The Darkness University: Breathing In Two Realms 3

The Darkness University: Breathing In Two Realms 3

Chapter.1 – Harapan

" Cekrik.. Cekrik.. "

Aku dan teman teman SMA-ku mengambil potret untuk kenangan perpisahan sekolah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dua tahun sudah aku lewati bersama Riana sebagai dua murid yang berasal dari yayasan Rumah Batin.

Tak terasa pula, kalau ternyata dua tahun sudah lamanya aku dan Riana bahkan seluruh bagian yayasan Rumah Batin kehilangan beberapa anggota dari Rumah Batin itu sendiri.

Dulu kami sempat berhasil untuk melupakan mereka semua. Namun, ternyata mereka memang sangat sulit untuk di lupakan maka dari itu kami akan terus mengenang mereka di dalam ingatan kami.

" Selamat ya Rin! "

Ucap salah satu teman sekolah ku yang tiba-tiba saja muncul di hadapan ku..

" Em.. Apa? Selamat atas apa ya? "

Aku tersadar dari lamunan ku dan kemudian aku pun tersipu malu.

" Selamat atas gelar mu sebagai murid lulusan berprestasi tingkat satu di sekolah SMA kita ini Rin! Masa kamu nggak tau sih! Kamu lupa apa pura pura lupa Rin? "

Jawabannya menjelaskan kepada ku yang pura pura tidak mengetahui hal itu.

" Oh iya, makasih ya! Maaf ya, soalnya, ketika mendengar pengumuman itu di acara wisuda tadi aku masih merasa gimana gitu. Rasanya kayak gak mungkin aja. "

Aku menjawabnya dengan sedikit bergurau.

" Airin... Airin... Kamu pikun sebelum waktunya. "

Sambungnya dengan gurauan juga. Kemudian dia pun memelukku dan mengucapkan kata-kata perpisahan lalu dia pun pergi untuk berbaur dengan yang lainnya.

Ucapan selamat tidak berhenti setelah dia pergi, teman teman yang lainnya pun datang menghampiri ku untuk mengucapkan hal yang sama, bahkan sesekali ada yang mengajak ku untuk berfoto, dengan alasan foto ini akan di jadikan sebagai kenang-kenangan. Setelah lelah aku melayani mereka, aku pun langsung pergi untuk mencari Riana yang ternyata dia juga mendapat gelar sebagai murid lulusan terbaik di sekolah ini. Gelarnya itu tidak kalah membanggakan dari gelar yang ku dapatkan.

" Aduh, Riana di mana ya? "

Ucap ku sambil berjalan di antara banyaknya murid murid yang sedang merayakan wisuda sekaligus perpisahan SMA ku ini. Aku merasa sangat bingung karena aku harus mencari Riana di antara murid murid yang memakai baju toga semua. Tak terkecuali aku dan Riana yang juga memakai baju toga.

Karena aku sangat bingung ketika mencari Riana yang tak kunjung ketemu. Aku pun memutuskan untuk berhenti sejenak hingga akhirnya aku pun ingat bahwa yang bisa membedakan Riana dengan yang lainnya adalah selempang khusus dan piala penghargaan yang di pegang olehnya.

Kemudian aku pun kembali mencarinya setelah aku mengingat itu. Aku bahkan tak perlu waktu lama untuk menemukannya.

" Terimakasih ya. "

Ucap Riana terdengar dari kejauhan.

Aku melihat dirinya yang masih melayani ucapan selamat dari teman temannya. Dia juga melayani teman temannya yang meminta untuk berfoto bersama dengan alasan yang sama sepertiku tadi.

" Eh itu bukannya Airin? Hey Rin mari sini! Kita foto bareng. "

Ucap salah satu orang yang hendak berfoto bersama Riana namun tak sengaja melihat ke arah ku.

" Kamu disitu Rin? Ayo sini gabung! "

Ucap Riana yang dengan reflek ikut melihat ke arah ku.

" Beneran nih? "

Aku bertanya dengan gurauan.

" Iya cepat sini! "

Sambung mereka dengan kompak dan kemudian aku pun tersenyum lalu berlari lari kecil menghampiri mereka.

" Gak usah lari Rin! Baek Baek ntar lu kesandung. "

Ucap Riana mengingatkan ku agar untuk tidak berlari karena ditakutkan aku akan tersandung.

