Eps. 4. Katanya Anak

Seperti yang sudah diduga Holly, mama yang bertemperamen tinggi dan gampang sekali meledak menyambut Holly dengan semburan kata-kata umpatan, seperti langit yang menguntur, suara besar mama nyaris seperti teriakan saat Holly melintas di ruangan jahit mama. Tidak mungkin menghindari kemarahan mama.

"Bagus kamu ya, mulai berani sekarang, gak ngerti kesusahan orang tua, gak ngerti mama cape, main pergi aja. Anak tak tahu adab, kurang a*jar!!! Mau apa kamu ikutan Hanie, biar bisa santai, dasar anak perempuan malas! Mau cari laki-laki di sana?? Masih ingusan kebelet mau kawin kamu hahh?? Kecentilan!!!"

Tangan mama mendorong kepala Holly. Keseringan diperlakukan seperti ini, sudah biasa tapi tetap saja ada pedih di dada.

"Sana, pekerjaan di rumah gak ada yang beres, pergi gak ingat waktu, mau jadi perempuan lont*e kamu hahh???"

Tidak ada akses lain, pintu masuk rumah hanya satu. Seluruh halaman telah berisi bangunan. Aslinya rumah ini adalah bangunan berukuran 8x6 meter dengan 2 kamar, 1 ruang tamu dan 1 dapur sekaligus ruang makan. Papa yang notabene seorang tukang bangunan menambahkan beberapa kamar di beberapa sisi, memanfaatkan sisa halaman, ruangan akhirnya sambung menyambung menjadi satu karena kebutuhan anggota keluarga yang banyak. Sekarang rumah ini entah bentuknya seperti apa, dengan ventilasi seadanya. Bagian paling depan adalah ruangan jahit mama, tidak mungkin sembunyi dari mama.

"Ma, dia belajar di tempat kerjaku, mama kasar banget..."

Hanie meraih Holly sembunyi di belakang tubuh kekarnya karena melihat mama yang geregetan masih terlihat mau mendorong kepala Holly sekali lagi.

"Belajar belajar... alasan! Mau jadi profesor kabirator bocor!!!"

"Ma!"

Suara Hanie meninggi.

"Holly mau ujian ma, benar-benar belajar. Kenapa mama gak mau ngerti?"

"Justru dia yang harus mengerti, jangan terlalu tinggi berkhayal. Lulus SMA cukup, gak ada kuliah-kuliah, tinggal ujian terakhir gak perlu belajar itu, untuk apa juga!"

"Dia gak berkhayal ma, hargai usahanya untuk lebih maju. Orang tua macam apa yang gak mendukung usaha anaknya untuk berhasil. Mama doang orang tua yang seperti itu."

"Sombong kamu! Mau hakimin mama? Merasa hebat? Sok mau bilang orang tua kamu gak bener hahh? Jadi kurang aja*r setelah punya uang sendiri hahh?? Merasa bisa menilai mama sekarang??? Mentang-mentang kamu, merasa udah berhasil jadi mau seenaknya sama mama?? Kurang aj*ar kalian berdua!!"

"Ma, gak seperti itu maksud aku..."

"Apa?? Kenapa belain Holly! Dia ikutan kamu ngelawan mama. Dia gak boleh ikut kamu lagi. Denger Holly, gak boleh ikut Hanie lagi, mama besarkan dengan susah payah sekarang kelakuan kayak anji**!!"

"Astaga maaa, kenapa mama seperti itu sama Holly? Dia anak mama kan? Kenapa mama bedain dia? Denger aku, ma... kenapa mama tidak adil sama Holly? Ada anak mama yang lain, ada Hellen, ada Henny, kenapa mereka gak mama tuntut untuk kerja. Mama pernah mikir gak sih kalau anak mama ini jadi seperti pembantu di rumah ini? Pernah gak mikir itu ma? Anak yang mama bilang kurang aj*ar ini, Holly ma... Holly yang kerjain semua dan dia hanya minta beberapa hari untuk belajar karena ada UN... ya Tuhan... apa Holly anak pungut, ma? Bukan darah daging mama? Kenapa mama tega sama dia? Harusnya mama yang mendukung cita-citanya..."

