipiku .
Tangis ku sesenggukan, lidah ku seolah keluh tak berani menjawab semua pertanyaan ayah ku.
Hingga akhirnya aku memilih untuk masuk ke kamar ku , berjalan ringkih dan merebahkan tubuhku di atas ranjang sederhana ku.
Kuratapi nasib malang ku.
Sudah sekian lama aku menahan ini. Cacian, hinaan, pukulan, hingga sumpah serapah yg keluar dari mulut ayah ku.
Sampai kapan lagi ini harus terjadi pada ku?
Semua tetangga juga sudah mengetahui apa yg ayahku perbuat pada ku.
Tapi mereka tak berani berkata apapun, mengingat perangai ayah ku yg terkenal akan kekejaman nya terhadap ku.
••••••••••••
Hari kian larut , sementara bunyi perut ku kian nyaring terdengar.
Aku clingak-clinguk seperti maling yg takut terciduk oleh petugas keamanan , berjalan pelan menuju lantai dapur. Mengambil secentong nasi guna menuntaskan rasa lapar ku.
Keesokan hari nya .
Aku bangun pagi kemudian dengan terampil menyeduhkan secangkir kopi hitam favorit ayah ku . Minuman hetam pekat berasa manis itu selalu menjadi hidangan pembuka di setiap paginya.
Pagi ini , seperti biasa aku dan Aini selalu berbagi tugas.
Walaupun kami slalu saja di beda-bedakan, tapi tak sedikitpun aku membenci nya.
Aku tetap menyayangi nya, meskipun perlakuan ayah ku yg lebih condong memanjakan Aini dari pada diriku.
Tapi bukan lagi menjadi masalah bagiku. Suatu saat nanti , akan tiba masanya ketika mereka sadar bahwa menyia-nyiakan ku adalah suatu kesalahan besar yg te jadi dalam kehidupan mereka.
"Haih.. akhirnya beres juga ," ucapku lelah sembari menyeka keringatku.
"Mbak ! aku udah selesai masak , ayah juga sudah bangun tu." kata aini mengingatkan ku.
"Iya udah , ayo sekalian kita sarapan ," ajak ku
Aini mengangguk seraya masuk ke dapur.
Aku juga mengikuti nya, membantu menyiapkan sarapan untuk ayah dan juga kami.
Setelah selesai sarapan, dan membersihkan piring , ayah beranjak ke depan untuk nonton tv . Di ikuti oleh ku dan Aini yg ikut mengekor di belakangnya . Karna hari ini hari libur , jadi nggak ada kegiatan.
Di sini kami hanya diam, tak ada basa-basi atau ayah yg sekedar bertanya tentang langkah apa selanjutnya yg aku ambil setelah lulus SMA ini.
Aku memberanikan diriku untuk meminta izin pada ayah bahwa setelah ini aku ingin merantau ke kota B saja untuk cari pengalaman baru.
"Yah ! ucapku pelan
Kemudian ia mengalihkan perhatian nya padaku.
"Aku kan dah lulus SMA , setelah ini aku ingin langsung bekerja saja ya yah .
"Kerja dimana? pengalaman pun kau belum punya? katanya seakan tak yakin.
"Aku ingin ke kota B yah . Di sana juga ada Abang sepupu, aku bisa lah cari kerja di sana. jawab ku mencoba meyakinkan
Sejenak ayah ku terdiam . Awalnya beliau menolak , tapi aku tetap kekeuh dengan pendirian ku . Aku ingin cari uang sendiri , mandiri, dan bebas tentunya.
Aku juga nggak mau jika terus-menerus berada di sini, dengan segala perlakuan kasar ayah pada ku.
Akhirnya dengan segala usaha ku membujuk ayah , akhirnya beliau mengijin kan ku juga.
Keberangkatan ku sudah di atur oleh ayah ku,
tiga hari lagi aku berangkat ke kota B bersama Abang sepupu ku.
Dan tentunya di sana aku sudah mendapat pekerjaan.
Karna sebelumnya aku sudah mengabari Abang sepupu ku yg di kota B ,bahwa aku akan kesana dan aku minta tolong padanya untuk mencari kan pekerjaan untuk ku.
Itu bukan lah hal sulit untuk abangku. Mengingat dia memang sudah lama di kota B ini.
"Ya ,akhirnya aku bisa pergi dari sini." Batin ku senang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kajol
baru nyimak
2021-06-25
1
Ulvia Jhon Alvaro
keren novelnya...aq syuka...😍😍😍
2021-05-09
2
Mama Iin
ceritanya jadi seperti hidupku yg dari kecil dibeda"in sama sepertiku bahkan sering dipukuli ayah padahal aku seorang perempuan seharusnya dididik dgn lemah lembut bukan dgn kekerasan tapi alhamdulilah sekarang punya suami sangat sayang ga pernah mukul suka humor juga alhamdulillah Alloh maha adil dan masih sayang padaku
2021-04-22
1