NovelToon NovelToon

The Darkness University: Breathing In Two Realms 3

Chapter.1 – Harapan

" Cekrik.. Cekrik.. "

Aku dan teman teman SMA-ku mengambil potret untuk kenangan perpisahan sekolah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dua tahun sudah aku lewati bersama Riana sebagai dua murid yang berasal dari yayasan Rumah Batin.

Tak terasa pula, kalau ternyata dua tahun sudah lamanya aku dan Riana bahkan seluruh bagian yayasan Rumah Batin kehilangan beberapa anggota dari Rumah Batin itu sendiri.

Dulu kami sempat berhasil untuk melupakan mereka semua. Namun, ternyata mereka memang sangat sulit untuk di lupakan maka dari itu kami akan terus mengenang mereka di dalam ingatan kami.

" Selamat ya Rin! "

Ucap salah satu teman sekolah ku yang tiba-tiba saja muncul di hadapan ku..

" Em.. Apa? Selamat atas apa ya? "

Aku tersadar dari lamunan ku dan kemudian aku pun tersipu malu.

" Selamat atas gelar mu sebagai murid lulusan berprestasi tingkat satu di sekolah SMA kita ini Rin! Masa kamu nggak tau sih! Kamu lupa apa pura pura lupa Rin? "

Jawabannya menjelaskan kepada ku yang pura pura tidak mengetahui hal itu.

" Oh iya, makasih ya! Maaf ya, soalnya, ketika mendengar pengumuman itu di acara wisuda tadi aku masih merasa gimana gitu. Rasanya kayak gak mungkin aja. "

Aku menjawabnya dengan sedikit bergurau.

" Airin... Airin... Kamu pikun sebelum waktunya. "

Sambungnya dengan gurauan juga. Kemudian dia pun memelukku dan mengucapkan kata-kata perpisahan lalu dia pun pergi untuk berbaur dengan yang lainnya.

Ucapan selamat tidak berhenti setelah dia pergi, teman teman yang lainnya pun datang menghampiri ku untuk mengucapkan hal yang sama, bahkan sesekali ada yang mengajak ku untuk berfoto, dengan alasan foto ini akan di jadikan sebagai kenang-kenangan. Setelah lelah aku melayani mereka, aku pun langsung pergi untuk mencari Riana yang ternyata dia juga mendapat gelar sebagai murid lulusan terbaik di sekolah ini. Gelarnya itu tidak kalah membanggakan dari gelar yang ku dapatkan.

" Aduh, Riana di mana ya? "

Ucap ku sambil berjalan di antara banyaknya murid murid yang sedang merayakan wisuda sekaligus perpisahan SMA ku ini. Aku merasa sangat bingung karena aku harus mencari Riana di antara murid murid yang memakai baju toga semua. Tak terkecuali aku dan Riana yang juga memakai baju toga.

Karena aku sangat bingung ketika mencari Riana yang tak kunjung ketemu. Aku pun memutuskan untuk berhenti sejenak hingga akhirnya aku pun ingat bahwa yang bisa membedakan Riana dengan yang lainnya adalah selempang khusus dan piala penghargaan yang di pegang olehnya.

Kemudian aku pun kembali mencarinya setelah aku mengingat itu. Aku bahkan tak perlu waktu lama untuk menemukannya.

" Terimakasih ya. "

Ucap Riana terdengar dari kejauhan.

Aku melihat dirinya yang masih melayani ucapan selamat dari teman temannya. Dia juga melayani teman temannya yang meminta untuk berfoto bersama dengan alasan yang sama sepertiku tadi.

" Eh itu bukannya Airin? Hey Rin mari sini! Kita foto bareng. "

Ucap salah satu orang yang hendak berfoto bersama Riana namun tak sengaja melihat ke arah ku.

" Kamu disitu Rin? Ayo sini gabung! "

Ucap Riana yang dengan reflek ikut melihat ke arah ku.

" Beneran nih? "

Aku bertanya dengan gurauan.

" Iya cepat sini! "

Sambung mereka dengan kompak dan kemudian aku pun tersenyum lalu berlari lari kecil menghampiri mereka.

" Gak usah lari Rin! Baek Baek ntar lu kesandung. "

Ucap Riana mengingatkan ku agar untuk tidak berlari karena ditakutkan aku akan tersandung.

