PUDARNYA PESONA WANITA PENGGODA

PUDARNYA PESONA WANITA PENGGODA

KASAK KUSUK

"Sumpah dia berani banget," ucap Mbak Tiwi kesal.

"Bukan berani itu mah, tapi nekad," sambung Lita tak kalah kesal. Tak biasanya mereka berkumpul di meja Mbak Tiwi di saat jam kerja. Kulirik jam dinding, masih pukul 10 loh kok pada sibuk ngerumpi. Ada apa ini?

"Haiiiii, ada apa?" tanyaku tiba-tiba. Sontak saja semua bubar. Heran? Pasti. Curiga? Jelas. Jangan-jangan yang dibuat topik gosip mereka aku lagi. Mati gue.

"Plis jangan bilang Pak Bos ya, Ta?" pinta Lita memelas.

Aku hanya mengernyitkan dahi, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu. Gak biasanya Lita canggung ngomong sama aku. "Ada apa sih?" tanyaku kepo.

"Lo sama sekali gak denger gosip, Ta?" Mbak Tiwi menatapku penuh selidik.

Aku menggeleng, belum paham dengan gosip yang dimaksud Mbak Tiwi. "Gosip apaan?"

Kulihat Mbak Tiwi dan Lita saling pandang, ragu-ragu mereka mengutarakan gosip yang lagi hits, wajar sih mengumbar gosip kelas karyawan kepadaku sama saja ngomong sama mic pada Bos Tristan, pacarku.

"Udah ngomong aja, gosip ala kaum kacung kaya' kita gak bakal dilirik Pak Tristan. Buruan!" kataku sedikit memaksa.

"Pak Darmawan sedang mengurus perceraian," cicit Mbak Tiwi lirih. Meskipun begitu aku masih mendengar jelas.

"Apa Mbak? Kok bisa?" nah kan 'pertalite' yang dipercikkan Mbak Tiwi sangat menggiurkan. Rugi banget kalau gak mepet ke meja kerja senior itu.

Aku, Lita dan Mbak Tiwi langsung membentuk konferensi meja kotak, tak menghiraukan tumpukan deadline di meja. Bergosip sebentar gak masalah kan? lagian gak tiap hari juga, kita bergosip di jam kerja.

"Gue dengar dari Bu Seli (manajer produksi), samar-samar sih, cuma gue dengar jelas kalau istri Pak Dermawan ngamuk beberapa hari lalu, terus nih istri pak genit itu juga teriak-teriak nyebut nama Elin."

"Kok Elin?" tanyaku tak paham.

"Kata Mbak Sofi (staf keuangan) nama kontak Evelyn di ponsel Pak Darmawan itu tertulis ELIN ❤," lanjut Lita tak kalah serius.

"Oooooo, kasih inisial yang orang kantor gak tahu kali ya, biar kalau bini nya ngelabrak zon gitu?" tebakku.

Mbak Tiwi menjentikkan jari, "Tul."

"Tapi masa' sih Evelyn selingkuh sama Pak Darmawan? bukannya Evelyn sudah punya anak dan suami ya?" tanyaku polos. Gak tahu karena aku polos atau gimana ya, bagiku gelagat Evelyn sebagai pelakor kaya' nya gak mungkin deh. Dia seorang ibu, seorang istri masa' iya menggoda suami orang.

"Lah kan dia jablay, Ta," kesal Mbak Tiwi dengan responku.

"Maksudnya?"

"Suaminya itu Bang Tayyib yang tiga kali puasa gak pulang," Mbak Tiwi menambahkan. Aku juga gak tahu background keluarga Evelyn, karena aku gak pernah dekat dengannya, hanya sebatas tahu dan bercakap pun terkait pekerjaan. Aku di devisi marketing virtual, dia di devisi marketing lapangan, dan sering sekali gak stand by di kantor.

"Emang kerjanya apa ampe tiga kali puasa gak pulang?" tanyaku lagi.

Mbak Tiwi menghela nafas kasar, menatap Lita kemudian, "Lit, boleh gak sih calonnya bos ini gue getok kepalanya. Dia kemana aja sih, gak tahu berita hot seminggu ini. Ya Allah..Tuhan, gemes gue."

Aku dan Lita cekikian. "Kesal banget sih, Bu, sama calon bu bos," sindirku.

"Suami Evelyn tuh kerja di Kalimantan, kalau gak salah di kelapa sawit. Bayangin, Ta. Suaminya kerja di perkebunan kelapa sawit, terus suaminya setahu gue tuh pendiam dan kelihatan banget cuinta sama Evelyn. Dan satu lagi, dia rela antar jemput Evelyn kalau lagi cuti, kurang apalagi coba punya laki kaya' gitu."

