Eps. 5. Kesayangan Siapa

Hanya ada sedikit perubahan, suara keras mama tidak terdengar lagi memerintah Holly mengerjakan ini-itu, itu saja. Selebihnya masih sama, Holly tetap saja menjadi andalan orang-orang di rumah ini. Pagi, Holly masih siapin sarapan untuk semua, memasak nasi sekalian lauk dan sayur untuk makan siang baru dia mandi dan berangkat sekolah. Ke sekolah dia hanya jalan kaki, untungnya jarak tidak terlalu jauh sekitar lima ratus meter saja.

Rutinitas harian yang tidak berat lagi buat Holly karena sudah dia lakoni bahkan sejak SMP: pulang dari sekolah, dia cuci piring, kemudian cuci baju kotor sebagian anggota keluarga. Helny dan Herlina punya tukang cuci sendiri. Belum lagi kalau mama punya kebutuhan apa untuk jahitan, beli benang lah, beli ritsleting, beli kain furing, dan macem-macem yang lain, semua Holly, si gadis kurus dan tidak tinggi, postur yang ringkih sebenarnya entah dengan kekuatan apa dia bisa mengerjakan semua hal.

Sudah seminggu selesai ujian, Holly sekarang tidak ke mana-mana. Sejak peristiwa Hanie protes, sejak itu pula mama mendiamkan Holly. Holly kadang mencoba bicara, tapi wajah keras mama membuat bibirnya kelu. Tapi ada sesuatu yang ingin dia katakan. Maka Holly mencoba lagi...

"Ma..."

Holly berdiri di ambang pintu ruang jahit.

Mama diam saja, tak ada reaksi. Apa yang ada di hati mama, Holly tidak mengerti. Karena mama masih bersikap tak acuh Holly meninggalkan ruangan mama. Ada papa Rudolf yang pulang ke rumah setelah sepuluh hari mengerjakan renovasi rumah seorang kerabat. Mungkin bicara pada papa saja...

"Pa..."

Holly mendekati papa dengan sedikit takut. Suara lemah dan ragu hampir tak terdengar karena volume suara TV yang besar, papa lagi menonton.

"Papa..."

Holly mengguncang pelan lengan papa. Papa yang merasa terganggu menoleh dengan mimik ketus.

"Aku udah selesai ujian, pa..."

"Terus? Papa udah kasih tahu gak ada lanjut kuliah ya, jangan merengek, sadar diri, kita orang gak mampu!"

"Aku kalau kuliah ada Bidikmisi, gak keluar biaya pembangunan atau pendaftaran... lagian masih proses, belum ada pengumuman..."

"Tetap saja kuliah itu butuh biaya, beli buku itu pakai uang. Gak ada uang untuk itu. Belum ongkos kamu ke kampus, angkot dua kali dari sini, pp berarti setiap hari empat kali dikali Rp. 4000, Rp. 16.000, sebulan berapa hanya buat ongkos??"

"Bentar aku hitung pa..."

Si Hellen nimbrung duduk di samping papa dan langsung menghitung di ponselnya.

"Rp. 384.000, pa... wah... bisa beli beras sekarung itu... cuman buat ongkos Holly doang, belum jajannya. Udah... terima aja gak kuliah, jangan ketinggian cita-citanya, aku aja gak tamat SMA gak masalah. Buat masa depan gampang, cari suami yang punya duit banyak..."

Holly membuang napas sedih, tak ada yang mendukung keinginannya di sini. Bahkan papa mama sudah sering mematahkan hatinya dengan perkataan tak akan membiayai. Hanya Hanie yang mengerti dirinya.

Papa dan mama sama saja, bukan orang tua yang concern dengan pendidikan anak. Anak-anak tidak pernah didorong untuk sekolah dengan benar, kalau kalian suka sekolah silakan, gak sekolah bodoh amat, kasarnya seperti itu. Makanya si Hofny gak lulus SMP, Hellen berhenti di kelas 11 SMA, gak naik kelas sih, makanya malu untuk lanjut. Rapor anak gak pernah diambil, diundang rapat orang tua gak pernah hadir. Dan yang parah, selalu menunda pembayaran partisipasi pendidikan atau kewajiban anak untuk sekolah. Akhirnya di sekolah ada guru-guru sudah hapal kelakuan mereka karena ada beberapa anak yang sekolah di sekolah yang sama, pak Rudolf dan ibu Lisbeth paling susah untuk ditagih apa-apa dengan alasan tidak mampu.

"Pa... maksud aku, minggu lalu selesai ujian aku dipanggil guru Wali Kelas aku, ijazah aku nanti gak akan dikasih sebelum memberikan partisipasi untuk acara kelulusan. Semua anak udah ngasih tinggal aku doang yang belum..."

"Nanti aja... jangan ganggu, papa lagi nonton."