" Udah tenang aja, sekolah kita kan pakai keramik, jadi aku pasti gak bakalan kesandung kok! "

Jawabku dengan keras kepala dan kemudian aku pun tak sengaja menginjak rok toga wisudaku hingga akhirnya aku pun hampir terjatuh dengan memeluk piala penghargaan ku ini yang terbuat dari kaca, aku takut piala ini pecah.

" Airin! "

Teriak mereka dengan histeris dan kemudian seluruh mata pun tertuju kepada ku. Aku pikir aku akan benar-benar jatuh, namun beruntung saja ada yang menyelamatkan aku dan pada akhirnya aku tidak jadi jatuh.

" Kamu nggak papa kan? "

Tanya orang yang menyelamatkan ku dengan suara yang tidak asing.

" Syukurlah aku gak papa. "

Jawab ku yang masih berada dalam pegangannya. Aku melihat brosur brosur terbang berantakan, aku pikir ini adalah brosur-nya yang terbang gara gara dia menyelamatkan ku.

" Cieee.... "

Tiba-tiba para murid terdengar menyoraki apa yang sedang mereka saksikan. Mereka menyaksikan kejadian romantis yang berasal dari aku dan orang yang menyelamatkan ku.

" Eh maaf ya. "

Ucap ku yang merasa tidak enakan dan kemudian aku pun melepaskan diri ku darinya dan kemudian aku pun jalan menunduk untuk menghampiri Riana.

" Nggak usah malu kali Rin! Ntar jatuh lagi loh. "

Ucap Riana dari kejauhan. Aku pun tak menghiraukannya dan kemudian dengan tak sengaja aku kembali menginjak rok toga wisuda ku.

" Aduh. "

Kali ini aku langsung jatuh di pelukan orang yang tadi menyelamatkan ku.

" Cie.... "

Para murid kembali menyorakiku dan orang yang menyelamatkan ku.

Pada awalnya aku sengaja untuk tidak melihatnya karena rasa malu menyelimuti ku diriku. Namun, kemudian aku pun mengangkat pandanganku untuk melihatnya dan kemudian menyuruhnya untuk melepaskan ku. Karena dia aku disoraki oleh para murid di sekolah ini.

" Kamu nggak papa kan? "

Orang itu kembali bertanya kepada ku.

" Apa apaan sih? "

Ucap ku sambil melihat ke arahnya dan kemudian aku pun tiba tiba terdiam dan membisu setelah aku melihatnya, ternyata dia adalah Varel.

" Maaf ya. "

Ucapnya kepadaku dan kemudian dia pun melepaskan ku. Aku pun masih membeku seperti patung dan tak menyangka dengan apa yang ku lihat saat ini.

" Varel? Kamu Varel kan? "

Tanya ku dan kemudian aku pun memeluknya. Dia pun membiarkan aku memeluknya dan setelah itu barulah dia menjelaskan bahwa dia bukanlah Varel, dia adalah Darius idhafi Mahasiswa dari universitas Jakarta yang datang ke sekolah ini untuk mempromosikan Universitasnya kepada murid murid yang lulus tahun ini.

Mendengar penjelasannya aku pun merasa malu dan meminta maaf, aku juga tidak lupa untuk berterima kasih kepadanya karena dua kali sudah dia menyelamatkan ku.

Setelah itu kami pun di himbau untuk berkumpul di Aula sekolah. Karena akan ada promosi Universitas untuk kami melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Kami pun akhirnya bersama sama berjalan menuju Aula dan duduk di bangku yang kami mau.

Kami mendengarkan setiap promosi Universitas dan beberapa tempat kursus untuk kami melanjutkan pendidikan hingga akhirnya giliran Darius dan teman temannya untuk mempromosikan Universitasnya. Pada saat itu ternyata Riana juga merasa bingung dan tidak percaya karena wajah si Darius benar benar sangat mirip dengan almarhum Varel. Aku dan Riana membahas hal ini sepanjang promosi berjalan dan setelah beberapa lama kemudian, waktu untuk pulang pun sudah tiba dan Darius bersama temannya pun mengakhiri promosi mereka.

Sebelum keluar dari Aula, banyak sekali orang yang membagikan brosur brosur yang berkaitan dengan tempat pendidikan kami selanjutnya.

Kami pun berbaris rapi untuk keluar dari Aula dan kami pun mengambil semua brosur yang di bagikan dari berbagai sumber.

