NovelToon NovelToon

Cinta Arga Untuk Vania

Part_01 Rencana Perjodohan

Pagi itu kakek Bram Pradopo, papa Dana dan mama Mutia tengah menunggu Arga sarapan dimeja makan. Arga William Pradopo melangkah gontai menuruni anak tangga karna sedikit malas bertemu mereka.

setiap bertemu mereka, Arga harus mendengar tentang perjodohan kedua orang tuanya yang memaksa dirinya menyetujui perjodohan itu. Arga juga harus memberi jawaban pagi itu juga.

"Ayo nak sini, kok lelet banget sih, Sayang," Tukas Mamanya Mutia

.

Arga duduk dalam diam dan mengambil makanan serta lauk pauknya dengan tenang.

"Gimana keputusan mu, kakek sudah tidak sabar menunggu jawaban mu?" tanya kakeknya jelas sudah pasti itu yang harus ia dengar pagi itu.

"Benar nak, sudah saatnya kamu lupakan Fiona dan membuka lembaran baru," tambah Papa Dana.

Arga menatap mereka secara bergantian.

"Tapi Pa, Kek, Arga kan masih muda. Arga belum berfikir ke arah sana saat ini," protes Arga disertai tatapan dingin.

"Arga, kamu adalah putra satu-satunya orang tuamu. Entah kapan Allah akan menjemput Kakek, sebelum itu terjadi. Kakek ingin kamu menikah dan memberi kakek cicit," jelas sang Kakek penuh harap.

Arga terdiam dengan penuh pertimbangan sambil melahap makananya pelan.

"Oke, Arga setuju untuk mencoba menerima perjodohan ini. Tapi Arga tidak janji bisa mencintai gadis itu," jawab Arga sambil menyeruput minumannya.

"Arga berangkat ke hotel duluan, Pa." Arga bangkit dan menyalami keluarganya.

"Silahkan, Den." sopir hendak membuka pintu mobil namun Arga mencegahnya.

"Tidak usah Pak, tidak perlu mengantar Arga biar Arga pergi sendiri," sungutnya lalu menaiki mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Pak Dana bergegas menelpon sahabatnya Romy.

Kring...!

kring...!

kring...!

Telpon rumah berdering.

"Halo, Dan," jawab dari sebrang telpon.

"Dengar, hari ini aku memberi kabar gembira bahwa putraku sudah bersedia dengan perjodohan ini,"ungkap Pak Dana bahagia.

"Oh, syukurlah," timpal Romy antusias.

"Bagaimana, dengan putrimu?" tanya Dana balik.

"Kami masih membahasnya," jawab Romy singkat.

"Oh, baiklah semoga kau juga membawa kabar gembira!"

"Oke, saya pasti akan membawa kabar bahagia untukmu," ucap Romy yakin.

Tu.. tut...

sambungan terputus.

Dari arah belakang Romy mendengar putrinya menyahut.

"Papa, bukankah sudah ku bilang, aku tidak mau dijodohkan, apalagi sama orang yang gak aku kenal, Papa keterlaluan," ucap gadis itu cemberut.

"Vania, Papa hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi bukan Bagas, pacarmu itu. Dia itu play boy yang suka main ke bar, Sayang," tegas Romy sambil melangkah duduk dikursi.

"Sini duduk!" Romy menepuk kursi disebelahnya

"Tapi Pa, aku tidak pernah melihat Bagas selingkuh. Aku sangat mencintainya, Pa," sahut Vania yang akhirnya ikut duduk disamping Papanya.

"Vania, kalau kamu tidak percaya sama, Papa. Pergilah ke bar malam ini buktikan apa yang dilakukan Bagas disana." Tentu saja pak Romy menyuruhnya kesana karna sudah menyuruh orang mematai Bagas.

Vania mengernyitkan dahinya dan menatap papanya serius.

"Iya aku tau, Rahma juga mengajak ku kesana," kata Vania dengan kecut.

"Ya, Papa tidak bohong dia pasti dengan gadis-gadis di bar itu." Romy senang dengan ide jitunya itu pasti akan berhasil membuat Vania menerima perjodohan mereka.

"Oke, Vania akan kesana. Tapi jika Bagas sendiri papa harus membatalkan perjodohan ini," cekat Vania dengan serius.