Komunikasi gak mungkin berlanjut, papa bahkan tidak melirik Holly, mata fokus ke layar TV. Sepulang kerja, papa beli TV baru, menggati TV lama yang rusak. Di rumah ada TV tapi di kamar Helny dan Herlina. Papa memang sudah niatkan membeli barang elektronik itu, makanya papa terima pekerjaan renovasi yang ditawarkan. Seperti itu kelakuan papa sebenarnya, jika ada sesuatu yang dia inginkan maka dia akan bekerja, tapi jika tidak papa sering menolak pekerjaan dengan alasan sakit darah tinggi, gak boleh terlalu lama di bawah terik matahari, sementara pekerjaan papa katanya bereziko, takut tiba-tiba jatuh dari atap 🤨

"Pa... aku pijitin ya... papa cape kan?"

"Pasti ada maunya kamu..."

"Kok papa tahu..."

"Memang pernah kamu pijitin papa tanpa imbalan?"

"Hehehe... minta uang buat beli kuota, Rp. 68.000 aja, murah kok..."

Holly segera menyingkir mendengar percakapan itu, pasti dikasih sama papa kalau Hellen yang minta, dia anak kesayangan papa. Sementara Henny anak kesayangan mama, apapun yang dia minta, termasuk ngekos dengan alasan rumah gak tenang, mama biarkan. Lalu Holly kesayangan siapa?

¤¤¤

"Han... aku ikut kamu ke toko ya?"

Hanie memandang wajah Holly dengan heran.

"Gak sekolah kamu?"

"Kan tinggal nunggu pengumuman..."

"Oh iya... tapi gak takut dimarahin mama?"

"Takut sih... tapi... aku butuh uang buat bayar partisipasi kelulusan. Tahu sendiri susah minta uang ke mama atau papa..."

Hanie tersenyum masam, orang tuanya gak kenal skala prioritas kebutuhan.

"Berapa?"

"Mmm... kamu udah sering ngasih uang buat aku..."

"Memang siapa lagi yang mau gasih kamu uang di rumah ini? Yang ada ngasih kamu beban..."

"Maksud aku... aku boleh kerja di toko? Aku pengen kayak kamu, bisa megang uang sendiri..."

"Udah gak niat kuliah?"

"Masih kok... meskipun mama dan papa gak mau biayain... makanya aku pengen kerja, cari uang sendiri buat nanti mau ikut SBMPTN kan perlu uang buat ngurus itu..."

"Katanya ada Bidikmisi?"

"Iya, aku udah daftar lewat sekolah, nunggu juga lolos gak lewat jalur undangan SBMPTN, kalau gak lolos aku ikut seleksi masuk Tumou Tou. Kata temen aku, kalau lolos seleksi, Bidikmisinya belum langsung keluar, kita harus biaya sendiri dulu di awal. Makanya aku harus cari uang, beli kebutuhan kuliah pakai uang juga kan..."

"Kalau gak lolos dua-duanya gimana?"

"Kalau gak lolos tahun ini aku mau kerja setahun, nabung dulu, terus tahun depan mau daftar universitas negri aja, kuliah di swasta mahal. Nah lebih gampang buat aku, udah ada tabungannya..."

Hanie mengacak rambut adiknya, dia terharu dengan tekad adiknya yang tidak berubah meskipun tak ada dukungan orang tua.

"Oke... siap-siap kalau gitu... tapi udah selesai masak? Entar mama teriak-teriak lagi..."

"Udah... tapi kamu yang ngomong ke mama ya, aku mau kerja, sejak waktu itu... mama gak pernah mau ngomong sama aku, Han..."

Butiran kristal muncul di ujung mata yang mendadak perih, seperti hatinya.

"Ya udah... mungkin mama malu atau merasa bersalah sama kamu, baru sadar bahwa kamu juga statusnya anak..."

"Aku memang anak sih Han, muka aku mirip banget sama Lina dan Hellen, tapi aku anak yang gak diharapkan lahir tapi terlanjur dibuat, kata Helny aku itu korban mama dan papa kedinginan, hehehe..."

Holly tertawa sumbang, sebuah tawa dalam sedih.

"Bisa aja kamu, memang kamu tahu apa itu korban kedinginan... udah, nanti aku yang ngomong ke mama, biar dia ijinin kamu kerja... Mandi sana, keramas juga, rambut kamu udah berminyak..."

"Minta shampoo..."

.

Di depan toko bangunan terbesar di ruas jalan raya ini, Hanie dan Holly sedang menunggu dua orang karyawan toko membuka pintu toko dari besi besar dan berat. Saat mereka tiba aktivitas langsung di mulai. Pintu pagar dibuka seluruhnya. Contoh seng, keramik dan bahan bangunan lainnya mulai ditata rapi di selasar tokoh untuk pajangan. Terpal penutup bahan bangunan yang besar seperti tangki air dan berbagai ukuran besi yang terletak di sebuah sisi halaman toko, diangkat dan dilipat oleh dua orang. Terlihat sekali bahwa Hanie bossnya di sini, dia hanya memerintah ini-itu dengan kedua tangannya di pinggang.