" Eh tunggu. "

Ucap Darius setelah aku menerima brosur darinya.

" Iya ada apa? "

Tanya ku kepadanya.

" Ini kartu nama saya, di situ ada nomor telepon saya. Hubungi saya karena saya ingin mengenal kamu lebih dekat lagi. "

Jawabnya dengan senyuman manis dan kemudian aku hanya pun menerimanya dengan tersipu malu dan kemudian aku pun langsung berlari menuju Trotoar untuk berkumpul dengan Riana, Dara, dan Gita.

" Itu ka Airin! "

Seru Gita dengan riang.

" Hati hati ka, jangan lari nanti jatuh! "

Sambung Dara mengingatkan ku dan tanpa sadar aku pun terkejut dan kemudian jatuh. Kali ini Darius tidak datang untuk membantu ku.

" Ka Airin! "

" Airin! "

Seru mereka yang melihat ku terjatuh dan kemudian mereka pun datang menghampiri ku.

" Kamu jatuh lagi? Sini saya bantu. "

Ucap seseorang yang hendak membantu ku.

" Oh iya nih, roknya kepanjangan. "

Jawab ku dengan kesal dan kemudian aku pun meraih tangannya yang diulurkannya untuk membantuku.

" Terimakasih ya. "

Ucap ku sambil menepis debu yang menempel di toga wisudaku.

" Iya sama sama, lain kali kamu harus lebih hati-hati lagi ya! "

Ucapnya dengan penuh perhatian.

" Iya. "

Jawab ku dengan singkat dan kemudian aku pun melihat orang yang membantu ku.

" Darius? "

Ucap ku dengan ceria karena ternyata dialah yang kembali datang untuk membantuku bangun dari jatuhnya aku karena kecerobohan ku sendiri.

" Iya. "

Ucapnya dengan tersenyum manis.

" Ka Varel? "

Ucap Gita dengan secara tiba-tiba. Gita dan Dara merasa kaget ketika melihat Darius yang wajahnya sangat mirip dengan almarhum Varel.

Aku melihat mata mereka yang berkaca-kaca dan kemudian mereka pun langsung memeluk Darius. Mungkin, mereka ingin melepaskan rindu mereka kepada Varel.

" Hai gadis gadis cantik, kenapa kalian menangis? "

Ucap Darius dengan penuh perhatian dan kemudian dia pun berlutut untuk menyejajarkan dirinya dengan Dara dan Gita.

" Aku kangen ka Varel ka, kok Kaka baru datang sekarang sih? "

Jawab Gita sambil menghapus air matanya. Darius pun berpikir sejenak dan kemudian dia pun menjawab.

" Kaka ka harus pergi untuk melanjutkan kuliah dek, kalau masalah terlambatnya Kaka datang, Kaka mohon maaf ya. "

Darius dengan santainya seolah dia benar benar Varel.

" Wah kalian hebat ya! Kalian semua bisa dapat penghargaan, Kaka salut dengan kalian berdua. "

Sambung Darius yang melihat mereka berdua memegang penghargaan di tangannya.

" Terimakasih ka. "

Ucap Dara berterimakasih.

" Oke Adik adik Kaka yang cantik, sekarang Kaka pamit dulu ya. Kaka mau kumpul bareng teman-teman Kaka di Penginapan untuk membahas kuliah Kaka. Sampai jumpa ya! "

Ucap Darius berpamitan dan kemudian dia pun hendak pergi meninggalkan kami.

" Tunggu ka! "

Ujar Dara dan kemudian dia pun menahan Darius dengan memegang

tangannya.

" Eh Dara, biarin ka Varel pergi dong! "

Ucap ku yang tiba-tiba merasa tidak enakan. Kemudian Darius pun berbalik badan.

" Udah nggak papa kok. "

Jawab Darius kepadaku.

" Ada apa? "

Tanya Darius dengan ramah kepada Dara.

" Ka ayo pulang ke Rumah Batin! Pastinya ka Amara dan ka Aditya bakalan senang ngeliat Kaka. "

Ucap Dara dengan ceria.

Darius pun terlihat bingung ketika dia mendengar kata Rumah Batin dan kemudian dia pun juga terlihat bingung untuk menjawab ajakan dari Dara.

