Musim Akan Selalu Berganti (Cerita Cinta Holly)

Musim Akan Selalu Berganti (Cerita Cinta Holly)

Eps. 1 Anak Ke-tujuh

Holly Yulvyana Chandra turun dari mikrolet, nama angkot di kota ini. Gadis itu mengeringkan keringat di pelipisnya. Masih pagi tapi cuaca sudah begitu panas. Dengan berlari kecil gadis manis itu masuk ke lorong sempit hanya seukuran satu mobil di tengah perkampungan yang padat di bagian pinggiran utara kota ini. Rumah mereka terletak di atas ketinggian, masuk sampai di ujung lorong sekitar 200 meter kemudian menanjak naik di jalan setapak, rumah kelima.

Rambut pendeknya terlihat mengkilat di bawah terpaan sinar terik matahari, memang sudah berminyak karena belum keramas. Pipinya memerah karena kepanasan berjalan dengan wajah tanpa pelindung dari sengatan surya.

Holly terlahir di tengah keluarga sederhana. Papanya seorang pekerja bangunan biasa dengan pekerjaan yang tak menentu, kadang bisa berbulan-bulan tidak ada pekerjaan. Mama seorang penjahit, pelanggannya banyak bahkan ada pelanggan tetap, jadi mama selalu punya penghasilan. Meskipun sekarang ada mall, toko baju dan butik bertebaran di kota ini, tapi masih banyak orang yang memilih menjahitkan pakaian. Tapi tetap saja penghasilan mama tak bisa mencover kebutuhan seluruh keluarga, terlebih jika papa tidak ada panggilan untuk bekerja.

Holly anak paling bontot, umur baru genap tujuh belas tahun. Dia punya enam kakak, empat perempuan dan dua laki-laki. Dua kakak perempuan, Herlina dan Helny sudah menikah masing-masing punya dua dan tiga anak, bocah-bocah perusuh di rumah. Masih ada Henny, Hofny dan Helen yang belum menikah dan juga belum bekerja. Holly paling dekat dengan Hanie, hanya Hanie yang selalu memperlakukan Holly dengan baik.

"Ini ma..."

Holly meletakkan nota pembayaran ongkos jahit dari bu Flora, salah satu langganan tetap sang mama. Bu Flora menjahitkan lima pakaian, ongkos jahit tiga ratus ribu per satu pakaian dan bu Flora selalu memberikan nota saat pembayaran. Mama mengamati sejenak angka yang tertera di kertas kemudian menatap penuh tanya wajah Holly.

"Semua diambil Henny..."

Holly menjawab tatapan itu. Mama mengambil ponsel di saku daster dan melakukan panggilan.

📱

"Henny, mama udah kasih tahu kamu kan, ambil satu juta, yang lima ratus ribu buat mama, kenapa kamu ambil semua..."

"Iya aku ambilnya satu juta..."

Holly yang ikut menempelkan kupingnya di ponsel mama langsung teriak...

"Jangan bohong... kamu ambil semua, aku suruh kamu hitung tadi..."

.

"Holly!"

Mama menutup panggilan dan meletakkan ponsel di atas mesin jahit. Holly sudah tahu, pasti mama tidak mempercayai dirinya, lebih percaya Henny.

"Dia ambil semua ma, aku belum sempat pisahin yang lima ratus ribu sudah dirampas Henny di depan pintu kost-an."

"Sini uangnya, kamu simpan di mana..."

Mama menggerayangi seluruh bagian tubuh Holly. Gadis itu pasrah. Mama menemukan uang dua ribu perak sisa bayar angkot di kantong celana pendek Holly. Ada rasa sedih menyelusup di hati gadis itu. Rasa sedih bertambah dengan rasa lelah mengantar jahitan, ongkos yang mama berikan tidak cukup jadi setengah perjalanan dia memutuskan jalan kaki. Kemudian harus ke kost Henny mengantar uang dan menerima perlakuan kasar kakak perempuannya itu, sekarang menerima tindakan kasar mamanya sendiri.

Kesedihan yang selalu dia simpan sendiri.

