TEGAS

Tristan benar-benar posesif padaku, sejak turun dari mobil dan kami melihat kiss scene ala Pak Dar dan Evelyn dengan terpaksa aku dikurung di ruangannya. Sial.

Tristan sudah tahu lah betapa embernya aku kalau melihat kejadian Wow di area kantor. Tristan tak mau aku menjadi salah satu provokator runyamnya suasana kantor.

Mbaķ Tiwi: Gila!!! lo habis ngapain ampe digeret Pak Bos gitu, Ta?

Satu pesan dari Mbak Tiwi, mungkin dia melihatku dan Tristan masuk lift petinggi. Sebenarnya aku sering naik lift itu dengan Tristan, tapi dalam keadaan normal. Bukan seperti sekarang.

Tristan marah. Ia gak suka tempat kerjanya divuat mesum, ya meski itu diparkiran. Apalagi perbuatan mereka benar-benar kelewatan, berbuat mesum dengan orang yang sudah berumah tangga.

Me: Gak kok, Mbak. Aku gak melakukan apa-apa, aku kan pacar yang baik🤩🤩🤩.

"Chat sama siapa?" tanya Tristan usai menghubungi Pak Dar dan Evelyn, menyuruh mereka ke ruangan Tristan.

"Mbak Tiwi," ujarku lirih.

"Kamu mau ikut menyidang mereka atau masuk ke ruang istirahatku?"

"Boleh balik gak?" tawarku kesekian kali.

"Enggak."

Hufh...Tristan sudah tahu betul siapa aku, speaker aktif yang tak bisa menyembunyikan sesuatu dari timku. Loss tanpa ada yang ditutupi kecuali amal dan dosaku.

"Beneran aku bakal keep silent dari Mbak Tiwi dan Lita."

"Enggak, udah masuk ke sana. Bentar lagi mereka datang."

Aku melingkarkan tangan ke lengan Tristan," Tapi aku juga penasaran."

Tristan menaikkan alisnya, mungkin sudah memprediksi jiwa kepoku muncul. "Sure! tapi diam aja, gak usah komentar apapun, biar aku yang urus mereka."

"Siap bos," kataku kemudian. Kami berdua pun menunggu tersangka mesum datang, tapi hampir 10 menit tak juga tiba.

"Mas, Pak Dar emang playboy gitu?" aku tak bisa menahan rasa penasaranku akan Pak Dar, beliau manajer keuangan, usianya tak jauh beda dengan Tristan, mungkin terpaut 2-3 tahun di atas Tristan. Katanya sih, dia kakak tingkat Tristan saat S1 dulu.

"Enggak, cuma suka tebar pesona."

"Oh pantes."

"Kenapa? kamu juga pernah digoda?" tanya Tristan tepat sasaran.

"Bisa dibilang enggak, bisa dibilang iya sih, orang gak hanya aku doang yang digoda." Wah sepertinya aku salah ngomong, boleh ditarik gak? baru sadar kalau pria di sampingku ini makhluk yang gampang sekali cembokur, meskipun itu hanya masa lalu.

"Gimana menggodanya?" tuh kan, sinis.

"Ya biasa minta nomor hp dan tanya usia, alamat gitu doang," jawabku tak kalah sinis. Dalam hati sih, takut kalau dia ngambek atau marah. Khawatir dong sebentar lagi ia mengekskusi Pak Dar dan Evelyn dengan tuduhan perbuatan mesum, jangan sampai ditambah tuduhan tebar pesona padaku.

"Trus kamu kasih?"

"Enggak semua."

"Berarti kamu kasih? apa? nomor hp?"

Tuh...tuh..sewotnya kalau cemburu. "Nama, usia, dan alamat rumah nenek. Puas? lagian kenapa sih, aku kan pernah bilang justru cowok kalau terlalu tebar pesona tuh jatuhnya ilfeel."

"Yakin? ilfeel?"

"Iyaaaa, baweeel amat sih."

"Sini hp kamu."

Aku melongo beberapa detik, hp? buat? jangan sampai dia cek ponsel. Mati aku, chat dengan Mbak Tiwi belum aku hapus, ya Allah tolooooooonggg.

"Mana?" tagih Tristan sambil mengadahkan tangan. Layaknya slow motion, pelan-pelan aku menyerahkan ponselku, tak rela, tapi tatapan tajam Tristan membuatku gemetar.

Tok

Tok

Tok

Lega. Aku menghela nafas pendek, tak jadi menyerahkan ponselku. "Bayar nanti," ucap Tristan sambil mengecup pipiku sebelum mempersilahkan tamunya masuk.

Evelyn dan Pak Dar datang bersama, Tristan menyuruh duduk di depan kita. Byuh...benar-benar tanpa basa-basi. Kulirik Tristan, rahangnya mengeras, kedua tangannya bertautan, menatap sinis pada keduanya.

"Bapak memanggil kita, ada apa ya?" tanya Evelyn dengan logat manja. Kulirik sebentar, entahlah aku ikutan sinis memandangnya. Wajah jutek ternyata hanya kamuflase. Dilihat dari dekat, gelagat centil dari mata kentara juga.

"Apa yang terjadi di parkiran tadi siang?" Tristan to the point. Kembali aku menoleh padanya lalu ke Pak Dar, tegang sekali suasananya. Sedangkan Evelyn cukup santai bahkan dengan centil membenarkan posisi duduk hingga terekspos paha mulus. WOW pandangan menggiurkan, bukan??

"Kejadian apa ya, Pak?" tampaknya Evelyn tak merasa bersalah atau bahkan sudah terbiasa, entahlah. Perubahan raut Pak Dar sangat terasa, ia hanya menunduk tak berani menatap Tristan.

"Jelaskan, Dar." Muak kali ya melihat Evelyn, padahal dari tadi yang vokal pihak perempuan, eh Tristan malah minta penjelasan pada pihak laki. Mungkin, titah Tristan barusan bisa diibaratkan seperti guru yang memberikan ulangan tanpa pemberitahuan, jadi keder kan??

"Ke-Keja-kejadian apa ya, Pak?" wah si Pak Dar gelagapan, justru menunjukkan dia adalah pelaku utama.

Tristan tersenyum sinis, "Mau saya buka CCTV di basemen atau kalian jelaskan secara detail di sini?"

"Bisa tidak kalau kita bertiga saja, Pak. Saya akan jelaskan alasannya." Oh ..Evelyn mau mengusirku rupanya. Tristan melirikku sebentar.

"Mau mengusir Nyonya?" Tristan memang biasa menyebutku nyonya di depan karyawan, dan itu membuatku semakin jatuh cinta padanya. "Gak perlu, saya dan Ata gak ada rahasia, toh tadi kita juga memergoki kalian."

"Ouh jadi Ata tahu, atau yang mengadu pada bapak?"

"Gak usah melebar ke mana-mana, jawab saja apa yang pinta."

"Well, kita sudah dewasa kan, Pak? Bapak juga pastilah sering seperti itu sama NYONYA."

Wah..wah...Evelyn begitu berani dan sepertinya menganggapku biang kerok dia dipanggil sekarang.

"Maksud kamu?"

"Yah...kita tahulah ya, Pak. Orang dewasa kalau berdekatan dengan lawan jenis apalagi saling suka, pasti ada nafsu kan. Bapak kayak gak pernah saja sama NYONYA, bahkan bisa lebih dari kita mugkin ya, Pak Dar?"

Aku melongo, ini yang disidang siapa sih? kok malah membalik keadaan? Jadi perempuan gak ada malu-malunya mengumbar hal tabu depan bos lagi.

"Kalau saya sama Nyonya kissing, bisa dianggap wajar. Saya milik Nyonya dan Nyonya milik saya. Tapi kamu, bukannya sudah punya istri dan anak? Pak Dar juga kan?" cecar Tristan gergetan.

Barulah Evelyn kincep, lalu menunduk. Sedangkan Pak Dar jangan ditanya, wajahnya semakin pucat saja. Bahkan keringat dingin terlihat di pelipisnya.

"Saya tidak mempermasalahkan hubungan pribadi seseorang, terserahlah kalian mau jungkir balik sekalipun. Tapi yang menjadi masalah kalian melakukannya di kantor dan tempat umum. Kebetulan saja kita yang memergoki. Kalau orang lain?"

Dua tersangka tak berkutik.

"Apalagi kalian sudah berkeluarga, jelas hubungan kalian sangat disorot karyawan lain. Bahkan Istri Pak Dar beberapa hari yang lalu ke sini, kan? mencari karyawan yang bernama Elin, apa itu benar?"

Oh My God. Jadi Tristan sudah tahu? dan dia gak cerita ke aku? ih menyebalkan tahu gitu aku mengorek kabar mereka dari Tristan.

"Iya, Pak. Dan itu bukan karyawan di sini."

Widih, hebat juga Pak Dar berkelit, jelas-jelas saat bilang begitu melirik sekilas pada Evelyn.

"Baiklah, saya harap kejadian di parkiran tadi tidak kalian ulangi. Saya tidak akan segan-segan memecat kalian bila berkelakuan mesum di area kantor tanpa SP. Ingat itu."

"Baik, Pak." Dua tersangka itu sepertinya cari aman, tanpa protes berlebihan.

"Oh ya satu lagi, Evelyn. Nyonya saya bukan perempuan murahan yang mau berciuman dengan laki-laki yang belum halal untuknya. Paham?"

Detik itu juga aku ingin memeluk Tristan, sungguh dia sangat menjaga kehormatanku. Bahkan tak segan melindungi nama baikku. Toh kenyataannya gaya pacaran kami hanya sebatas pelukan dan sium pipi atau kening saja, belum sampai ke bibir dan itu aku pastikan tidak akan terjadi.

Ah sayang....i do love you 😘😘😘.

Terpopuler

Comments

Annisa

Annisa

so sweet banget Tristan...

2023-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!