" Hey, ka Varel masih ada urusan, nanti kalau udah selesai pasti ka Varel bakalan pulang kok. "

Ucap ku kepada mereka dan kemudian aku pun langsung membawa mereka untuk menjauhi Darius.

" Permisi ya. "

Ucapku kepada Darius sebelum aku meninggalkan Darius.

Bus kami pun sampai tepat pada waktunya di Halte sekolah dan kemudian aku pun langsung mengajak mereka untuk naik ke bus.

" Wah semuanya juara, Kaka bangga sama kalian! "

Ucap ka Aditya menyambut kami yang baru saja naik ke atas Bus.

" Syukurlah ka. "

Jawab Riana sambil tersenyum dan kemudian ka Aditya pun ikut tersenyum hingga akhirnya senyumannya pun luntur ketika melihat ku. Dia melihat banyak debu yang menempel di togaku.

" Kamu kenapa Rin? "

Tanya ka Aditya dengan histeris.

" Maaf ka. "

Jawab ku dengan singkat.

" Hahaha, Nggak papa kok! Pasti kamu kesusahan berjalan karena bajumu terlalu panjang ya! "

Ucap ka Aditya mentertawakan diriku.

" Kirain Kaka bakalan marah. "

Ucapku dengan lega dan kemudian aku pun langsung duduk di samping Dara, sedangkan Riana duduk bersama Gita.

" Ka, Kaka mau tau nggak? "

Tanya Riana kepada ka Aditya.

" Mau dong, apaan tuh! "

Jawab ka Aditya dengan candanya.

" Bajunya Airin itu kotor kerena dia sedang jatuh cinta ka! "

Ucap Riana dengan usil.

" Ih kamu apaan sih! "

Ucap ku dengan malu.

" Ciee... Airin! "

Sambung ka Aditya dengan usil menggodaku sehingga membuat ku tersipu malu.

Kemudian Bus kami pun mulai berjalan dan kemudian kami pun meninggalkan lingkungan sekolah.

" Dada ka Varel! Jangan lupa pulang ya! "

Ucap Gita melambaikan tangannya kepada Darius. Beruntunglah ka Aditya tidak mengetahuinya. Dari kaca Bus aku pun melihat Darius tersenyum dan kemudian dia pun juga melambaikan tangannya kepada Gita. Dia mengangguk untuk menjawab permintaan Gita.

Huh! Hari ini aku merasa Dunia ku kembali hidup kerena aku melihat Darius yang wajahnya sangat mirip dengan Varel. Seolah dia memang reinkarnasi seorang Varel.

Lulusnya aku dari SMA ini aku harap akan menjadi awal yang bahagia ketika aku masuk ke salah satu tempat pendidikanku selanjutnya. Aku akan memilihnya dari salah satu di antara brosur-brosur yang ada di dalam tas ku. Yang pastinya aku akan melanjutkan pendidikan ku dengan kuliah di universitas. Aku tak tau Universitas manakah yang akanku pilih nanti. Aku hanya berharap Universitas yang akan terpilih olehku akan menjadi Universitas yang baik untukku.

Aku memiliki satu harapan lagi. Harapan itu adalah aku harus mendapatkan kembali apa yang telah hilang dari dalam hidup ku. Aku ingin mereka semua yang telah pergi segera kembali kedalam hidup ku. Terkhusus kedua orang tua ku yang sudah menghilang tiga tahun lamanya, aku inginkan mereka kembali ke dalam hidup ku dan kembali bersama ku sampai akhir hayat ku.

" Darius. "

Ucap ku yang tak sengaja melihat kartu namanya jatuh dari tasku.

" Apa itu kak? "

Tanya Dara kepada ku.

" Enggak Dar, ini cuma kartu nama Mahasiswa yang promosi Universitas saat perpisahan tadi. "

Jawab ku dengan tersenyum dan kemudian berhasil mengalihkan perhatiannya.

- Bersambung -

Chapter.2 – Penampakan

" Kami pulang! "

Seru Riana dengan gembira dan kemudian kami pun masuk ke dalam yayasan.

" Wah! Kaka senang sekali melihat kalian membawa penghargaan. "

Sambut ka Amara dengan bangga ketika melihat kami semua pulang dengan membawa penghargaan dari sekolah.

" Syukurlah ka Amara, tahun ini yayasan Rumah Batin memborong penghargaan dari sekolah. "

Ujar ku sambil tersenyum bahagia.