"Lagian suaminya juga ngapain bersikap manis sama Evelyn ujung-ujungnya diselingkuhi," lanjut Lita tak kalah jengkel.

Nah..nah...lah emang sebagai suami harus sepeeti itu kan? cuinta sama istri gak salah kan? rela antar jemput gak salah juga? eh ini gimana sih? sumpah otakku nge-blank, Mbak Tiwi selaku netizen maha benar dan Lita sebagai tim pendukung kok jadi mencibir sikap romantisnya Bang Tayyibnya Evelyn sih, wah gak bener nih gosipnya, terlalu mengada-ada.

"Sebenarnya ada kejadian apa sih hingga timbul gosip kaya' gini?" tetap ya meskipun aku ikut nimbrung bergosip, otak warasku masih terpakai dengan baik. Menelaah dengan seksama, tak mau ikut-ikutan langsung menjudge Evelyn sebagai pelakor.

"Jangan bilang siapa-siapa ya?" pinta Lita mendekat ke arahku sampai tak ada jarak dan menyodorkan ponselnya. Tampak room chat di suatu group yang aku tak masuk di grup itu. Sialan.

"Kok gue gak dimasukkan ke group ini sih, kalian tega banget sih?" omelku malah membahas keanggotaan grup. Wajarlah gak terima, aku dekat dengan keduanya tapi gak terlibat dalam grup KASAK KUSUK.

"Kita bukan admin kali," bela Mbak Tiwi. Alasan masuk akal sih, tapi tetap aja aku gak terima. "Udah buruan baca."

"Masukkan grup itu dong?" pintaku melas tak berniat membaca awal mula kabar Evelyn itu muncul.

Mbak Tiwi dan Lita terbahak menatap ekspresiku, cemberut menggemaskan gitu deh. "Kita gak bakal masukkan lo selamanya, selagi lo menjadi kekasih⅕ bos Tristan."

"Lah apa hubungannya?"

"Heh... Atalia Prameswari. Perlu diingat kejadian 'pengen getok kepala Tristan Kunyuk'?" sindir Mbak Tiwi mengingatkan kejadian beberapa bulan lalu, di mana banyak karyawan kena semprot Tristan lantaran dokumen pada masing-masing devisi tidak sempurna dan banyak typo, dan sialnya usai meeting, aku tak sengaja menerima panggilan telpon Tristan di tengah mencaci dirinya dengan Mbak Tiwi dan Lita.

Sumpah serapah, pengen getok, pengen nyobek bibir pedas Tristan, semua kita luapkan begitu saja, dan baru sadar obrolan horor diketahui bos judes itu ketika Tristan masuk ke bilik kerja sambil memegang telpon sambil berucap, "Sayang, di belakang aku kamu suka mencaci pacarmu sendiri rupanya. Sadis."

Bisa dibayangkan dong, betapa pucatnya wajah kita. Tatapan tajam dan seringai sinis begitu nyata di raut Tristan. Bahkan aku, pacarnya sendiri pun sangat takut. Takut diputusin plus dipecat. Ya Allag tolong. Sejak saat itulah, Mbak Tiwi dan Lita menyaring terlebih dulu berita yang patut didengar olehku, mereka takut saja kalau aku keceplosan dan secara langsung diteruskan ke bos. Mati dah.

"Tapi gue tiap hari kudu baca chat ini ya, biar gak ketinggalan info?" pintaku lagi dan dijawab anggukan kepala Lita dan Mbak Tiwi. Aku pun segera membaca chat group itu. Ternyata sudah seminggu berita tentang Evelyn dibahas. Berawal dari Mila, sang asiten Pak Darmawan memergoki keduan makan berdua di restoran sunda pada weekend beserta fotonya. Beberapa foto saat meeting bersama, Pak Darmawan memilih di samping Evelyn. Belum lagi bukti foto saat mereka makan siang berdua, dan terakhir kontak Evelyn di ponsel Pak Darmawan. Sungguh, barang bukti yang patut diperhitungkan, wajar saja mereka menganggap Evelyn pelakor, gelagatnya kentara sekali dekat dengan Direktur Keuangan itu.

"Sayang."

Saking kagetnya aku langsung menjatuhkan ponsel Lita ke lantai, tanpa peduli nasib benda itu, dan langsung memasang senyum manis pada sosok yang memanggilku barusan. Lita langsung mewek, dan Mbak Tiwi menepuk jidatnya.

Waduh!!!!!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!