" Udah tenang aja, sekolah kita kan pakai keramik, jadi aku pasti gak bakalan kesandung kok! "

Jawabku dengan keras kepala dan kemudian aku pun tak sengaja menginjak rok toga wisudaku hingga akhirnya aku pun hampir terjatuh dengan memeluk piala penghargaan ku ini yang terbuat dari kaca, aku takut piala ini pecah.

" Airin! "

Teriak mereka dengan histeris dan kemudian seluruh mata pun tertuju kepada ku. Aku pikir aku akan benar-benar jatuh, namun beruntung saja ada yang menyelamatkan aku dan pada akhirnya aku tidak jadi jatuh.

" Kamu nggak papa kan? "

Tanya orang yang menyelamatkan ku dengan suara yang tidak asing.

" Syukurlah aku gak papa. "

Jawab ku yang masih berada dalam pegangannya. Aku melihat brosur brosur terbang berantakan, aku pikir ini adalah brosur-nya yang terbang gara gara dia menyelamatkan ku.

" Cieee.... "

Tiba-tiba para murid terdengar menyoraki apa yang sedang mereka saksikan. Mereka menyaksikan kejadian romantis yang berasal dari aku dan orang yang menyelamatkan ku.

" Eh maaf ya. "

Ucap ku yang merasa tidak enakan dan kemudian aku pun melepaskan diri ku darinya dan kemudian aku pun jalan menunduk untuk menghampiri Riana.

" Nggak usah malu kali Rin! Ntar jatuh lagi loh. "

Ucap Riana dari kejauhan. Aku pun tak menghiraukannya dan kemudian dengan tak sengaja aku kembali menginjak rok toga wisuda ku.

" Aduh. "

Kali ini aku langsung jatuh di pelukan orang yang tadi menyelamatkan ku.

" Cie.... "

Para murid kembali menyorakiku dan orang yang menyelamatkan ku.

Pada awalnya aku sengaja untuk tidak melihatnya karena rasa malu menyelimuti ku diriku. Namun, kemudian aku pun mengangkat pandanganku untuk melihatnya dan kemudian menyuruhnya untuk melepaskan ku. Karena dia aku disoraki oleh para murid di sekolah ini.

" Kamu nggak papa kan? "

Orang itu kembali bertanya kepada ku.

" Apa apaan sih? "

Ucap ku sambil melihat ke arahnya dan kemudian aku pun tiba tiba terdiam dan membisu setelah aku melihatnya, ternyata dia adalah Varel.

" Maaf ya. "

Ucapnya kepadaku dan kemudian dia pun melepaskan ku. Aku pun masih membeku seperti patung dan tak menyangka dengan apa yang ku lihat saat ini.

" Varel? Kamu Varel kan? "

Tanya ku dan kemudian aku pun memeluknya. Dia pun membiarkan aku memeluknya dan setelah itu barulah dia menjelaskan bahwa dia bukanlah Varel, dia adalah Darius idhafi Mahasiswa dari universitas Jakarta yang datang ke sekolah ini untuk mempromosikan Universitasnya kepada murid murid yang lulus tahun ini.

Mendengar penjelasannya aku pun merasa malu dan meminta maaf, aku juga tidak lupa untuk berterima kasih kepadanya karena dua kali sudah dia menyelamatkan ku.

Setelah itu kami pun di himbau untuk berkumpul di Aula sekolah. Karena akan ada promosi Universitas untuk kami melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Kami pun akhirnya bersama sama berjalan menuju Aula dan duduk di bangku yang kami mau.

Kami mendengarkan setiap promosi Universitas dan beberapa tempat kursus untuk kami melanjutkan pendidikan hingga akhirnya giliran Darius dan teman temannya untuk mempromosikan Universitasnya. Pada saat itu ternyata Riana juga merasa bingung dan tidak percaya karena wajah si Darius benar benar sangat mirip dengan almarhum Varel. Aku dan Riana membahas hal ini sepanjang promosi berjalan dan setelah beberapa lama kemudian, waktu untuk pulang pun sudah tiba dan Darius bersama temannya pun mengakhiri promosi mereka.

Sebelum keluar dari Aula, banyak sekali orang yang membagikan brosur brosur yang berkaitan dengan tempat pendidikan kami selanjutnya.