" Syukurlah, tapi hai! Apakah kalian tidak mau berfoto dengan Kaka? "

Tanya ka Amara yang bermaksud memberikan aba-aba untuk mengajak kami berfoto.

" Kaka bilang apa sih? Mana mungkin kami tidak mau berfoto bersama Ka Amara. "

Jawab Riana sambil tersenyum.

" Oh ya sudah kalau begitu! Mari kita pergi ke Aula, kita akan berfoto di sana saja. "

Ajak ka Amara setelah mendengar jawaban dari Riana. Kami pun langsung saja berjalan menuju ke Aula sesuai ajakan ka Amara sebelumnya.

" Oh iya Rin, tolong panggilkan ka Aditya diluar sana. Ajak dia ke Aula untuk berfoto bersama. "

Ucap ka Amara kepadaku pada saat dalam perjalanan menuju Aula.

" Oh iya kak, tunggu sebentar ya! Airin titip piala ini kak. "

Ucapku dan kemudian aku pun menitipkan pialaku kepada ka Amara. Lalu aku pun pergi untuk mencari Ka Aditya dan mengajaknya untuk pergi ke Aula karena kami akan berfoto bersama.

Untuk mencari Ka Aditya, aku tidak memerlukan waktu yang lama. Aku bertemu dengannya setelah aku sedikit berkeliling halaman depan yayasan dan kemudian aku pun bertemu dengannya sedang duduk di samping bus yayasan. Setelah aku menghampirinya, aku pun langsung mengajaknya untuk pergi ke Aula dan dengan ringannya, ka Aditya pun bangkit dan langsung ikut bersamaku.

Di tengah perjalanan menuju Aula, ka Aditya pun mengajakku untuk pergi ke kamarnya sejenak, untuk mengambil kamera dan lighting setelah itu kami pun kembali berjalan menuju Aula.

" Akhirnya datang juga. "

Ucap ka Amara ketika melihat kami masuk kedalam Aula.

Kemudian pertama-tama kami mengatur letak kamera dan lighting terlebih dahulu, kemudian kami pun mengatur bangku, barulah setelannya kami mengatur posisi dan mulai mengambil potret.

" Ckrik.. "

Potret pertama adalah milikku dengan penghargaan yang kudapat.

" Ckrik.. "

Potret kedua adalah milik Riana bersama penghargaan yang dia dapatkan.

Begitulah selanjutnya hingga kemudian kami pun masuk ke dalam sesi pemotretan bersama dengan menggunakan mode otomatis karena ka Aditya sang pemotret juga harus ikut bergabung dengan kami.

" Ckrik.. Ckrik.. Ckrik.. "

Kami mengambil beberapa potret bersama dengan gaya yang berbeda-beda dan setelah kami selesai berfoto, kami pun di perintahkan untuk pergi ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap melahap makan siang kami yang sudah di siapkan oleh ka Amara. Kini kami tak perlu memasak karena kini makanan kami seumur hidup akan datang dari delivery resto yang di berikan oleh Ibu pemilik Villa Merah kepada Yayasan Rumah Batin ini.

" Krek. "

Aku membuka pintu kamarku dan kemudian aku pun masuk untuk bersiap-siap makan siang.

Pertama aku meletakkan pialaku terlebih dahulu dan kemudian aku pun mengganti bajuku setelah itu aku pun langsung keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

" Tok Tok Tok. "

Pada saat berjalan ke ruang makan aku menyempatkan diri untuk menghampiri kamar Dara, Gita, dan Riana untuk mengajak mereka bersama sama pergi ke ruang makan.

Kemudian setelah makan siang kami pun membantu ka Amara untuk mencuci tempat lauk dan sayur karena petugas delivery akan mengambilnya dan kembali mengisinya lalu akan mengantarkannya kembali dua jam sebelum waktu malam tiba. Terus begitu setiap hari.

Setelah membantu ka Amara, kami pun diberikan waktu bebas sampai jam empat sore. Kami biasanya menggunakan waktu itu untuk menonton film dan bahkan terkadang kami menggunakannya untuk mengerjakan tugas dari sekolah kami.

Karena sekarang aku dan Riana mendapatkan banyak sekali brosur, maka kami pun memutuskan untuk menghabiskan waktu bebas ini untuk memilih salah satu brosur untuk kami melanjutkan pendidikan kami selanjutnya, baik di universitas maupun tempat kursus. Kami pergi ke ruang tamu untuk dan memilihnya di sana.