"Oke, Papa setuju." Keduanya bersalaman, seolah saking menantang.

Vania memutuskan pergi, tadinya ia menolak ajakan Rahma

Tapi untuk membuktikan ucapan Papanya ia harus pergi.

Vania sudah tiba di bar ia masuk dengan harapan ucapan Papanya itu bohong.

Ia mencari keberadaan Bagas, Nicho dan Rahma, benar saja mereka ada dipojokan sedang bersulang.

Vania melihat Bagas menggandeng gadis cantik sambil tertawa mesra dan mencium pipi gadis itu. Sontak saja Vania terkejut tapi ia masih menahan diri.

"Bagas, gimana kalau Vania melihat mu begitu?" Bisik Rahma khawatir.

"Mana mungkin, dia kan gak pernah kesini jika tidak ku ajak," tukas Bagas sambil tersenyum melirik gadis disampingnya.

"Tadi aku ajak Vania kesini, gak tau deh datang apa enggak?" jelas Rahma pada Bagas.

"Kenapa kamu beri tau dia?" Ucap Bagas kaget.

"Emangnya kenapa, kalau Rahma kasih tau aku? Kamu takut ketauan kalau kamu selingkuh?" Timbal Vania serta merta membuat Bagas terkejut.

"Ma.. maaf sayang aku cuma main-main sama Fira," Tukasnya gugup.

Plak!

Tamparan Fira mendarat dipipi Bagas.

"Jadi kamu cuma mempermainkan aku, dasar brengsek," ketus Fira langsung meraih gelas dan menyiramkannya ke wajah Bagas.

"Makan tu," tambahnya sambil berlalu.

"Sayang..," rayu Bagas.

Plak!

Lagi-lagi tamparan Vania mendarat ke wajah Bagas. Kedua pipi Bagas memerah dipegangnya.

"Sayang, maaf aku tidak bermaksud," rayunya lagi kali ini pada Vania sambil memegang pergelangan tangan Vania. Vania langsung menepisnya, Rahma dan Nicho hanya diam menyaksikan kejadiaan itu.

"Jangan temui aku lagi. Oya, satu lagi aku tidak sudi kamu menghubungiku juga, lihat ini!" tukasnya sambil menunjukkan handphone dan memblokir semua yang berhubungan dengan Bagas lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Yang, tunggu!" Teriak Bagas tapi Vania tak peduli.

"Eh Gas, makanya jangan play boy udah punya pacar kayak Vania masih aja ngerayu cewek lain. Emang kurang cantik apa Vania?" tukas Rahma menambahi pula.

"Ayo Rahma kota pulang!" ajak Nicho.

Bagas mengepalkan tangannya lalu memukulkannya kemeja dan mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal tanda ia merasa kalut kepergok Vania dan menyebabkan kehilangan Vania. Hingga akhirnya ia menghabiskan malamnya dengan mabuk-mabukan dan menggaet wanita penghibur.

Part_02 Menerima Perjodohan

Vania uring-uringan saat mengendari mobil di sepanjang jalan. Ia memukul-mukul Stir mobil saking emosinya melihat kekasihnya yang sangat dicintainya rupanya sering bermain perempuan.

"Dasar pria brengsek, aku menyesal mengenal kamu, Bagas. Aku tidak akan memaafkan kamu lagi setelah ini. Hiks..."

Vania mempercepat laju mobilnya tak terasa sampai di rumah. Vania langsung masuk dengan menangis dan berlari menghampiri Mama dan Papanya yang sedang menonton televisi.

Vania menyembunyikan wajah nya dipelukkan sang Ibu.

"Higs...higs... Ma maafin Vania Ma ternyata Papa bener Bagas itu play boy."

"Sekarang kamu percayakan sama Papa?" tanya Romy puas. Putri yang di sayangi nya telah membuka mata.

"Ia Pa, Vania pasrah kok kalau Papa mau menjodohkan Vania dengan orang yang papa maksud ," tuturnya mengalah. Mungkin sudah nasib nya menikah dengan pria pilihan orang tuanya.

"Nak, Papa sama Mama bukan mau membuatmu menderita, Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu, karna Papa sama Mama sayang sama Vania," tukas Mama sandra menjelaskan seraya mengusap-usap pucuk kepala Vania.

Vania beralih memeluk papanya.

"Maaf Pa, Vania yakin Papa mau yang terbaik buat Vania," tukas Vania

Papa Romy menghapus air mata Vania.

"Oya, malam ini keluarga calon suamimu akan datang

Apa kamu sudah siap bertemu mereka?" tanya Romy butuh kepastian pada Vania. Vania pun mengangguk.

Malam itu Vania duduk dimeja rias berdandan anggun dengan menggunakan dress berwarna kuning selutut dan meleraikan rambutnya yang panjang.

Tak lama dua buah mobil mewah milik keluarga Arga telah datang.

Satunya berisi Ayah, Ibu dan Kakeknya.

Sedang satunya lagi Arga dan Vino sahabatnya sekaligus asisten pribadi karna Arga tidak tertarik dengan asisten perempuan.

Mereka turut turun dari mobil. Romy dan istrinya Sandra sudah menyambut di teras.

"Hey, gimana perasaan mu apa kamu grogi?" bisik Vino perlahan ditelinganya.

Arga menepuk pundak Vino.

"Apaan sih," timbalnya mengelak. Walau sejujurnya Arga memang grogi namun ia pura-pura bersikap biasa saja.

Arga begitu tampan dengan kaos merah dan jaket warna biru serta celana levis modern dengan sepatu warna biru bercampur putih.

Tak lupa juga jam tangan kesayanganya yang melingkar ditangan kiri.

Tanganya berkeringat, ia tampak gugup dengan gadis yang akan dijumpainya pertama kali.

Vino ganti menepuk pundak Arga.

"Hey, jangan melamun kita lihat pasti bidadari mu sangat cantik," goda Vino menyeringai

membuat Arga semakin gugup.

Kedua calon besan itu pun bersalaman, didahului oleh Kakek Bram.

"Gimana kabarnya?" tanya Romy. Dana dan Romy adalah dua sahabat sejak lama itu sebabnya pernikahan itu sudah lama mereka rencanakan.

"Alhamdulilah baik," jawab Dana respek.

"Jeng, kamu cantik," puji Sandra tak kalah sapa seraya cipika cipiki.

"Kamu juga," balas Mutia tentunya.

"Om, Tante!" sapa Arga menyalami kedua calon mertuanya diikuti Vino.

"Oh iya, ini Arga anakku dan Vino sahabatnya," tukas Dana memperkenalkan jagoannya.

"Iya cucuku yang paling ganteng karena cuma satu-satunya," canda kakek hingga semua jadi tertawa.

"Ihk, anak jeng Mutia ganteng banget, saya jadi malu, maukah anak jeng menikah dengan Vania," tukas Sandra merendah.

Deg, jantung Arga seakan berhenti berdetak wajahnya seketika pucat mendengar ucapan Bu Sandra.

(Jangan-jangan gadis yang mau dijodohin sama aku jelek lagi atau gemuk kayak karung butut) batin Arga.

"Ahk, jeng Sandra bisa aja!"sahut Mutia terkekeh.

"Saya sudah liat putrimu San, saya yakin Arga tidak akan menolak," tukas Dana. Dana bisa membaca kegelisahan putranya itu. Arga mengelap keringat dingin di keningnya.

"Sudah..sudah, ayo masuk ngobrolnya didalam saja," ajak Romy tak enak hati karena terkesan kurang sopan bercengkrama di teras.

Mereka memutuskan duduk diruang tamu.

"Bik, tolong siapkan minuman dan makananya ya!" Pinta Sandra pada pembantunya.

Keluarga Romy hanya memiliki seorang pembantu dan rumah yang tidak terlalu besar dengan dua lantai beda dengan keluarga Arga yang kaya raya.

Setelah dihidangkan Bi Ira. Sandra mempersilakan mereka menikmati hidangan ringan itu.

"Ayo..ayo, cicipi!" pinta Sandra.

Mereka pun menyeruput minuman dan mencicipi makananya.

Arga tak mau makan atau pun minum meski bolak balik ditawari oleh mereka beda dengan Vino yang asyik menikmatinya.

"Ayo Arga cicipi makananya!" tukas Romy pada Arga.

"Iya om," jawabnya malu.

Arga terus menatap kearah tangga mengharap sosok bidadari yang akan turun dari persembunyianya.

"Bi Ira, tolong panggil Vania ya!" Pinta Sandra lagi.

"Baik bu," jawab Bi Ira

Tot! Tok!

"Non, di panggil ibu suruh turun," teriak Bi Ira dari pintu.

"Iya, Bi," sahut Vania mempercepat aktivitasnya.

Tak lama Vania menuruni anak tangga dengan langkah hati-hati seraya tersenyum.

Sungguh terkejut Arga melihat gadis itu, dia jauh lebih cantik dari bayangan Arga.

"Ayo Van, sini!" Sandra menunjuk sofa kosong di samping Arga.

Vania pun mendekat tapi kakinya malah tersandung karpet lantai dan malah jatuh dipelukan Arga.

Mata meteka tak berkedip, keduanya berbinar.

"Udah dong pandanganya," goda Vino menyenggol lengan Arga.

"Maaf," tukas Vania tersipu.

"Untung jatuh ke kamu, Ga. Kalau gak udah benjol tu kening," tukas Romy.

"Iya, tanda alam jodoh, Om," sambung Vino cekatan.

"Hahaha......"

Part_03 Penentuan Tanggal

"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya pak Dana membuyarkan pandangan mereka pada Arga dan Vania.

"Bener tu, Lebih cepat lebih baik," timpal Kakek menengahi.

"Kami setuju saja kapan tanggal pernikahan mereka," jawab Romy menyerahkan keputusan pada pihak lelaki.

"Bagaimana kalau minggu depan lima juli adalah kelahiran Arga," saran Dana menyampaikan usulannya.

"Apa!" Vania dan Arga kaget bersamaan.

"Kalau tanggal lima itu artinya satu minggu lagi dong, Pa?" sungut Arga kurang cocok.

Kakek terkekeh akan reaksi Arga.

"Kamu kurang cepat ya? apa tidak sabar," goda kakek pada Arga.

Arga bingung sendiri menjawab pertanyaan sang Kakek.

"Bukan begitu Kek, apa tidak terlalu cepat. Apa lagi Arga dan Vania baru bertemu beberapa menit saja. Bagaimana kalau Vania keberatan?" tutur Arga beralasan dan melirik Vania.

Mereka menodong Vania dengan tatapan. Mereka ingin mendengar sendiri tentang pendapat Vania.

"Cantik, apa kamu keberatan?"tanya kakek pada Vania.

"Em..., Vania ikut aja kek," jawab Vania lirih. Cukup cepat menurutnya tapi tak ada gunanya juga Ia protes juga semua sudah menyetujuinya.

Arga melirik Vania lagi atas jawabannya. Arga tidak mengerti mengapa Vania begitu pasrah dan menurut.

Kakek adalah yang paling di percayakan di dalam rencana mereka maka pendapatnya adalah yang paling ampuh.

"Mulai besok, kalian akan sering bertemu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Besok tugas kalian yang paling utama adalah mencari cincin pernikahan. Kalian paham kan?" tanya Kakek serius.

"Iya, Kek," jawab Arga dan Vania bersamaan.

"Bagaimana pendapatmu Rom?" tanya Dana kemudian pada Papa Vania yang juga berhak mengeluarkan keinginannya.

Romy mengangkat bahu. Ia sependapat dengan sang Kakek.

"Aku mau bilang apa, kecuali setuju saja," ujarnya terkekeh.

Vino dan ibu-ibu hanya terdiam saja sambil sesekali ikut tertawa jika lucu.

Setelah penentuan tanggal sudah ditentukan dan musyawarah lainya selesai. Arga dan keluarnya pun berpamitan.

***Keesokan Harinya dimeja makan****

Seperti biasanya sarapan pagi bersama sudah menjadi rutinitas penting dalam keluarga Arga. Mereka berkumpul dan mendiskusikan semua nya bersama-sama.

"Arga kamu ingat hari ini, kamu dan Vania akan pergi mencari cincin pernikahan. Jadi kamu harus menjaga Vania baik-baik ya?"pesan kakek mengingatkan.

"Ia, kek" jawab Arga datar sambil meneguk air putih dalam gelas sampai tandas.