Kami pun berbaris rapi untuk keluar dari Aula dan kami pun mengambil semua brosur yang di bagikan dari berbagai sumber.

" Eh tunggu. "

Ucap Darius setelah aku menerima brosur darinya.

" Iya ada apa? "

Tanya ku kepadanya.

" Ini kartu nama saya, di situ ada nomor telepon saya. Hubungi saya karena saya ingin mengenal kamu lebih dekat lagi. "

Jawabnya dengan senyuman manis dan kemudian aku hanya pun menerimanya dengan tersipu malu dan kemudian aku pun langsung berlari menuju Trotoar untuk berkumpul dengan Riana, Dara, dan Gita.

" Itu ka Airin! "

Seru Gita dengan riang.

" Hati hati ka, jangan lari nanti jatuh! "

Sambung Dara mengingatkan ku dan tanpa sadar aku pun terkejut dan kemudian jatuh. Kali ini Darius tidak datang untuk membantu ku.

" Ka Airin! "

" Airin! "

Seru mereka yang melihat ku terjatuh dan kemudian mereka pun datang menghampiri ku.

" Kamu jatuh lagi? Sini saya bantu. "

Ucap seseorang yang hendak membantu ku.

" Oh iya nih, roknya kepanjangan. "

Jawab ku dengan kesal dan kemudian aku pun meraih tangannya yang diulurkannya untuk membantuku.

" Terimakasih ya. "

Ucap ku sambil menepis debu yang menempel di toga wisudaku.

" Iya sama sama, lain kali kamu harus lebih hati-hati lagi ya! "

Ucapnya dengan penuh perhatian.

" Iya. "

Jawab ku dengan singkat dan kemudian aku pun melihat orang yang membantu ku.

" Darius? "

Ucap ku dengan ceria karena ternyata dialah yang kembali datang untuk membantuku bangun dari jatuhnya aku karena kecerobohan ku sendiri.

" Iya. "

Ucapnya dengan tersenyum manis.

" Ka Varel? "

Ucap Gita dengan secara tiba-tiba. Gita dan Dara merasa kaget ketika melihat Darius yang wajahnya sangat mirip dengan almarhum Varel.

Aku melihat mata mereka yang berkaca-kaca dan kemudian mereka pun langsung memeluk Darius. Mungkin, mereka ingin melepaskan rindu mereka kepada Varel.

" Hai gadis gadis cantik, kenapa kalian menangis? "

Ucap Darius dengan penuh perhatian dan kemudian dia pun berlutut untuk menyejajarkan dirinya dengan Dara dan Gita.

" Aku kangen ka Varel ka, kok Kaka baru datang sekarang sih? "

Jawab Gita sambil menghapus air matanya. Darius pun berpikir sejenak dan kemudian dia pun menjawab.

" Kaka ka harus pergi untuk melanjutkan kuliah dek, kalau masalah terlambatnya Kaka datang, Kaka mohon maaf ya. "

Darius dengan santainya seolah dia benar benar Varel.

" Wah kalian hebat ya! Kalian semua bisa dapat penghargaan, Kaka salut dengan kalian berdua. "

Sambung Darius yang melihat mereka berdua memegang penghargaan di tangannya.

" Terimakasih ka. "

Ucap Dara berterimakasih.

" Oke Adik adik Kaka yang cantik, sekarang Kaka pamit dulu ya. Kaka mau kumpul bareng teman-teman Kaka di Penginapan untuk membahas kuliah Kaka. Sampai jumpa ya! "

Ucap Darius berpamitan dan kemudian dia pun hendak pergi meninggalkan kami.

" Tunggu ka! "

Ujar Dara dan kemudian dia pun menahan Darius dengan memegang

tangannya.

" Eh Dara, biarin ka Varel pergi dong! "

Ucap ku yang tiba-tiba merasa tidak enakan. Kemudian Darius pun berbalik badan.

" Udah nggak papa kok. "

Jawab Darius kepadaku.

" Ada apa? "

Tanya Darius dengan ramah kepada Dara.

" Ka ayo pulang ke Rumah Batin! Pastinya ka Amara dan ka Aditya bakalan senang ngeliat Kaka. "

Ucap Dara dengan ceria.

Darius pun terlihat bingung ketika dia mendengar kata Rumah Batin dan kemudian dia pun juga terlihat bingung untuk menjawab ajakan dari Dara.

" Hey, ka Varel masih ada urusan, nanti kalau udah selesai pasti ka Varel bakalan pulang kok. "

Ucap ku kepada mereka dan kemudian aku pun langsung membawa mereka untuk menjauhi Darius.

" Permisi ya. "

Ucapku kepada Darius sebelum aku meninggalkan Darius.

Bus kami pun sampai tepat pada waktunya di Halte sekolah dan kemudian aku pun langsung mengajak mereka untuk naik ke bus.

" Wah semuanya juara, Kaka bangga sama kalian! "

Ucap ka Aditya menyambut kami yang baru saja naik ke atas Bus.

" Syukurlah ka. "

Jawab Riana sambil tersenyum dan kemudian ka Aditya pun ikut tersenyum hingga akhirnya senyumannya pun luntur ketika melihat ku. Dia melihat banyak debu yang menempel di togaku.

" Kamu kenapa Rin? "

Tanya ka Aditya dengan histeris.

" Maaf ka. "

Jawab ku dengan singkat.

" Hahaha, Nggak papa kok! Pasti kamu kesusahan berjalan karena bajumu terlalu panjang ya! "

Ucap ka Aditya mentertawakan diriku.

" Kirain Kaka bakalan marah. "

Ucapku dengan lega dan kemudian aku pun langsung duduk di samping Dara, sedangkan Riana duduk bersama Gita.

" Ka, Kaka mau tau nggak? "

Tanya Riana kepada ka Aditya.

" Mau dong, apaan tuh! "

Jawab ka Aditya dengan candanya.

" Bajunya Airin itu kotor kerena dia sedang jatuh cinta ka! "

Ucap Riana dengan usil.

" Ih kamu apaan sih! "

Ucap ku dengan malu.

" Ciee... Airin! "

Sambung ka Aditya dengan usil menggodaku sehingga membuat ku tersipu malu.

Kemudian Bus kami pun mulai berjalan dan kemudian kami pun meninggalkan lingkungan sekolah.

" Dada ka Varel! Jangan lupa pulang ya! "

Ucap Gita melambaikan tangannya kepada Darius. Beruntunglah ka Aditya tidak mengetahuinya. Dari kaca Bus aku pun melihat Darius tersenyum dan kemudian dia pun juga melambaikan tangannya kepada Gita. Dia mengangguk untuk menjawab permintaan Gita.

Huh! Hari ini aku merasa Dunia ku kembali hidup kerena aku melihat Darius yang wajahnya sangat mirip dengan Varel. Seolah dia memang reinkarnasi seorang Varel.

Lulusnya aku dari SMA ini aku harap akan menjadi awal yang bahagia ketika aku masuk ke salah satu tempat pendidikanku selanjutnya. Aku akan memilihnya dari salah satu di antara brosur-brosur yang ada di dalam tas ku. Yang pastinya aku akan melanjutkan pendidikan ku dengan kuliah di universitas. Aku tak tau Universitas manakah yang akanku pilih nanti. Aku hanya berharap Universitas yang akan terpilih olehku akan menjadi Universitas yang baik untukku.

Aku memiliki satu harapan lagi. Harapan itu adalah aku harus mendapatkan kembali apa yang telah hilang dari dalam hidup ku. Aku ingin mereka semua yang telah pergi segera kembali kedalam hidup ku. Terkhusus kedua orang tua ku yang sudah menghilang tiga tahun lamanya, aku inginkan mereka kembali ke dalam hidup ku dan kembali bersama ku sampai akhir hayat ku.

" Darius. "

Ucap ku yang tak sengaja melihat kartu namanya jatuh dari tasku.

" Apa itu kak? "

Tanya Dara kepada ku.

" Enggak Dar, ini cuma kartu nama Mahasiswa yang promosi Universitas saat perpisahan tadi. "

Jawab ku dengan tersenyum dan kemudian berhasil mengalihkan perhatiannya.

- Bersambung -

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

suka deh sama ceritanya, kaya novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu

2022-06-24

0

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

baru nemu lgii dah lama bgtt baca pas yg pertama ampe lupa lagii yg rumah batin yg mati d villa gara" bangkitnya nyi apa ya yg memangsa ank" batin saking banyaknya yg trsisa cuma 4org sma pengasuhnya 2org suka.....tau ad lanjutannya bakalan baca.