Ini sungguh cukup banyak, mungkin kami harus sangat teliti untuk memilihnya. Yang mana yang akan kami pilih, tentunya kami akan memilih Universitas yang tidak jauh dari Yayasan Rumah Batin ini.

Kami berdua benar-benar berpikir dan mempertimbangkan semua brosur brosur yang rata rata isi dari brosur ini adalah Universitas dan tempat kursus yang berkualitas.

Kami pun mendadak pusing ketika kami mendapatkan brosur brosur Universitas terdekat dan kami melihat bahwa apa yang di tawarkan brosur-brosur itu kurang menarik bagi kami. Brosur tersebut juga tidak memberikan kami beasiswa.

Tidak seperti brosur lainnya yang memberikan kami beasiswa karena kami adalah lulusan berprestasi. Akan tetapi semua beasiswa itu terdapat di brosur yang datangnya dari luar kota.

Huh! kami pun merasa jenuh dan selanjutnya kami berdua memutuskan untuk melanjutkan memilih brosur ini bersama Ka Amara dan ka Aditya setelah makan malam nanti.

Karena kami pikir mungkin saja ketika kami berkonsultasi bersama mereka berdua maka hal ini tidak akan terlalu membuat kami menjadi pusing.

Setelah itu kami pun meletakkan brosur kami ke atas meja dekat sofa dan kemudian kami pun meninggalkannya.

Kami berdua memutuskan untuk meminjam laptop ka Aditya dan juga memori kameranya tadi. Kami berdua ingin melihat lihat hasil dari foto-foto yang kami ambil tadi.

" Nih, sekaligus pindahkan ke laptop ya! "

Ucap ka Aditya ketika memberikan laptopnya kepada kami. Dia menyuruh kami untuk sekalian memindahkan foto yang ada di memori ke dalam laptopnya.

" Baik ka. "

Jawab kami dengan singkat dan kemudian kami pun membawanya ke ruang tamu.

" Kaka mau ngapain ka? "

Tanya Gita yang baru saja datang dari luar ruangan bersama Dara.

" Kami mau lihat foto-foto tadi, kalian berdua mau ikut? "

Jawabku dan kemudian aku pun kembali bertanya kepada mereka berdua.

" Boleh ka. "

Jawab Dara yang kemudian dia pun duduk di sofa bersama Gita. Kami ikut menyusul mereka untuk duduk bersama di sofa.

Aku meletakkan laptop di atas meja yang ada di depan kami dan kemudian aku menekan tombol powernya untuk menghidupkan laptop. Kemudian aku pun memasukkan memori kameranya dan kami pun mulai melihat lihat foto.

" Klik. "

Aku menekan foto pertama.

" Wah aku tidak sabar untuk melihatnya. "

Ujar Dara sambil tersenyum tak sabaran.

" Mama! Papa! "

Ujar ku dengan terkejut ketika melihat foto yang pertama. Foto pertama adalah foto aku yang duduk sendirian dengan memegang penghargaan. Namun tiba-tiba saja aku melihat bahwa ada dua bayangan putih yang menyerupai mama dan papa. Mereka berdua tersenyum di dalam foto tersebut.

" Apakah kalian melihat apa yang aku lihat? "

Tanya ku kepada Riana, Gita, dan Dara untuk memastikan apa yang telah aku lihat saat ini.

" Iya kak, aku juga melihatnya itu kedua orangtua Kaka kan? "

Jawaban Dara meyakinkanku dan yang lainnya pun ikut mengangguk.

" Coba lihat yang selanjutnya ka! "

Ujar Dara kepadaku dan kemudian aku pun menekannya dan mendapatkan hal yang sama seperti fotoku tadi.

Di dalam foto Riana juga terdapat bayangan putih yang menyerupai ibunya. Kemudian di potret Dara dan Gita juga sama.

Melihat ini kami jadi merinding ketakutan dan kemudian kerena rasa penasaran kami pun memberikan diri untuk melanjutka melihat foto yang lainnya.

" Ka Friska dan ka Klara! "

Ucap Gita ketika melihat foto aku dan Riana duduk berdua tiba-tiba ada bayangan putih yang menyerupai kedua sahabat kami berdiri di belakang kami.

