Jodoh Terbaik
"Saaaah!"
Satu kata yang terdengar begitu merdu di telinga Anggika Purnamasari saat dirinya resmi dan syah secara agama menjadi seorang istri tepat dua tahun yang lalu.
Kata itu adalah kata kunci untuk memulai hubungan halalnya bersama sang suami yang merupakan teman semasa sekolahnya.
Tapi, saat ini kata itu terdengar miris di hatinya, membuatnya merasakan ribuan luka yang teramat seperti mendapat serangan bertubi-tubi dari benda tajam saat suaminya tiba-tiba menjatuhkan talak padanya.
Hanya karena banyak ngidamnya, padahal ngidam buah cinta hasil pernikahan yang dimulai dengan cinta, suaminya itu tega menalak dan mengusirnya.
Salahkah seorang wanita yang tengah hamil muda mengidam?
Salahkah jika seorang wanita yang tengah hamil muda tidak bisa mengontrol apa saja yang sedang ia ingin makan?
Hati Gika--sapaannya, mencelos saat mendengar sebuah kata yang tidak pernah terpikirkan olehnya keluar dari mulut suaminya.
"Aku talak kamu! Aku tidak sudi menuruti kemauanmu yang aneh-aneh dengan alibi calon anak yang ada di kandunganmu! Silahkan keluar dari kontrakanku. Di sini aku yang bayar, bukan kamu."
Kalimat serta tatapan tajam itu terngiang di telinga dan pikiran Gika saat kini ia berjalan menyusuri pinggir jalan raya untuk mencari tempat berlindung untuk sementara.
Hati dan pikirannya yang terus berperang, tidak memberanikan ia untuk kembali ke rumah orang tuanya yang berbeda kota dengan kota yang ditinggalinya sekarang.
Karena suaminya, ia berkorban demi cintanya agar bisa hidup bersama dengan meninggalkan kedua orang tuanya, bahkan tak menganggapnya ada.
Ya, Gika menikah dua tahun lalu dengan wali hakim dan tega meniadakan Ayah kandungnya yang masih hidup untuk menjadi wali nikahnya dengan alasan tidak bisa hadir karena sedang bekerja di luar kota.
Gika memang gila. Julukan itu yang mungkin pantas kini disandingkan untuknya.
Gika gila karena cinta.
Gika gila karena ingin hidup bersama orang yang dicintainya.
Gika gila mengorbankan perasaan kedua orang tuanya yang pasti teramat kecewa karena keputusan sepihak darinya.
Gika gila karena sekarang ia menjadi gelandangan setelah ditalak dan diusir oleh suami yang dicintainya.
Apa ini karma untuknya? Kalau iya.. Bagaimana ia bisa menebusnya? Sedangkan pulang ke tempat dimana orang tuanya tinggal saja dia tidak punya nyali.
"Hikhikhik.. Bunda.. Ayah.. Maafin Gika. Maafin semua salahnya Gika, Bun.. Yah." gumam Gika di sela isak tangisnya.
"Aku harus kemana sekarang. Aku pengen makan gethuk, tapi beli dimana?" Gika bermonolog dengan terus berjalan menyusuri pinggir jalan raya seraya mengusap perutnya.
Usia kandungan Gika baru berjalan dua bulan, sehingga perut Gika belum terlihat membuncit, masih datar seperti anak perawan.
"Jiah! Merah!" keluh seorang pengendara motor setelah menekan rem saat melihat traffict light berwarna merah.
Keluhan seorang pengendara motor itu mengalihkan dunia Gika yang sedang termenung sendiri pada dunia nyata yang ada di depannya.
Ia pun buru-buru menghapus jejak air matanya, lalu menoleh ke kiri di mana mobil dan motor sedang menunggu traffict light berganti warna hijau karena kebetulan ia sedang berjalan di sebelah kanan jalan.
Tatapan Gika seolah biasa bagi yang melihatnya, sebagian dari mereka mengartikan jika Gika mungkin seorang perantau yang mau mudik ke kampung halaman karena menggendong sebuah ransel yang cukup besar.
Sebagian dari mereka mengartikan jika Gika merupakan orang yang kehilangan arah karena setelah menoleh pada mobil dan motor, wanita itu menghadapkan dirinya lurus pada barisan motor dan berbagai jenis mobil yang mengantri dan mengarahkan kakinya menuju sebuah mobil truck makanan ringan yang berhenti di barisan ke lima.
Ceklek~~~
Gika tanpa dosa membuka pintu truck yang tidak sengaja tidak dikunci oleh Arkana Maheswara--Arka, karena melihat Arka sedang memakan gethuk--makanan yang ia idam-idamkan.
Air liur Gika hendak menetes saat melihat Arka menggigit gethuk itu dengan nikmatnya.