2021-12-31

0

Di

Di

jd aku lnjut di sni...
hehehee, mksdny airin kanyasara loh kak🌹


sukses bt author yg keren ini

2020-09-09

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter.1 – Harapan
2 Chapter.2 – Penampakan
3 Chapter.3 – Kartu nama
4 Chapter.4 – Riana
5 Chapter.5 – Klara?
6 Chapter.6 – Mood
7 Chapter.7 – Di ganggu makhluk gaib
8 Chapter.8 – Universitas kegelapan
9 Chapter.9 – Perdebatan
10 Chapter.10 – Persetujuan
11 Chapter.11 – Taman makam Kamboja
12 Chapter.12 – Memberontak
13 Chapter.13 – Kesurupan massal
14 Chapter.14 – ka Adit
15 Chapter.15 – Beres beres kamar kosong 1
16 Chapter.16 – Beres beres kamar kosong 2
17 Chapter.17 – Berpisah dengan yayasan rumah batin
18 Chapter.18 – Titik terang dari kasus Klara
19 Chapter.19 – Keajaiban
20 Chapter.20 – Sisi gelap
21 Chapter.21 – Gadis aneh
22 Chapter.22 – Hanya mimpi buruk
23 Chapter.23 – Kekhawatiran yang benar-benar terjadi
24 Chapter.24 – Sisi gelap Universitas
25 Chapter. 25 – Nyawa Ka Adit
26 Chapter.26 – Konyol
27 Chapter.27 – Dimensi alam bawah sadar
28 Chapter.28– Tante Kirana
29 Chapter.29 – Aura negatif Dokter Eric
30 Chapter.30 – Dias Kai
31 Chapter.31 – Doa Darius
32 Chapter.32 – Dias Kai 2
33 Chapter.33 – Kembali ke kampus
34 Chapter.34 – Keyla pembawa bencana
35 Chapter.35 – 5 tempat sakral
36 Chapter.36 – 5 tempat sakral.2
37 Chapter.37 – Buku data mahasiswa universitas
38 Chapter.38 – Seorang Nenek
39 Chapter.39 – Seorang nenek-nenek
40 Chapter.40–Hari pertama masuk kampus
41 Chapter.41– Kinanti
42 Chapter.42–Kinanti2
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Chapter.1 – Harapan
2
Chapter.2 – Penampakan
3
Chapter.3 – Kartu nama
4
Chapter.4 – Riana
5
Chapter.5 – Klara?
6
Chapter.6 – Mood
7
Chapter.7 – Di ganggu makhluk gaib
8
Chapter.8 – Universitas kegelapan
9
Chapter.9 – Perdebatan
10
Chapter.10 – Persetujuan
11
Chapter.11 – Taman makam Kamboja
12
Chapter.12 – Memberontak
13
Chapter.13 – Kesurupan massal
14
Chapter.14 – ka Adit
15
Chapter.15 – Beres beres kamar kosong 1
16
Chapter.16 – Beres beres kamar kosong 2
17
Chapter.17 – Berpisah dengan yayasan rumah batin
18
Chapter.18 – Titik terang dari kasus Klara
19
Chapter.19 – Keajaiban
20
Chapter.20 – Sisi gelap
21
Chapter.21 – Gadis aneh
22
Chapter.22 – Hanya mimpi buruk
23
Chapter.23 – Kekhawatiran yang benar-benar terjadi
24
Chapter.24 – Sisi gelap Universitas
25
Chapter. 25 – Nyawa Ka Adit
26
Chapter.26 – Konyol
27
Chapter.27 – Dimensi alam bawah sadar
28
Chapter.28– Tante Kirana
29
Chapter.29 – Aura negatif Dokter Eric
30
Chapter.30 – Dias Kai
31
Chapter.31 – Doa Darius
32
Chapter.32 – Dias Kai 2
33
Chapter.33 – Kembali ke kampus
34
Chapter.34 – Keyla pembawa bencana
35
Chapter.35 – 5 tempat sakral
36
Chapter.36 – 5 tempat sakral.2
37
Chapter.37 – Buku data mahasiswa universitas
38
Chapter.38 – Seorang Nenek
39
Chapter.39 – Seorang nenek-nenek
40
Chapter.40–Hari pertama masuk kampus
41
Chapter.41– Kinanti
42
Chapter.42–Kinanti2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!