Kemudian Kami pun terus melihat foto-foto selanjutnya dan semua foto yang kami ambil ini di hadiri oleh mereka yang sudah tiada. Mereka menampakan diri dan bagi kami cara mereka itu sangat menyeramkan.

Di samping rasa takut yang membuat kami merinding, penampakan di foto-foto yang kami lihat juga membuat kami tersentuh dan kembali merindukan mereka yang sudah pergi untuk selamanya. Setelah melihatnya kami pun langsung berdoa untuk mereka. Kami mendoakan supaya mereka semua tenang di alam sana.

– Bersambung –

Chapter.3 – Kartu nama

" Ka Amara, ka Aditya, nanti selesai makan boleh minta waktunya nggak? "

Tanya Riana pada saat waktu makan malam berlangsung.

" Bisa, emangnya ada apa Riana? "

Jawab ka Amara dan kemudian dia pun kembali bertanya.

" Gini kak! Aku dan Airin tuh bingung mau pilih Universitas yang mana? Jadi nanti kami pingin minta bantuan dan pendapat kaka dan juga ka Aditya untuk memilih Universitas untuk kami. "

Jelas Riana dan kemudian dia pun mengakhiri makan malamnya dengan meneguk segelas air putih.

" Oh gitu! Bisa kok nanti kita diskusi di ruang tamu ya! "

Jawab ka Amara kepada Riana dan kemudian dia pun menanyakan ka Aditya.

" Ka Aditya bagaimana? Bisa? "

Kemudian ka Aditya pun menjawab dengan gurauan.

" Bisa lah! nanti kita bahasanya ya, Kaka sedang menikmati dan menghayati makam malam kali ini. Lauknya sangat dahsyat. "

Mendengar jawaban dari ka Aditya kami sedikit tertawa karena ekspresi wajahnya itu rumayan menggemaskan.

" Kamu soim deh! Lebay banget, kelihatan kayak gak pernah makan rendang ayam sama sekali. "

Ujar ka Amara sambil menahan tawanya.

" Soim? Apaan tuh? Ngomong ngomong kok tau sih kalau aku baru makan rendang ayam sekarang? "

Tanya ka Aditya kepada ka Amara.

" Soim, singkatan dari sok imut dit! "

Jawab ka Amara dengan wajah juteknya.

" Dih! Receh lu! "

Ujar ka Aditya dan kemudian ruang makan pun kembali senyap. Mereka menyelesaikan makan malam setelah beberapa saat kemudian.

Seperti biasanya, aku, Riana, Gita dan Dara akan membantu ka Amara untuk mencuci piring setelah makan malam selesai. Kemudian baru kami akan bermain sampai waktu tidur pun tiba.

Aku dan Riana mengambil brosur kami dan kemudian kami pun duduk di sofa ruang tamu untuk menanti ka Aditya dan juga ka Amara, kami akan berdiskusi tentang Universitas yang harus aku dan Riana pilih nantinya.

" Ka Airin, aku dan Gita pinjem novel Kaka dong! Bosen banget nih kak. "

Ucap Dara menghampiri ku dengan wajah bosannya.

" Ambil aja Dar di dalam lemari Kaka. Untuk Gita kamu kasih komik Doraemon aja ya! "

Jawabku mengizinkannya dan kemudian mereka pun mengangguk lalu mereka pun langsung berjingkrak-jingkrak pergi ke lantai dua untuk pergi ke kamar ku. Tak lama setelahnya, ka Amara dan ka Aditya pun datang dan duduk bersama kami di sofa ruang tamu.

Kami mulai berbincang-bincang dan membahas satu persatu brosur yang menawarkan fasilitas yang mewah dan juga beasiswa yang akan berlaku selama berkuliah.

Kami membahas tentang ini cukup lama, pada awalnya ka Amara menyarankan agar kami memilih Universitas yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Yayasan Rumah Batin. Namun setelah ka Amara melihat brosur-nya, dia pun membatalkan saran itu karena Universitas terdekat tidak memberikan beasiswa kepada kami berdua.

Ketika itu kami pun sempat merasa bingung hingga akhirnya aku tak sengaja mengingat Darius dan kemudian aku pun menanyakan pendapat ka Aditya dan ka Amara tentang tawaran Universitasnya. Lalu ka Amara dan ka Aditya pun terlihat setuju namun masih terlihat sedikit ragu, tetapi setelah aku bilang kepada mereka berdua kalau aku memiliki kartu nama Darius sebagai orang yang mempromosikan Universitasnya mereka pun mempertimbangkannya dan meminta kartu nama itu.

Aku lalu pergi ke kamar sejenak untuk mengambil kartu nama itu dan aku sesampainya aku di kamar, tak sengaja aku menjumpai Dara dan Gita sudah tertidur pulas di atas kasurku. Mereka berdua berbaring sambil memeluk buku yang ku pinjamkan.

" Huh! Kalian pasti sangat bosan karena kini yayasan kita ini sudah tidak ramai seperti dulu. "

Gumam ku sambil menyelimuti mereka berdua dan kemudian aku mengambil buku yang mereka peluk untuk aku kembalikan ketempat semulanya. Setelah itu aku pun mencari tasku untuk mengambil kartu nama Darius. Setelah aku mendapatkannya aku pun langsung mengambil kartu nama itu dan kembali ke ruang tamu untuk memberikannya kepada ka Aditya ataupun ka Amara.

" Rin! Dara sama Gita udah tidur? "

Tanya ka Aditya ketika aku sedang melangkah menuruni anak tangga.

" Udah kak, mereka berdua tidur di kamarku. "

Jawab ku dengan datar dan kemudian aku pun kembali bergabung bersama mereka.

" Ini kartu namanya kak! "

Ucapku sambil mengulurkan tanganku memberikan kartu itu kepada ka Aditya.

" Baik, kalau begitu Kaka akan hubungi dia sebentar ya! Kalian tunggu disini. "

Ka Aditya pun pergi setelah menerima kartu, dia bilang dia akan pergi menghubungi Darius.

Sementara itu, aku, Riana, dan ka Amara pun bercerita bagaimana jadinya jika aku dan Riana akhirnya harus berkuliah jauh dari yayasan Rumah Batin ini. Ka Amara mengeluh dan bilang kepada kami berdua.

" Kalau kalian berdua pergi, yayasan Rumah Batin ini pasti menjadi sangat sunyi dan ruangan kosong akan bertambah. "

Mendengar itu dari ka Amara aku pun jadi merasa berat jika memang nanti kami berdua akhirnya harus berkuliah jauh dari sini.

" Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat kamar kamar kosong itu jadi kos kosan aja kak? Supaya yayasan ini tidak begitu sepi. "

Ujar Riana secara tiba-tiba, dia memberikan saran yang mungkin dapat di terima.

" Tapi kan yayasan Rumah Batin ini khusus untuk orang orang yang mata batinnya terbuka, kalau pun memang mau dijadikan kos kosan maka penghuninya juga harus anak yang mempunyai mata batin. Sedangkan mencari anak yang mempunyai mata batin itu sendiri tidaklah mudah. "

Jelas ka Amara dengan berputus asa.

" Menurutku saat ini kita tidak usah membingungkan hal itu. Tak ada salahnya sementara ini kita buka kos umum setidaknya agar tidak ada ruang yang kosong lagi di yayasan ini kak! Karena itu kan bisa menjadi sarangnya para makhluk halus. "

Sambung ku memberikan pendapatku.

" Em.. iya juga sih! Besok lah kita diskusikan. "

Jawab ka Amara dengan ragu, kemudian kami pun lanjut bercerita hingga akhirnya ka Aditya pun selesai berdiskusi dengan Darius melalui telepon.

" Kaka sudah cerita panjang lebar dengan Darius! Tapi Kaka masih belum puas, Kaka minta dia untuk datang ke yayasan ini besok agar dia bisa menjelaskan lebih detail lagi tentang Universitas yang ditawarkan olehnya. Baik! Karena sekarang sudah malam, maka kembalilah ke kamar masing-masing dan tidurlah. "

Ucap ka Aditya memberikan informasi lalu dia pun langsung pergi ke kamarnya.

" Kaka duluan ya! "

Ucap ka Amara dan kemudian dia pun meninggalkan kami berdua.

" Ayo Rin! "

Ajak Riana menyikut ku dan kemudian aku pun langsung ikut bersamanya untuk kembali ke kamar masing-masing. Namun sesampainya di depan kamar Riana, aku pun mengajaknya untuk tidur di kamarku saja. Selagi Dara dan Gita tidur di sana maka akan seru rasanya jika tidur bersama sama.

– Bersambung –

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!