Chapter.3 – Kartu nama

" Ka Amara, ka Aditya, nanti selesai makan boleh minta waktunya nggak? "

Tanya Riana pada saat waktu makan malam berlangsung.

" Bisa, emangnya ada apa Riana? "

Jawab ka Amara dan kemudian dia pun kembali bertanya.

" Gini kak! Aku dan Airin tuh bingung mau pilih Universitas yang mana? Jadi nanti kami pingin minta bantuan dan pendapat kaka dan juga ka Aditya untuk memilih Universitas untuk kami. "

Jelas Riana dan kemudian dia pun mengakhiri makan malamnya dengan meneguk segelas air putih.

" Oh gitu! Bisa kok nanti kita diskusi di ruang tamu ya! "

Jawab ka Amara kepada Riana dan kemudian dia pun menanyakan ka Aditya.

" Ka Aditya bagaimana? Bisa? "

Kemudian ka Aditya pun menjawab dengan gurauan.

" Bisa lah! nanti kita bahasanya ya, Kaka sedang menikmati dan menghayati makam malam kali ini. Lauknya sangat dahsyat. "

Mendengar jawaban dari ka Aditya kami sedikit tertawa karena ekspresi wajahnya itu rumayan menggemaskan.

" Kamu soim deh! Lebay banget, kelihatan kayak gak pernah makan rendang ayam sama sekali. "

Ujar ka Amara sambil menahan tawanya.

" Soim? Apaan tuh? Ngomong ngomong kok tau sih kalau aku baru makan rendang ayam sekarang? "

Tanya ka Aditya kepada ka Amara.

" Soim, singkatan dari sok imut dit! "

Jawab ka Amara dengan wajah juteknya.

" Dih! Receh lu! "

Ujar ka Aditya dan kemudian ruang makan pun kembali senyap. Mereka menyelesaikan makan malam setelah beberapa saat kemudian.

Seperti biasanya, aku, Riana, Gita dan Dara akan membantu ka Amara untuk mencuci piring setelah makan malam selesai. Kemudian baru kami akan bermain sampai waktu tidur pun tiba.

Aku dan Riana mengambil brosur kami dan kemudian kami pun duduk di sofa ruang tamu untuk menanti ka Aditya dan juga ka Amara, kami akan berdiskusi tentang Universitas yang harus aku dan Riana pilih nantinya.

" Ka Airin, aku dan Gita pinjem novel Kaka dong! Bosen banget nih kak. "

Ucap Dara menghampiri ku dengan wajah bosannya.

" Ambil aja Dar di dalam lemari Kaka. Untuk Gita kamu kasih komik Doraemon aja ya! "

Jawabku mengizinkannya dan kemudian mereka pun mengangguk lalu mereka pun langsung berjingkrak-jingkrak pergi ke lantai dua untuk pergi ke kamar ku. Tak lama setelahnya, ka Amara dan ka Aditya pun datang dan duduk bersama kami di sofa ruang tamu.

Kami mulai berbincang-bincang dan membahas satu persatu brosur yang menawarkan fasilitas yang mewah dan juga beasiswa yang akan berlaku selama berkuliah.

Kami membahas tentang ini cukup lama, pada awalnya ka Amara menyarankan agar kami memilih Universitas yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Yayasan Rumah Batin. Namun setelah ka Amara melihat brosur-nya, dia pun membatalkan saran itu karena Universitas terdekat tidak memberikan beasiswa kepada kami berdua.

Ketika itu kami pun sempat merasa bingung hingga akhirnya aku tak sengaja mengingat Darius dan kemudian aku pun menanyakan pendapat ka Aditya dan ka Amara tentang tawaran Universitasnya. Lalu ka Amara dan ka Aditya pun terlihat setuju namun masih terlihat sedikit ragu, tetapi setelah aku bilang kepada mereka berdua kalau aku memiliki kartu nama Darius sebagai orang yang mempromosikan Universitasnya mereka pun mempertimbangkannya dan meminta kartu nama itu.

Aku lalu pergi ke kamar sejenak untuk mengambil kartu nama itu dan aku sesampainya aku di kamar, tak sengaja aku menjumpai Dara dan Gita sudah tertidur pulas di atas kasurku. Mereka berdua berbaring sambil memeluk buku yang ku pinjamkan.