Dan..
"Minta!" pintanya manja dengan binar bahagia di matanya.
Arka yang sedang memakan gethuk dengan melihat barisan mobil mengantri di depannya seketika terlonjak saat mendengar suara seorang wanita di sampingnya.
"Kamu siapa? Keluar dari mobilku. Enggak sopan banget masuk mobil orang sembarangan." bentak Arka yang membuat Gika langsung menangis.
"Aku mau gethuk itu." lirih Gika dengan menundukkan pandangannya.
"Gethuk?" Arka mengernyitkan dahinya, lalu sedetik kemudian tersadar dan melihat pada tangannya yang masih memegang setengah potong gethuk. "Enggak bisa. Ini punyaku. Kalau mau ya beli."
"Memang belinya di mana?" Gika dengan polosnya bertanya.
Dalam usia yang seharusnya dia masih bebas bisa bermain bahkan kuliyah, ia malah menikah, lalu hamil dan sekarang ditalak suaminya.
"Enggak tahu." ketus Arka, lalu tanpa sadar laki-laki itu membiarkan Gika tetap berada di dalam mobil trucknya saat traffict light berganti warna hijau dan mobil di belakangnya sudah membunyikan klakson agar truck yang dikendarainya cepat berjalan.
"Kasih tahu dimana belinya biar aku bisa beli. Aku sedang sangat menginginkannya." ujar Gika dengan menoleh kaca jendela di sebelahnya.
"Aku tidak tahu belinya dimana. Kamu kan bisa cari lokasi penjual gethuknya lewat mesin pencarian canggih di internet. Jaman sekarang kok gaptek." sindir Arka dengan tanpa sadar tetap mengizinkan Gika berada di dalam trucknya.
"Kamu sendiri yang katanya enggak gaptek enggak tahu kan aku tanya dimana penjualnya." skak Gika yang membuat Arka menoleh sekilas lalu mengembungkan pipinya kesal.
"Kamu mau ke mana? Kamu siapa sebenarnya? Kenapa enggak juga turun dari truck aku?" Arka pun bertanya saat mereka kembali berhenti di traffict light yang berwarna merah guna mengalihkan pembicaraan yang membuatnya kesal.
Wanita yang sedang duduk di sampingnya ini bisa memutar balikkan perkataannya.
"Aku Gika. Aku lagi pengen makan gethuk. Aku lagi cari gethuk. Antarkan aku mencari penjual gethuk." jawab Gika yang membuat Arka tiba-tiba menghela napasnya.
Arka yang malas berdebat dan sempat melihat mata Gika yang sembab, akhirnya melajukan terus trucknya ke arah dimana basecamp-nya berada.
"Turun!" titah Arka saat mereka sudah berhenti di basecamp di mana Arka dan teman-temannya berada.
Arka tidak tahu jika inisatifnya membawa wanita ke basecamp-nya akan merubah statusnya karena kedua orang tuanya tengah menunggunya.
Menginjak usia kepala tiga, Kedua orang tua Arka memang kerap kali mendatangi Arka agar laki-laki itu mau merubah mindset-nya dan cepat menikah.
Melainkan karena Arka merupakan anak pertama, tapi juga kedua orang tua itu ingin segera menggendong cucu.
Apalagi pergaulan sosialita ibu-ibu jaman sekarang, semua teman arisan Anita--Mama Arka sudah bisa menggendong cucu dan dia sendiri yang selalu menjadi bahan ledekan karena belum mempunyai cucu.
Alasan sepele itulah yang membuat Anita selalu mengajak suaminya hampir setiap hari mengunjungi Arka agar mau secepatnya menikah dan memberikannya cucu seperti teman-teman arisannya.
"Aku mau gethuk." Gika menolak halus dengan menatap tautan jemarinya.
"Aku masih punya setengah di dalam. Itu boleh buat kamu, tapi kamu harus langsung pergi dari sini." jelas Arka yang membuat Gika yang awalnya menunduk kini mendongak dengan binar bahagianya, tapi tidak bisa menyembunyikan mata sembab dan bengkaknya.
Tanpa dibantu Arka, Gika turun dari truck dengan tetap menggendong ranselnya lalu membuntuti Arka masuk ke dalam basecamp-nya yang kebetulan terlihat sepi.
"Masuk." titah Arka saat melihat Gika sudah mencapai daun pintu masuk basecamp-nya.
"Enggak apa-apa aku masuk?" Gika dengan takut-takut bertanya, bagaimanapun ia takut laki-laki yang baru ditumpangi trucknya itu mempunyai niat yang tidak-tidak dengannya.
"Kamu mau gethuknya enggak?" ketus Arka yang membuat Gika akhirnya mau tidak mau masuk ke dalam basecamp-nya.