"Pa, Ma, Kek kalau gitu Arga pergi dulu," ucapnya lalu menyalami.

"Assalamualaikm," pamitnya sambil melangkah pergi.

"Wa'alaikum salam," jawab mereka kompak.

"Anakmu itu sudah dewasa Mut," ucap kakek pada mantunya.

"Ia Pa, semoga dia bisa jadi imam yang baik," jawab Mutia senang.

Arga telah tiba dirumah Vania dan memarkirkan mobil sport mewah warna merah kesayanganya dengan tampilan yang begitu memukai tak lupa kaca mata hitam menutupi sorot matanya yang sipit bak aktor korea lee min ho. Ia pun menanggalkan kaca matanya dikantong jaketnya.

Tok !

Tok !

Tok!

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikum dalam." terdengar jawaban lelaki dari dalam sudah pasti itu pak Romy.

"Arga, ayo masuk!"

"Duduk!" Pak Romy mempersilahan Arga.

"Ma panggil Vania, Arga sudah datang!" panggil pak Romy.

"Ehk nak Arga sudah datang, saya panggil dulu ya," ucap bu Sandra melangkah menuju kamar Vania.

"Iya, Tante," jawab Arga setengah menunduk kecil.

Selang beberapa menit Vania dan ibunya turun.

Ia sangat cantik dengan dress selutut berwarna putih bermotif bunga mawar. Tak lupa juga h-heels berwarna cram yang menghiasai jenjang kakinya yang putih mulus. Rambutnya diikat keatas serta poni yang tertata sejajar dengan alisnya yang berbentuk bulan sabit di lengkapi juga tas slempang ditangan kananya menampakan kesempurnaan kecantikan seorang Vania membuat Arga tak sadar melongo.

Bu sandra dan pak Romy tersemyum melihatnya. Sedang Vania hanya menunduk saja.

"Ehemz." deheman Pak Romy sontak membuat Arga kaget.

"Emz , Om kalau gitu kita pergi dulu!" ucapnya kemudian yang menutup malu karna tertangkap pak Romy menatap putrinya terlalu lama.

"Iya, hati-hati dijalan!" pesan pak Romy biasa saja seperti pura-pura tidak tau.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam," jawab Romy.

Arga pun melangkah pergi diikuti Vania dibelakangnya.

Mereka meninggalkan rumah Vania.

Diperjalanan mereka berdua hanya diam saja sesekali Arga melirik Vania yang ada disebelahnya sambil pokus menyetir. Tak tahan diam saja Arga membuka suara.

"Apa kamu benar-benar menyetujui pernikan ini?" tanyanya penasaran pada keputusan Vania.

"Bagaimana lagi, kita tidak bisa menolakkan," jawab Vania simpel tanpa menoleh.

Setelah itu mereka pun kembali diam tanpa ada perbincangan. Sampai ditoko perhiasan mereka pun masuk dan melihat-lihat.

"Ada yang bisa kami bantu Mas, Mbak?" tanya penjual itu.

"Kami sedang mencari cincin pernikahan, Mbak," ujar Arga.

"Oh ya, kami ada cincin keluaran terbaru jika Mas menginginkanya Mas dan Mbak adalah orang pertama yang memilikinya," jelas penjual itu antusias.

"Baiklah, biar kulihat," tukas Arga .

Penjual Itu pun menunjukkan perhiasan yang Ia maksud kan.

"Apa kamu suka, Van?" tanya Arga menoleh.

"Terserah kamu saja," jawab Vania cuek.

Arga pun mengangguk.

"Baiklah saya ambil ini saja, Mbak."

Setelah sekesai dikemas dan dibayar .

"Ayo van!"

Arga pun menggandeng pergelangan tangan Vania pergi, sontak membuat matanya berkedip kaget tapi membiarkan Arga menariknya.

Mereka pun masuk kemobil tak lupa juga, Arga membukakan pintu mobil untuk Vania.

"Makasih," ucap Vania lirih hanya diangguki Arga.

Mereka mampir di cafe dan memilih tempat duduk lalu memesan makanan.

"Kamu mau pesan apa, Van?"tanya Arga pada Vania yang tak mau berkata lebih dulu.

"Apa aja aku suka," jawabnya sambil sibuk memainkan ponselnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!