" Huh! Kalian pasti sangat bosan karena kini yayasan kita ini sudah tidak ramai seperti dulu. "

Gumam ku sambil menyelimuti mereka berdua dan kemudian aku mengambil buku yang mereka peluk untuk aku kembalikan ketempat semulanya. Setelah itu aku pun mencari tasku untuk mengambil kartu nama Darius. Setelah aku mendapatkannya aku pun langsung mengambil kartu nama itu dan kembali ke ruang tamu untuk memberikannya kepada ka Aditya ataupun ka Amara.

" Rin! Dara sama Gita udah tidur? "

Tanya ka Aditya ketika aku sedang melangkah menuruni anak tangga.

" Udah kak, mereka berdua tidur di kamarku. "

Jawab ku dengan datar dan kemudian aku pun kembali bergabung bersama mereka.

" Ini kartu namanya kak! "

Ucapku sambil mengulurkan tanganku memberikan kartu itu kepada ka Aditya.

" Baik, kalau begitu Kaka akan hubungi dia sebentar ya! Kalian tunggu disini. "

Ka Aditya pun pergi setelah menerima kartu, dia bilang dia akan pergi menghubungi Darius.

Sementara itu, aku, Riana, dan ka Amara pun bercerita bagaimana jadinya jika aku dan Riana akhirnya harus berkuliah jauh dari yayasan Rumah Batin ini. Ka Amara mengeluh dan bilang kepada kami berdua.

" Kalau kalian berdua pergi, yayasan Rumah Batin ini pasti menjadi sangat sunyi dan ruangan kosong akan bertambah. "

Mendengar itu dari ka Amara aku pun jadi merasa berat jika memang nanti kami berdua akhirnya harus berkuliah jauh dari sini.

" Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat kamar kamar kosong itu jadi kos kosan aja kak? Supaya yayasan ini tidak begitu sepi. "

Ujar Riana secara tiba-tiba, dia memberikan saran yang mungkin dapat di terima.

" Tapi kan yayasan Rumah Batin ini khusus untuk orang orang yang mata batinnya terbuka, kalau pun memang mau dijadikan kos kosan maka penghuninya juga harus anak yang mempunyai mata batin. Sedangkan mencari anak yang mempunyai mata batin itu sendiri tidaklah mudah. "

Jelas ka Amara dengan berputus asa.

" Menurutku saat ini kita tidak usah membingungkan hal itu. Tak ada salahnya sementara ini kita buka kos umum setidaknya agar tidak ada ruang yang kosong lagi di yayasan ini kak! Karena itu kan bisa menjadi sarangnya para makhluk halus. "

Sambung ku memberikan pendapatku.

" Em.. iya juga sih! Besok lah kita diskusikan. "

Jawab ka Amara dengan ragu, kemudian kami pun lanjut bercerita hingga akhirnya ka Aditya pun selesai berdiskusi dengan Darius melalui telepon.

" Kaka sudah cerita panjang lebar dengan Darius! Tapi Kaka masih belum puas, Kaka minta dia untuk datang ke yayasan ini besok agar dia bisa menjelaskan lebih detail lagi tentang Universitas yang ditawarkan olehnya. Baik! Karena sekarang sudah malam, maka kembalilah ke kamar masing-masing dan tidurlah. "

Ucap ka Aditya memberikan informasi lalu dia pun langsung pergi ke kamarnya.

" Kaka duluan ya! "

Ucap ka Amara dan kemudian dia pun meninggalkan kami berdua.

" Ayo Rin! "

Ajak Riana menyikut ku dan kemudian aku pun langsung ikut bersamanya untuk kembali ke kamar masing-masing. Namun sesampainya di depan kamar Riana, aku pun mengajaknya untuk tidur di kamarku saja. Selagi Dara dan Gita tidur di sana maka akan seru rasanya jika tidur bersama sama.

– Bersambung –

Terpopuler

Comments

Rosye Pattipeilohy

Rosye Pattipeilohy

di tunggu klnjutannya kak

2020-04-22

1

꧁Rizka♡꧂

꧁Rizka♡꧂

next kk
seruuu igh!!

2020-04-22

3

BILLY PUTRA

BILLY PUTRA

Mantap lanjut lah

2020-04-22

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter.1 – Harapan
2 Chapter.2 – Penampakan
3 Chapter.3 – Kartu nama
4 Chapter.4 – Riana
5 Chapter.5 – Klara?
6 Chapter.6 – Mood
7 Chapter.7 – Di ganggu makhluk gaib
8 Chapter.8 – Universitas kegelapan
9 Chapter.9 – Perdebatan
10 Chapter.10 – Persetujuan
11 Chapter.11 – Taman makam Kamboja
12 Chapter.12 – Memberontak
13 Chapter.13 – Kesurupan massal
14 Chapter.14 – ka Adit
15 Chapter.15 – Beres beres kamar kosong 1
16 Chapter.16 – Beres beres kamar kosong 2
17 Chapter.17 – Berpisah dengan yayasan rumah batin
18 Chapter.18 – Titik terang dari kasus Klara
19 Chapter.19 – Keajaiban
20 Chapter.20 – Sisi gelap
21 Chapter.21 – Gadis aneh
22 Chapter.22 – Hanya mimpi buruk
23 Chapter.23 – Kekhawatiran yang benar-benar terjadi
24 Chapter.24 – Sisi gelap Universitas
25 Chapter. 25 – Nyawa Ka Adit
26 Chapter.26 – Konyol
27 Chapter.27 – Dimensi alam bawah sadar
28 Chapter.28– Tante Kirana
29 Chapter.29 – Aura negatif Dokter Eric
30 Chapter.30 – Dias Kai
31 Chapter.31 – Doa Darius
32 Chapter.32 – Dias Kai 2
33 Chapter.33 – Kembali ke kampus
34 Chapter.34 – Keyla pembawa bencana
35 Chapter.35 – 5 tempat sakral
36 Chapter.36 – 5 tempat sakral.2
37 Chapter.37 – Buku data mahasiswa universitas
38 Chapter.38 – Seorang Nenek
39 Chapter.39 – Seorang nenek-nenek
40 Chapter.40–Hari pertama masuk kampus
41 Chapter.41– Kinanti
42 Chapter.42–Kinanti2
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Chapter.1 – Harapan
2
Chapter.2 – Penampakan
3
Chapter.3 – Kartu nama
4
Chapter.4 – Riana
5
Chapter.5 – Klara?
6
Chapter.6 – Mood
7
Chapter.7 – Di ganggu makhluk gaib
8
Chapter.8 – Universitas kegelapan
9
Chapter.9 – Perdebatan
10
Chapter.10 – Persetujuan
11
Chapter.11 – Taman makam Kamboja
12
Chapter.12 – Memberontak
13
Chapter.13 – Kesurupan massal
14
Chapter.14 – ka Adit
15
Chapter.15 – Beres beres kamar kosong 1
16
Chapter.16 – Beres beres kamar kosong 2
17
Chapter.17 – Berpisah dengan yayasan rumah batin
18
Chapter.18 – Titik terang dari kasus Klara
19
Chapter.19 – Keajaiban
20
Chapter.20 – Sisi gelap
21
Chapter.21 – Gadis aneh
22
Chapter.22 – Hanya mimpi buruk
23
Chapter.23 – Kekhawatiran yang benar-benar terjadi
24
Chapter.24 – Sisi gelap Universitas
25
Chapter. 25 – Nyawa Ka Adit
26
Chapter.26 – Konyol
27
Chapter.27 – Dimensi alam bawah sadar
28
Chapter.28– Tante Kirana
29
Chapter.29 – Aura negatif Dokter Eric
30
Chapter.30 – Dias Kai
31
Chapter.31 – Doa Darius
32
Chapter.32 – Dias Kai 2
33
Chapter.33 – Kembali ke kampus
34
Chapter.34 – Keyla pembawa bencana
35
Chapter.35 – 5 tempat sakral
36
Chapter.36 – 5 tempat sakral.2
37
Chapter.37 – Buku data mahasiswa universitas
38
Chapter.38 – Seorang Nenek
39
Chapter.39 – Seorang nenek-nenek
40
Chapter.40–Hari pertama masuk kampus
41
Chapter.41– Kinanti
42
Chapter.42–Kinanti2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!