Hanie mengeluarkan uneg-unegnya, dia tak tahan lagi dengan perlakuan mama yang terlalu miring pada Holly. Kata-kata yang dia ucapkan penuh emosi, sampai kedua tangannya dia kepal, rasa-rasanya ingin melampiaskan gelora dalam dada dengan memukul seseorang atau meninju dinding, mukanya memerah dengan rahang yang mengeras.

Sementara Holly di balik punggung Hanie di pipinya mulai menetes airmata, apa yang Hanie ucapkan adalah apa yang menjadi pertanyaan dan keluhannya yang tersembunyi dalam hatinya, yang sering membuat dia sedih, yang sering membuat air matanya menetes.

"Mama sadar gak... mama seperti ibu tiri yang jahat buat Holly, dia gak bisa ngomong ini ma, tapi aku tahu apa yang dia rasakan selama ini... "

Kalimat terakhir Hanie membuat pertahanan Holly ambruk, tangisan akhirnya pecah walaupun dengan suara tertahan, suara yang keluar begitu memilukan. Tak hanya Holly yang menangis, hati Hanie yang trenyuh karena Holly pun membuat pria itu ikut meneteskan air mata dan mama Lisbeth terdiam. Seolah baru terbangun pada kenyataan dengan sebuah tamparan berbentuk kata-kata dari anak lelakinya.

Mama temperamennya keras, dibesarkan di lingkungan yang keras, bahasa dan cara berucap pun tak pernah lembut selalu kasar dan tajam menyakitkan, kosakata yang mama punya pun selalu sinis. Suaranya yang besar menjadikan profil keras mama semakin kuat.

Holly sejak kecil begitu penurut, suka sekali mengulurkan tangan membantu dirinya, minta diajarin masak, ikut mencuci baju dengan tangan kecilnya setiap kali mama Lisbeth mencuci. Menyapu, menggosok dan beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya. Mama kemudian terbiasa apa-apa minta Holly yang mengerjakan, karena lebih mudah meminta Holly dari pada anak perempuannya yang lain. Kemudian berubah menjadi suatu keharusan bagi Holly, dan anak-anak mama yang lain pun ikut memanfaatkan Holly. Tanpa sadar semua orang di rumah ini bergantung pada Holly dan merampas banyak waktu dan hak Holly. Si bungsu yang suka mengalah menjadi upik abu di rumah sendiri.

"Ayo... ke kamarku aja..."

Hanie mendorong lembut tubuh Holly yang masih bergetar karena tangisannya belum berhenti. Ini puncak kesedihannya, setelah sekian lama hanya menangis dalam diam, menyimpan tangisannya, kini semua seperti terbuka tanpa penghalang di depan mama dan Hanie.

Dalam kehidupan semua pasti pernah merasakan disakiti, sakit hati... ada saja orang yang menyebalkan dan tidak mau mengerti, memanfaatkan, mengintimidasi, menyinggung dengan kata-kata dan perbuatan, menuduh, bertindak semena-mena. Sakit hati itu, sakit yang teramat sakit, terlebih jika penyebabnya adalah orang yang dekat.

Holly ingin berhenti menangis tapi tak bisa, rasa sakit yang tertoreh sejak lama begitu mendalam sekarang, dan baru sekarang dia bisa menangisinya dengan tangis yang sebenarnya. Bukan lagi tetesan airmata yang dengan cepat dihapusnya, tangisannya seperti bendungan yang meluap membuat pintu air jebol. Hanie membiarkan Holly meringkuk di tempat tidurnya.

Kamar Hanie kamar yang ternyaman di rumah ini. Ruangan seluas 3x4m menempel di bagian samping rumah utama, Hanie membayar papa untuk membuat ruangan ini. Bahan bangunan tentu tak susah, Ci Cun yang tahu menyuruh Hanie mengambil apa saja yang diperlukan dari toko. Tapi Hanie cukup tahu diri mengambil bahan bangunan umumnya bahan contoh dari distributor atau bahan yang sudah tak laku dijual karena stok lama. Dia juga membuat wc/km tambahan di samping kamarnya. Penghuni rumah yang banyak tak cukup hanya dengan satu km/wc di bagian belakang.

"Mana Holly, dia di dalam kan?"

Herlina mau menerobos pintu kamar, Hanie tepat berada di depan pintu.

"Mau apa?"

Hanie dengan cepat menutup pintu di belakang tubuhnya yang tinggi.

"Anak-anak belum mandi, ke mana aja dia sih, udah sesore ini anak-anak gak diurusin..."

Herlina baru sampai, masih dengan seragam kerjanya.

"Udah ada kamu, kenapa bukan kamu yang mandiin... kenapa semua harus Holly?"

Emosi Hanie yang belum reda sepenuhnya naik lagi, suaranya begitu tajam, kakak yang satu ini lagi, perlu ditatar biar tidak terlalu tergantung pada Holly.

"Itu tugas dia kan, aku cape kerja seharian, masa pulang rumah harus urus mereka lagi? Mana Holly?"

"Anak-anakku juga belum pada mandi, di dapur gak ada makanan juga, apa sih kerjaan dia hari ini?"

Helny yang baru dari dapur ikut menimpali saat berada di dekat dua adiknya. Dia juga baru pulang kerja sebagai tenaga administrasi di sebuah perguruan tinggi swasta. Tambah naik emosi Hanie.

"Emang dia baby sitter kalian berdua? Apa kalian bayar dia untuk itu? Bagus banget kalian, pulang tinggal makan, anak-anak ada yang urusin... pernah gak kalian beli sesuatu, ngasih apa kek, beliin bedak buat Holly selama ini? Ngasih baju aja bekasan kalian, udah gak kalian pake baru dikasih ke Holly..."

"Hei... kenapa kamu yang sewot, aneh deh...!"

"Otak kalian yang aneh, gak bener, adik sendiri diperlakukan kayak pembantu. Mana ada perhatian kalian buat dia...?

"Dia gak pernah minta, dia gak mengeluh, kenapa kamu yang marah-marah?"

Herlina masih mendebat Hanie, sementara Helny langsung ngacir.

"Aku udah gak bisa diam sekarang, cukup ya kalian seenaknya suruh-suruh Holly. Anak-anak kalian urusin sendiri, jadi mama gak becus banget..."

"Heiii... apaan kamu Han? Holly aja gak nolak, cuma urusan kecil juga masa gak bisa minta tolong..."

"Urusan kecil katamu? Mandiin anak lima, suapin anak lima yang gak bisa makan dengan bener yang gak bisa diatur, buatin PR apalagi coba, banyak banget yang Holly lakukan sendiri, ingat... hanya sendiri! Dengan dua tangannya yang kecil. Kalau itu urusan kecil lakukan sendiri. Ingat ya kalian berdua, aku gak ijinin lagi kalian nyuruh-nyuruh Holly!"

"Siapa sih kamu kakak doang, aneh gitu atur-atur hidup Holly, mama aja gak kayak gitu... Minggir ahh... Holly... Holly..."

Herlina mencoba masuk, tapi Hanie gak bergeser dari depan pintu.

"Karena aku kakak jadi aku punya hak juga ngatur hidup dia, dari pada kalian kakak yang gak punya perasaan hanya pintar memanfaatkan tenaga adik sendiri, mental biadab itu namanya."

"Hiiih... sombong banget. Udah merasa jadi boss, jangan karena laki-laki ya sok-sok ngatur rumah ini... Baru juga pelayan toko mental udah kayak yang punya toko."

"Masih mending aku laki-laki pelayan toko, punya penghasilan, dari pada laki-laki parlente keluar rumah tampang udah kayak boss tapi pengangguran, kasihan banget jadi istri banting tulang punya suami cuman diam di kamar..."

"Hanie! Bangsa t kamu ya!!!!"

Hanie membuka pintu kamarnya dang langsung menghilang di sana. Di rumah ini kenapa orang-orang suka sekali memaki dan berkata kasar.

.

.

.

Aduuuh... lebih gampang nulis yang manis-manis dari pada yang kayak gini 🙄🙄

Tapi aku pengen coba sesuatu yang lain...

Semoga bisa dinikmati, maafkan ada kata-kata yang kurang berkenan... 🤦

.

🦋

Terpopuler

Comments

Uci Suhartinah

Uci Suhartinah

makin asyik cerita nya.

2022-11-15

0

Putri Minwa

Putri Minwa

siip, cerita yang menarik thor

2022-11-10

0

Putri Minwa

Putri Minwa

lanjut, jangan lupa tetap semangat ya

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2 Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3 Eps. 3. Koko
4 Eps. 4. Katanya Anak
5 Eps. 5. Kesayangan Siapa
6 Eps. 6. Kok Lingling?
7 Eps. 7. Pilih Kasih
8 Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9 Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10 Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11 Eps. 11. Sebentar Lagi
12 Eps. 12. Gak Enak Hati
13 Eps. 13. Perasaanku Tulus
14 Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15 Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16 Eps. 16. Betah di Sini?
17 Eps. 17. Jalan Baru
18 Eps. 18. Saling Kangen
19 Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20 Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21 Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22 Eps. 22. Punya Pacar
23 Eps. 23. Tersenyumlah
24 Eps. 24. Apa yang Salah
25 Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26 Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27 Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28 Eps. 28. Ada Sesuatu
29 Eps. 29. Boros Airmata
30 Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31 Eps. 31. Gak Aware
32 Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33 Eps. 33. Koko Nyebelin
34 Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35 Eps. 35. Mengalah
36 Eps. 36. Terperosok
37 Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38 Eps. 38. Harus Selesaikan
39 Eps. 39. Kak Nuella
40 Eps. 40. Koko Kangen
41 Eps. 41. Terima Gaji
42 Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43 Eps. 43. Manisnya Rindu
44 Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45 Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46 Eps. 46. Ketemu Tetangga
47 Eps. 47. Cici Sayang
48 Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49 Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50 Eps. 50. Pejuang Cinta
51 Eps. 51. Berantem?
52 Eps. 52. Permintaan Kecil
53 Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54 Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55 Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56 Eps. 56. Sebelum Party
57 Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58 Eps. 58. Efek
59 Eps. 59. Cici
60 Eps. 60. Dan...
61 Eps. 61. Minta Tolong
62 Eps. 62. Damai Batin
63 Eps. 63. Pamit
64 Eps. 64. Baru Permulaan
65 Eps. 65. Hari Spesial
66 Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67 Eps. 67. Maaf
68 Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69 Eps. 69. Feeling
70 Eps. 70. Menginginkan Lebih
71 Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72 Eps. 72. Ada Waktunya
73 Eps. 73. Jadi?
74 Eps. 74. Permintaan Kacau
75 Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76 Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77 Eps. 77. My Baby
78 Eps. 78. Ternyata Mau?
79 Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80 Eps. 80. Koko yang Bingung
81 Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82 Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83 Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84 Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85 Eps. 85. Belum Menginginkan
86 Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87 Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88 Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89 Eps. 89. Masih Lama?
90 Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91 Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92 Eps. 92. Wajib Menghormati
93 Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94 Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95 Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96 Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97 Eps. 97. Manis
98 Eps. 98. Mama Sayang
99 Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100 Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101 Eps. 101. Fase yang Baru
102 Eps. 102. Opa dan Oma
103 Eps. 103. Salah Kamar
104 Eps. 104. Lebih dari Cinta
105 Eps. 105. The Holy Matrimony
106 Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107 Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108 Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109 Eps. 109. Gaya
110 Eps. 110. Cerita Kita
111 Eps. 111. Disayang-sayang
112 Eps. 112. Seberapa Sayang
113 Eps. 113. Rutinitas Baru
114 Eps. 114. Pemilik Kafe
115 Eps. 115. Milik Bersama
116 Eps. 116. Hamil
117 Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118 Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119 Eps. 119. Kekecewaan
120 Eps. 120. Resiko Terburuk
121 Eps. 121. Childfree
122 Eps. 122. Impian Terbesar
123 Eps. 123. Hak Istimewa
124 Eps. 124. Mirip
125 Eps. 125. Ezar Aja
126 Eps. 126. Pisah Sebulan
127 Eps. 127. Baper
128 Epa. 128. Ketemuan
129 Eps. 129. Suamiku
130 Eps. 130. Over React
131 Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132 Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133 Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134 Eps. 134. Balon dan Obsesi
135 Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136 Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137 Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138 Eps. 138. Ternyata
139 Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140 Eps. 140. Wisuda
141 Eps. 141. Berjalan Bersisian
142 Eps. 142. Reunian
143 Eps. 143. Membuat Jarak
144 Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145 Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146 Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147 147. Rehat Sejenak
148 Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149 Salam Hangat...
150 Ekstra Part 1
151 Judul Baru
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2
Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3
Eps. 3. Koko
4
Eps. 4. Katanya Anak
5
Eps. 5. Kesayangan Siapa
6
Eps. 6. Kok Lingling?
7
Eps. 7. Pilih Kasih
8
Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9
Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10
Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11
Eps. 11. Sebentar Lagi
12
Eps. 12. Gak Enak Hati
13
Eps. 13. Perasaanku Tulus
14
Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15
Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16
Eps. 16. Betah di Sini?
17
Eps. 17. Jalan Baru
18
Eps. 18. Saling Kangen
19
Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20
Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21
Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22
Eps. 22. Punya Pacar
23
Eps. 23. Tersenyumlah
24
Eps. 24. Apa yang Salah
25
Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26
Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27
Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28
Eps. 28. Ada Sesuatu
29
Eps. 29. Boros Airmata
30
Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31
Eps. 31. Gak Aware
32
Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33
Eps. 33. Koko Nyebelin
34
Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35
Eps. 35. Mengalah
36
Eps. 36. Terperosok
37
Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38
Eps. 38. Harus Selesaikan
39
Eps. 39. Kak Nuella
40
Eps. 40. Koko Kangen
41
Eps. 41. Terima Gaji
42
Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43
Eps. 43. Manisnya Rindu
44
Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45
Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46
Eps. 46. Ketemu Tetangga
47
Eps. 47. Cici Sayang
48
Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49
Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50
Eps. 50. Pejuang Cinta
51
Eps. 51. Berantem?
52
Eps. 52. Permintaan Kecil
53
Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54
Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55
Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56
Eps. 56. Sebelum Party
57
Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58
Eps. 58. Efek
59
Eps. 59. Cici
60
Eps. 60. Dan...
61
Eps. 61. Minta Tolong
62
Eps. 62. Damai Batin
63
Eps. 63. Pamit
64
Eps. 64. Baru Permulaan
65
Eps. 65. Hari Spesial
66
Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67
Eps. 67. Maaf
68
Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69
Eps. 69. Feeling
70
Eps. 70. Menginginkan Lebih
71
Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72
Eps. 72. Ada Waktunya
73
Eps. 73. Jadi?
74
Eps. 74. Permintaan Kacau
75
Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76
Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77
Eps. 77. My Baby
78
Eps. 78. Ternyata Mau?
79
Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80
Eps. 80. Koko yang Bingung
81
Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82
Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83
Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84
Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85
Eps. 85. Belum Menginginkan
86
Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87
Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88
Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89
Eps. 89. Masih Lama?
90
Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91
Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92
Eps. 92. Wajib Menghormati
93
Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94
Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95
Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96
Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97
Eps. 97. Manis
98
Eps. 98. Mama Sayang
99
Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100
Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101
Eps. 101. Fase yang Baru
102
Eps. 102. Opa dan Oma
103
Eps. 103. Salah Kamar
104
Eps. 104. Lebih dari Cinta
105
Eps. 105. The Holy Matrimony
106
Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107
Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108
Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109
Eps. 109. Gaya
110
Eps. 110. Cerita Kita
111
Eps. 111. Disayang-sayang
112
Eps. 112. Seberapa Sayang
113
Eps. 113. Rutinitas Baru
114
Eps. 114. Pemilik Kafe
115
Eps. 115. Milik Bersama
116
Eps. 116. Hamil
117
Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118
Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119
Eps. 119. Kekecewaan
120
Eps. 120. Resiko Terburuk
121
Eps. 121. Childfree
122
Eps. 122. Impian Terbesar
123
Eps. 123. Hak Istimewa
124
Eps. 124. Mirip
125
Eps. 125. Ezar Aja
126
Eps. 126. Pisah Sebulan
127
Eps. 127. Baper
128
Epa. 128. Ketemuan
129
Eps. 129. Suamiku
130
Eps. 130. Over React
131
Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132
Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133
Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134
Eps. 134. Balon dan Obsesi
135
Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136
Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137
Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138
Eps. 138. Ternyata
139
Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140
Eps. 140. Wisuda
141
Eps. 141. Berjalan Bersisian
142
Eps. 142. Reunian
143
Eps. 143. Membuat Jarak
144
Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145
Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146
Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147
147. Rehat Sejenak
148
Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149
Salam Hangat...
150
Ekstra Part 1
151
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!