Sesampainya di dapur, Arka pun membuka tudung saji yang di dalamnya ada setengah porsi gethuk yang masih tersisa.
"Ini buat kamu." ketus Arka dengan memberikan setengah porsi gethuk dengan Gika yang berdiri di depannya.
Kedua orang tua Arka yang tengah menunggu di kamar Arka pun bangkit lalu berjalan menuju dapur di mana ia mendengar suara Arka.
Dan..
"Ada apa ini?" tanya Anita pada Arka, lalu saat ia berjalan ke depan Arka barulah ia melihat jika ada seorang wanita cantik dengan mata sembabnya berdiri di depan Arka dengan menggendong ransel.
"Ya Tuhan.. Arka.. Arka anak Mama.. Ini wanita yang kamu cintai, Sayang? Ah.. Betapa bahagianya hati Mama.. Besok kalian harus menikah ya. Enggak bisa ditunda lagi. Harus." ujar Anita dengan wajah sumringahnya yang membuat Arka dengan cepat menggeleng untuk menolaknya.
"Pa.. Arka besok mau menikah. Ini calon mantu kita, Pa." teriak Anita memanggil Husni--suaminya dengan tawa bahagianya.
"Dia bukan wanita yang aku cintai, Ma. Dia--" ucapan Arka terpotong saat jari telunjuk Anita menempel di bibirnya.
"Mama tidak mau kamu menyangkal lagi, Ar. Kamu belum pernah membawa wanita masuk ke dalam basecamp-mu. Dan pernikahan kalian akan tetap dilaksanakan besok."
"Tapi, Ma--"
"Tidak ada tapi-tapian, kamu membawanya ke sini, berarti kamu mempunyai niat di baliknya. Lebih baik kalian cepat menikah agar halal dalam melakukannya." tegas Anita dengan senyuman khasnya.
"Nama kamu siapa, Sayang?" Anita pun bertanya pada Gika.
"Anggika Purnamasari, Tante." jawab Gika dengan menunduk.
"Boleh Tante melihat isi ranselmu?" Anita pun dengan lihainya merayu calon menantu dadakannya.
Dengan raut bingung dan terpaksa, Gika pun mengangguk lalu membolehkan Anita membuka ranselnya.
Anita mengotak-atik isi ransel Gika untuk mencari sesuatu yang berguna untuk mendaftarkan pernikahan Gika dan Arka pada Kantor Urusan Agama.
Setelah mendapatkannya, tanpa meminta izin dari Gika, Anita pun mengambilnya lalu menaruhnya ke dalam tas dengan wajah puas.
"Kalian akan menikah besok." putus Anita lalu menarik tangan Husni mengajaknya ke luar dari basecamp Arka dengan raut wajah bahagianya.
"Ini semua gara-gara kamu. Aku enggak bisa nikah sama kamu. Aku aja enggak kenal siapa kamu." teriak Arka dengan menunjuk wajah Gika lalu menyugar rambutnya ke belakang.
"Aku juga enggak mau menikah sama kamu. Tapi berkas berhargaku diambil Mamamu. Ini semua gara-gara gethuk ini. Kenapa kamu nyuruh aku masuk ke dalam sih buat ngasih gethuk aja. Apa jangan-jangan kamu memang menjebakku ya?" Gika dengan beraninya membalikkan lagi perkataan Arka.
Padahal dalam hatinya ia mengesah, ia bingung harus bagaimana.
"Aku menjebakmu? Gila ya kamu. Yang ikut mobil truck aku siapa. Yang enggak mau turun siapa. Yang merengek terus minta gethuk siapa." teriak Arka tidak terima.
"Ya maaf. Aku cuman pengen makan gethuk kok. Aku sama sekali enggak ada niatan kayak gitu." Gika pun merasa bingung dengan posisinya sekarang.
"Hah!" Arka pun marah karena ia tidak bisa membantah perkataan Mamanya, juga tidak bisa mengusir Gika, dan sedetik kemudian ia pun masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintunya.
"Kenapa jadi begini?" gumam Gika dengan berjalan gontai menuju kursi tunggal yang ada di depan TV di base camp Arka, memikirkan nasibnya ke depannya.
Bukan hanya gara-gara gethuk semata, tapi karena kecerobohannya yang langsung masuk truck Arka yang menyebabkan kesalahpahaman ini terjadi.
Lalu bagaimana caranya agar ia bisa menolak pernikahan dadakan yang diputuskan sepihak oleh Mama Arkana?
Tanpa terasa.. Karena lelah yang melingkupinya, Gika jatuh terlelap memasuki alam mimpinya saat ia masih berkutat memikirkan hal yang bisa membatalkan permintaan sepihak dari Mama Arkana.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments