Stuck Marriage (Season 1 & 2)
Happy reading.
〰〰〰
"Kejar anak itu jangan sampai dia lepas, atau kalian yang akan ditebas bos."
Para pria berbaju hitam itu mencari seorang gadis suruhan atasannya, langkah kaki serentak itu tak terelakkan.
"Sial mana banyak banget lagi."
Seorang gadis yang bersembunyi dibalik kardus kardus bekas itu tampak ketakutan. Dress biru yang ia kenakan tampak lusuh dan kotor dibuatnya.
Sedangkan di luar sana banyak pria yang sedang mencarinya. Tangannya sedikit tergores besi saat akan bersembunyi tadi.
"Sepertinya tak ada di sini, kita cari tempat lain."
Para pria berbaju hitam itu meninggalkan tempat itu, membuat gadis yang bersembunyi tadi sedikit lega.
"Aman, saatnya keluar."
Deg
"Ini dimana?" tanyanya menatap sekeliling, gadis itu merasa asing dengan tempat ini. Semua gara gara tadi ia berlari terlalu jauh hingga tak tahu ini dimana.
Dengan rambut sedikit acak membuat penampilannya yang tadi waw menjadi hmm.
"Mana gak bawa ponsel, gak bawa dompet lagi. Terus gue mesti gimana nih?" gerutunya sambil berjalan menelusuri jalan raya.
Gadis itu merasa menjadi tontonan apa karena penampilannya yang bak anak ayam kecemplung got.
"Malu gue malu."
Dari kejauhan gadis itu melihat taksi yang melaju kearahnya tanpa basa basi ia menghadang taksi itu.
Ia membuka pintu taksi itu dan masuk tanpa tahu jika di dalam ada seorang ibu ibu merintih kesakitan.
"Ya ampun, salah taksi gue."
"Mbaknya dari mana mau kemana? Kenapa hadang taksi saya?" tanya Sopir Taksi seraya melajukan taksi itu menuju rumah sakit.
"Gak tahu."
"Aaa sakit mas, cepetan dikit saya gak mau anak saya lahir di sini," teriak ibu itu mencengkram tangan gadis itu.
"Sakit ibu, aduh duh duh tangan aku." Ringis gadis itu saat tangannya dicengkram oleh ibu itu.
"Sabar dulu mbak, ini hampir sampai kok."
Akhirnya taksi itu sampai di rumah sakit, dengan cepat sopir taksi itu memanggilkan perawat untuk membawa ibu itu ke ruang bersaling.
Satu jam berlalu ibu itu ditangani oleh dokter, anaknya laki laki laki dan ibunya dalam keadaan sehat.
"Permisi, ibu yang di dalam ingin bertemu dengan kalian."
Mereka berdua saling pandang dan mengikuti sang dokter ke dalam ruangan.
"Terima kasih ya mbak mas sudah membawa saya sampai di sini, saya gak tahu jika gak ada mas tadi itu," ucap ibu itu dengan senyum lemah.
"Iya bu, gak apa-apa. Saya senang anak ibu lahir dengan selamat," jawab sopir taksi itu.
"Saya do'akan kalian berjodoh ya, mbak sama masnya cocok kalau saya lihat."
"Kami saja tidak kenal bu, kalau begitu kali pamit dulu ya bi. Salam buat keluarga ibu."
"Iya terima kasih ya mas mbak sekali lagi. Maaf tadi sempat cengkram tangan mbaknya."
"Iya bu gak apa-apa."
Seelah berpamitan pada ibu itu keduanya keluar dari ruangan itu menuju taksi.
"Eh eh eh mau kemana?" tanya sopir taksi.
"Masuk."
"Gue udah gak kerja terima penumpang jam segini."
"Lah terus?"
"Hufftt cari taksi lain aja, gue mau pulang."
"Ya sudah gue ikut." Tanpa basa basi gadis itu naik dikursi penumpang dengan nyaman.
"Sialan siapa sih tu cewek."
Sopir taksi itu masuk ke dalam Taksinya dan menghadap kebelakang.
"Lu siapa dan mau kemana?"
"Oh nama gue Ariana dan gue gak tahu mau kemana. Ikut lu aja dah gak tahu jalan pulang gue," jawabnya tanpa beban.
"Gue gak terima cewek di kontrakan."
"What!! Kontrakan? Tapi gimana dong, kalau gue pulang pasti dimarahin mama papa. Lagian kayaknya dia orang baik, gak apa-apa lah ya," batin Ariana.
"Gak apa-apa kok, gue gak punya rumah, lu lihat pakaian gue yang acak acakan gini."
"Tapi pakaian lu kayaknya mahal."
"Ini nemu di jalan daripada gue telanja*g." Dengan melas Ariana membuat simpati sopir taksi ini.
"Huffftt oke, tapi cuma malam ini aja gue izinin lu nginep di kontrakan gue."
"Serius? Aaa thank you." Spontan Ariana memelek leher sopir taksi ini.
"Eh eh sorry gak sengaja, seneng gue soalnya." Ariana melepas pelukannya.
"Hmm."
"Btw nama lu siapa?" tanya Ariana pada sopir taksi.
"Alex."
"Ooo."
Dalam perjalanan menuju kontrakan itu hening, Ariana maupun Alex tak tahu mau berbicara apa.
Sampailah mereka di sebuah kontrakan bercat biru itu. Alex menyuruh Ariana masuk.
"Di sini cuma ada satu kamar, jadi lu bebas mau tidur di mana pun kecuali kamar gue."
"Kamar mandi ada disebelah dapur." Ariana mengangguk.
"Lex."
Alex membalikkan badannya menatap Ariana yang masih diam ditempat.
"Gue gak punya baju ganti."
"Huhh nyusahin tahu gak sih, bentar." Dengan kesal Alex masuk ke dalam kamarnya dan berberapa detik kemudian Alex keluar lagi.
"Nih, kemeja gue. Panjang kok bisa buat nutupin paha lu."
Alex melemparkan kemeja berwana hitam itu pada Ariana dan dengan sigap diterima.
"Thank ya." Dengan langkah santai Ariana menuju kamar mandi seperti yang sudah diucapkan Alex tadi.
"Gue rasa dia bukan cewek sembarangan," gumamnya menatap Ariana.
Di dalam kamar mandi Ariana menatap sekelilingnya. Ia tak pernah membayangkan akan berada disini.
"Kamar mandi apaan nih, gak ada bath-tup, gak ada shower, clossetnya juga. Duh nasib-nasib."
Sejenak Ariana merutuki keputusannya tapi mengingat ini sudah menjadi keputusannya akhirnya ia pun menerima.
"Mandinya gimana ya?" tanya Ariana pada dirinya sendiri. Ariana memegang gayung berwarna biru itu dan mengambil Air.
Setelah 30 menit berada di kamar mandi, Ariana keluar dengan memakai kemeja hitam yang kebesaran itu.
"Emmm wanginya." Ariana mencium aroma wangi masakan.
"Rin makan," teriak Alex tanpa melihat Ariana.
Mereka pun makan dengan tenang, jujur Ariana menikmati makanannya sekarang walau sederhana tapi pas dilidahnya.
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Ariana disela makannya.
"Hmm."
"Mama papa lu?" tanya Ariana lagi.
"Di kota."
Hening.
Hanya dentingan sendong yang beradu dengan pikir, mereka menghabiskan makanan itu.
"Cuci piringku sekalian." Alex menaruh piring bekasnya di depan Ariana yang hanya diam.
"Kenapa diam? Gak mau ha? Lu itu cuma numpang ya di sini."
"Bukannya gak mau, tapi gue gak bisa nyuci piring." Dengan malu Ariana menyengir.
"Cewek apa gak bisa nyuci piring?" tanya Alex sengan nada menyindir.
"Ya maaf. Kalau kamu berkenan ajarin ya." Dengan puppy eyes Ariana menatap Alex.
Alex mengangguk dan berlalu menuju dapur, diikuti Ariana yang membawa piring kotor itu.
Alex mengajarkan Ariana mencuci piring dan gelas yang benar, dengan senang hati Ariana mengerjakannya. Di mansionnya dulu ia tak pernah sekalipun masuk ke dapur. Semua sudah disiapkan oleh pelayan mansion. Wajar jika Ariana tak tahu cara mencuci piring, mencuci baju, dan pekerjaan wanita lainnya.
Bersambung
Jangan lupa Like+ Komen + Vote dan tambahkan difavorit kalian ya.
Mohon maaf jika banyak PUEBI yang salah dan banyak typo. Author masih belajar soalnya.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
neng ade
hadir thor.. baru baca udh di bikin penasaran ..
2023-12-04
0
Renny Utama
hmmmm
2023-12-02
0
TriAileen
mampir thorr... semoga tak ada penghianatan.
2022-03-26
0