"Awas kamu, kalau mama tahu kamu bohong, sudah sering kamu bohong dan curi uang mama!!"

Kapan aku bohong? Kapan aku nyuri uang mama?

Hatinya sesak, tapi tak berdaya.

Mama kembali duduk di depan mesin jahit, tak peduli dengan hati anaknya karena sikapnya barusan.

"Holly, kalau anak-anak bangun buatkan mie instan, ada di kamarku, buat tiga bungkus jangan lebih..."

Herlina si kakak Tertua melongok di depan pintu ruang jahit mama, sudah rapih siap ke swalayan di Pasar 45, tempat dia bekerja sebagai kasir lima tahun ini.

"Lina, suruh suamimu yang urus anak-anakmu, Holly mama mau suruh ke tempat obras, mesin obras mama belum selesai diperbaiki."

Holly hanya melihat dengan sedih kantong plastik besar berisi bahan baju yang dimaksud mama, pekerjaan tak ada habisnya.

"Yosie tidurnya subuh, gak mungkin dia bangun pagi ini..."

Herlina langsung pergi tanpa kompromi dengan mama, turun dengan tergesa di jalan setapak dari paving itu.

Holly menuju dapur, dia tahu dia tidak akan punya waktu untuk belajar. Ini sudah hari jumat, minggu tenang sebelum ujian hampir berakhir tapi dia hanya bisa belajar sedikit, padahal hari senin nanti ujian nasional.

Dia ingin melanjutkan kuliah setelah ini, dia sudah mengurus Bidikmisi semacam beasiswa kuliah untuk mereka yang tidak mampu. Dia harus punya prestasi yang bagus sebagai salah satu persyaratan, dan nilai ujian akhir juga menentukan.

Setelah melakukan semua pekerjaan untuk rumah ini termasuk meladeni ponakan-ponakannya, tak ada istirahat, sekarang dia harus keluar lagi ke tempat obras di Pasar 45. Dia mengambil sebuah bukunya, di tempat obras siapa tahu bisa belajar sedikit...

.

🌱

.

Hari sabtu, Holly berkali-kali menghela napas dan membuang kasar, seolah kekesalannya bisa ikut terurai dengan hembusan sepenuh jiwa yang diikuti mata perih karena menahan tangis serta dada yang terasa sakit seolah baru dipukul martil milik papa. Rumah ini tak pernah memberi ketenangan untuknya.

Dia sudah mengungsi di sudut paling sepi rumah ini, tapi memang di mana ada tempat seperti itu di rumah ini. Berkali-kali digusur dan diganggu lima ponakan yang sedang bermain, menangis, teriak, lari-larian, rebutan ponsel dan mainan, rebutan remote tv, rebutan makanan, rebutan daerah teritori, rebutan perhatian. Semuanya terlalu aktif, mau yang laki-laki atau perempuan sama saja, selalu membuat rusuh. Tidak ada tempat yang bebas dari penjelajahan mereka, tidak ada tempat yang bisa rapih di rumah ini, bahkan tidak ada perabot rumah yang bagus karena semua dijadikan mainan atau alat eksperimen bagaimana cara merusak benda dengan baik.

Siapa yang bisa melarang dan mengendalikan mereka? Tidak ada. Suara orang dewasa hanya menghentikan sementara. Dan rumah ini hanya sedikit lebih tenang bila 2 ponakan paling besar pergi ke sekolah.

Holly tidak bisa konsentrasi untuk belajar, gangguan selalu datang, bahkan beberapa buku pelajarannya sudah rusak hasil kreativitas entah ponakan yang mana. Selama beberapa menit dia hanya bengong dan sesekali mengusap airmata yang akhirnya tak terbendung. Dia ingin sekali lulus SMA dengan nilai yang baik, keinginannya untuk kuliah sangat besar dan sangat kuat karena ingin merubah hidupnya sendiri dan kuliah adalah salah satu jalan terbaik yang bisa dia pikirkan sekarang.

"Ling... ayo ikut aku..."

Suara Hanie sang kakak yang baru keluar dari kamar mandi menarik Holly dari kesedihan yang menguasai pikirannya.

"Ke mana?"

"Ke tempat aku kerja..."

"Ngapain? Aku mau belajar Han... senin aku ujian..."

"Itu maksudnya, kamu bisa belajar dengan tenang di sana..."

"Emang boleh?"

"Boleh... ayo buruan..."

"Bentar, aku sekalian mandi aja, pinjam kaos ya? Sama minta shampoo..."

"Iya... Jangan lama mandinya..."

Hanie masuk ke kamar, menarik sebuah kaos bersih dari lemari yang sudah tak berpintu akibat ulah para ponakan, mengambil satu sachet shampoo di atas lemari kemudian melemparkan pada Holly yang menunggu di depan pintu.

Sejak kecil mereka berdua menggunakan baju yang sama, tidak tahu mana persisnya milik Hanie dan mana milik Holly, kecuali baju model cewek tentu tidak bisa digunakan Hanie karena dia cowok tulen.

"Heii... Holly, mau ke mana kamu hahh?"

Suara besar mama menyapa telinga Holly saat dia bersiap hendak naik motornya Hanie. Mama melongok dari jendela samping ruangan jahit mama. Suara motor membuat mama berdiri dari depan mesin jahitnya terutama saat melihat siapa yang hendak naik di belakang Hanie.

"Mau belajar di tempat Hanie, di sini aku gak bisa belajar ma..."

"Eh... eh... eh... siapa yang ijinkan kamu keluar? Kamu sudah masak untuk makan siang?"

"Nasi udah, ma... aku udah goreng telur."

"Hahh? Itu aja? Malas kamu ya? Mama kerja keras sepanjang hari, kamu hanya masakin telur?"

"Helen gak belanja ma, hanya ada telur di kulkas."

"Mana Helen, mama udah kasih uang tadi..."

Mama Lisbeth teriak kemudian memanggil-manggil Helen, suaranya yang besar menggema mungkin hingga ujung lorong kompleks rumah mereka, waduuh. Mama sudah masuk ke ruang tengah hendak ke kamar Helen, salah satu kakak yang tugasnya belanja untuk keperluan rumah.

"Ayo cepat naik..."

"Han, aku gak ikut, nanti mama cariin, kalau aku gak ada mama bisa marah-marah dua hari dua malam..."

"Udah... yang penting sekarang kamu harus belajar, di sini mana bisa. Gak ada juga yang bisa kamu masak, nungguin Helen belanja pasti nanti sore baru dia pulang, itupun kalau ada uangnya... ayo!"

"Kalau gak ada pasti mama minta ke kamu, Han..."

"Itu juga... malas ah, setengah gaji aku udah dipakai buat belanja bulan ini. Si Herlina sama Helny selalu lari bea. Uang aku buat beli makanan untuk semua, uang mereka cuma buat mereka... enak banget. Selalu aja kayak gitu. Ayo cepetan..."

Dengan setengah takut Holly naik ke boncengan motor matic kakaknya, dan Hanie langsung tancap gas meluncur di jalan setapak itu diiringi teriakan mama Lisbeth...

"HANIE... MAMA PERLU KAMU, BALIK KE SINIIII..."

"Han... mama teriak itu..."

"Gak ahh... aku juga butuh uang aku..."

Kata orang anak bungsu biasanya paling disayang dan paling dimanja, tapi Holly tak bisa mengingat pernah seperti itu diperlakukan oleh kakak-kakak dan orang tuanya. Yang ada di memorinya adalah perlakuan mereka yang jauh berbeda.

.

.

🦋

Hi....

Jumpa dengan Holly di sini... semoga ada yang suka....

Yang baru mulai baca... tinggalkan like+komen+hadiah+vote yaaaaaa

.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

hai thor putri Minwa mampir ya

2022-11-10

1

Tia

Tia

lanjut disini Thor....✋✋✋

2022-10-17

1

Rosdiana Diana

Rosdiana Diana

lanjuttt

2022-07-26

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2 Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3 Eps. 3. Koko
4 Eps. 4. Katanya Anak
5 Eps. 5. Kesayangan Siapa
6 Eps. 6. Kok Lingling?
7 Eps. 7. Pilih Kasih
8 Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9 Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10 Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11 Eps. 11. Sebentar Lagi
12 Eps. 12. Gak Enak Hati
13 Eps. 13. Perasaanku Tulus
14 Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15 Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16 Eps. 16. Betah di Sini?
17 Eps. 17. Jalan Baru
18 Eps. 18. Saling Kangen
19 Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20 Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21 Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22 Eps. 22. Punya Pacar
23 Eps. 23. Tersenyumlah
24 Eps. 24. Apa yang Salah
25 Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26 Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27 Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28 Eps. 28. Ada Sesuatu
29 Eps. 29. Boros Airmata
30 Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31 Eps. 31. Gak Aware
32 Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33 Eps. 33. Koko Nyebelin
34 Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35 Eps. 35. Mengalah
36 Eps. 36. Terperosok
37 Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38 Eps. 38. Harus Selesaikan
39 Eps. 39. Kak Nuella
40 Eps. 40. Koko Kangen
41 Eps. 41. Terima Gaji
42 Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43 Eps. 43. Manisnya Rindu
44 Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45 Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46 Eps. 46. Ketemu Tetangga
47 Eps. 47. Cici Sayang
48 Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49 Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50 Eps. 50. Pejuang Cinta
51 Eps. 51. Berantem?
52 Eps. 52. Permintaan Kecil
53 Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54 Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55 Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56 Eps. 56. Sebelum Party
57 Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58 Eps. 58. Efek
59 Eps. 59. Cici
60 Eps. 60. Dan...
61 Eps. 61. Minta Tolong
62 Eps. 62. Damai Batin
63 Eps. 63. Pamit
64 Eps. 64. Baru Permulaan
65 Eps. 65. Hari Spesial
66 Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67 Eps. 67. Maaf
68 Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69 Eps. 69. Feeling
70 Eps. 70. Menginginkan Lebih
71 Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72 Eps. 72. Ada Waktunya
73 Eps. 73. Jadi?
74 Eps. 74. Permintaan Kacau
75 Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76 Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77 Eps. 77. My Baby
78 Eps. 78. Ternyata Mau?
79 Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80 Eps. 80. Koko yang Bingung
81 Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82 Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83 Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84 Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85 Eps. 85. Belum Menginginkan
86 Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87 Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88 Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89 Eps. 89. Masih Lama?
90 Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91 Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92 Eps. 92. Wajib Menghormati
93 Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94 Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95 Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96 Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97 Eps. 97. Manis
98 Eps. 98. Mama Sayang
99 Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100 Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101 Eps. 101. Fase yang Baru
102 Eps. 102. Opa dan Oma
103 Eps. 103. Salah Kamar
104 Eps. 104. Lebih dari Cinta
105 Eps. 105. The Holy Matrimony
106 Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107 Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108 Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109 Eps. 109. Gaya
110 Eps. 110. Cerita Kita
111 Eps. 111. Disayang-sayang
112 Eps. 112. Seberapa Sayang
113 Eps. 113. Rutinitas Baru
114 Eps. 114. Pemilik Kafe
115 Eps. 115. Milik Bersama
116 Eps. 116. Hamil
117 Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118 Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119 Eps. 119. Kekecewaan
120 Eps. 120. Resiko Terburuk
121 Eps. 121. Childfree
122 Eps. 122. Impian Terbesar
123 Eps. 123. Hak Istimewa
124 Eps. 124. Mirip
125 Eps. 125. Ezar Aja
126 Eps. 126. Pisah Sebulan
127 Eps. 127. Baper
128 Epa. 128. Ketemuan
129 Eps. 129. Suamiku
130 Eps. 130. Over React
131 Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132 Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133 Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134 Eps. 134. Balon dan Obsesi
135 Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136 Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137 Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138 Eps. 138. Ternyata
139 Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140 Eps. 140. Wisuda
141 Eps. 141. Berjalan Bersisian
142 Eps. 142. Reunian
143 Eps. 143. Membuat Jarak
144 Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145 Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146 Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147 147. Rehat Sejenak
148 Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149 Salam Hangat...
150 Ekstra Part 1
151 Judul Baru
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2
Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3
Eps. 3. Koko
4
Eps. 4. Katanya Anak
5
Eps. 5. Kesayangan Siapa
6
Eps. 6. Kok Lingling?
7
Eps. 7. Pilih Kasih
8
Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9
Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10
Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11
Eps. 11. Sebentar Lagi
12
Eps. 12. Gak Enak Hati
13
Eps. 13. Perasaanku Tulus
14
Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15
Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16
Eps. 16. Betah di Sini?
17
Eps. 17. Jalan Baru
18
Eps. 18. Saling Kangen
19
Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20
Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21
Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22
Eps. 22. Punya Pacar
23
Eps. 23. Tersenyumlah
24
Eps. 24. Apa yang Salah
25
Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26
Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27
Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28
Eps. 28. Ada Sesuatu
29
Eps. 29. Boros Airmata
30
Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31
Eps. 31. Gak Aware
32
Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33
Eps. 33. Koko Nyebelin
34
Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35
Eps. 35. Mengalah
36
Eps. 36. Terperosok
37
Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38
Eps. 38. Harus Selesaikan
39
Eps. 39. Kak Nuella
40
Eps. 40. Koko Kangen
41
Eps. 41. Terima Gaji
42
Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43
Eps. 43. Manisnya Rindu
44
Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45
Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46
Eps. 46. Ketemu Tetangga
47
Eps. 47. Cici Sayang
48
Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49
Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50
Eps. 50. Pejuang Cinta
51
Eps. 51. Berantem?
52
Eps. 52. Permintaan Kecil
53
Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54
Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55
Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56
Eps. 56. Sebelum Party
57
Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58
Eps. 58. Efek
59
Eps. 59. Cici
60
Eps. 60. Dan...
61
Eps. 61. Minta Tolong
62
Eps. 62. Damai Batin
63
Eps. 63. Pamit
64
Eps. 64. Baru Permulaan
65
Eps. 65. Hari Spesial
66
Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67
Eps. 67. Maaf
68
Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69
Eps. 69. Feeling
70
Eps. 70. Menginginkan Lebih
71
Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72
Eps. 72. Ada Waktunya
73
Eps. 73. Jadi?
74
Eps. 74. Permintaan Kacau
75
Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76
Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77
Eps. 77. My Baby
78
Eps. 78. Ternyata Mau?
79
Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80
Eps. 80. Koko yang Bingung
81
Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82
Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83
Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84
Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85
Eps. 85. Belum Menginginkan
86
Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87
Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88
Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89
Eps. 89. Masih Lama?
90
Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91
Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92
Eps. 92. Wajib Menghormati
93
Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94
Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95
Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96
Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97
Eps. 97. Manis
98
Eps. 98. Mama Sayang
99
Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100
Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101
Eps. 101. Fase yang Baru
102
Eps. 102. Opa dan Oma
103
Eps. 103. Salah Kamar
104
Eps. 104. Lebih dari Cinta
105
Eps. 105. The Holy Matrimony
106
Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107
Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108
Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109
Eps. 109. Gaya
110
Eps. 110. Cerita Kita
111
Eps. 111. Disayang-sayang
112
Eps. 112. Seberapa Sayang
113
Eps. 113. Rutinitas Baru
114
Eps. 114. Pemilik Kafe
115
Eps. 115. Milik Bersama
116
Eps. 116. Hamil
117
Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118
Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119
Eps. 119. Kekecewaan
120
Eps. 120. Resiko Terburuk
121
Eps. 121. Childfree
122
Eps. 122. Impian Terbesar
123
Eps. 123. Hak Istimewa
124
Eps. 124. Mirip
125
Eps. 125. Ezar Aja
126
Eps. 126. Pisah Sebulan
127
Eps. 127. Baper
128
Epa. 128. Ketemuan
129
Eps. 129. Suamiku
130
Eps. 130. Over React
131
Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132
Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133
Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134
Eps. 134. Balon dan Obsesi
135
Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136
Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137
Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138
Eps. 138. Ternyata
139
Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140
Eps. 140. Wisuda
141
Eps. 141. Berjalan Bersisian
142
Eps. 142. Reunian
143
Eps. 143. Membuat Jarak
144
Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145
Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146
Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147
147. Rehat Sejenak
148
Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149
Salam Hangat...
150
Ekstra Part 1
151
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!