"Mama bilang apa tadi, Han?"

Holly bertanya di samping Hanie.

"Mama gak ngomong apa-apa. Tapi dari mimik mukanya aku tahu mama ijinin kok kamu kerja...Tenang aja ya... tapi aku belum bisa nerima kamu jadi karyawan, loh... itu wewenang Ci Cun. Kamu hanya bantuin aku, tapi jangan khawatir, aku bisa bayar kamu, hahaha..."

Holly memukul lengan kakaknya.

Sore-sore seseorang muncul di toko dengan mobil sedan hitam miliknya. Toko mulai sepi pengunjung dan sedikit waktu lagi toko tutup. Hanie sedang duduk santai di kursi depan meja miliknya, memainkan sebuah games di ponsel. Sesekali matanya menatap layar monitor CCTV di sampingnya.

"Han..."

Tenry duduk di meja besar dengan santainya.

"Ten... dari mana mau ke mana?"

"Dari Marina, mau ke sini lah... udah di sini kan..."

"Gimana progress di Marina?"

"Lancar sih... dua minggu lagi mau training karyawan..."

"Kalau butuh bantuan bilang aja..."

"Hahaha... kayak kamu punya waktu aja..."

"Eh... udah rekrut karyawan ya?"

"Udah sih... kamu tahu Ci Cun kan... gerak cepat dia..."

"Ya aku akuin mamamu, gesit banget, pekerja keras, gil a... subuh udah bangun, ke sana kemari kontrol semua toko, belum kerjaan yang lain, dia bisa punya stamina buat kerja sampai larut malam... gak ada matinya..."

"Hahaha... makanya usahanya bisa jadi besar dan banyak..."

"Dan banyak keuntungannya... kamu yang nikmatin kan hasil kerja mamamu..."

"Iyalah, bodoh kalau gak... tapi tau gak, aku tuh takut sebenarnya gak bisa nerusin usaha segigih mereka..."

"Masa sih... udah kamu mulai sejak dulu kan, sejak kecil udah diajarin bisnis, masa gak percaya diri?"

"Ya... manusiawi lah kalau aku takut... eh... ada si Lingling di sini?"

Perhatian Tenry teralihkan dengan sosok Holly yang mendekati mereka membawa sebuah bahan yang dicari seorang pelanggan. Holly hanya mengerling sesaat pada Tenry, tak nyaman untuk memandang langsung atau pun menyapa.

"Han, ini berapa?"

Holly meletakkan sebuah glass block di meja.

"Rp. 28.500."

"Gak kurang lagi Ko Han? Kita langganan di sini loh..."

Ibu yang mau beli datang menawar.

"Bu, udah pas harganya, kita juga paling murah, boleh cek di toko lain..."

"Mau ambil banyak kok, dikurangi lagi ya..."

"Ya udah, Rp. 28.000, segitu aja bisa saya kasih..."

"Cewek, saya ambil 5 block ya..."

Si ibu langsung ngomong kebutuhannya pada Holly. Setelah seharian bekerja, sekarang Holly mulai cekatan. Dia mengambil permintaan si ibu.

"Han, 5 itu banyak ya?"

Tenry tertawa pelan. Tapi mata memperhatikan Holly.

"Banyak versi kamu emang berapa sih..."

"Hahaha... paling tidak sepuluh gitu..."

Tenry mengambilkan sebuah dus dan membantu Holly mengepak glass block, sementara Hanie menerima pembayaran. Holly risih dibantuin si Koko dan masih tidak berani beradu pandang, sedikit menjauh saat dus diikat pakai tali plastik, dan hanya menyodorkan gunting dengan mata di dus glass block. Sementara Koko yang baik hati itu tersenyum melihat Holly yang berdiri canggung di sebelahnya. Holly kembali ke tempat dia suka duduk di balik sebuah lemari display.

"Han, Lingling belajar lagi di sini?"

"Gak, udah selesai ujian, udah libur. Dia pengen belajar kerja jadi aku bawa ke sini, bantu-bantu kita aja, dari pada di rumah dia di..."

Hanie tak meneruskan kalimatnya. Tenry menangkap sesuatu dalam perubahan suara Hanie, serta sebuah kilatan emosi yang tergambar beberapa detik.

"Jangan suruh dia ngangkat yang berat-berat Han, kasihan badannya kecil gitu... Aku penasaran deh, kalian semua kakak-kakak si Lingling pada tinggi-tinggi, kok dia doang yang mini gitu..."

"Gak tahu, mungkin karena dia dipaksa melakukan banyak pekerjaan orang dewasa di masa pertumbuhannya..."

Hanie menjawab dengan nada rendah, dia memperhatikan postur tubuh adiknya, bener kata Tenry, keempat saudara perempuan rata-rata bertubuh tinggi, Holly yang kecil sendiri di keluarganya.

"Maksud kamu?"

"Ya gitu... yang aku tahu sejak SMP dia udah masak, nyuci, ngurus 5 ponakan juga. Semua pekerjaan di rumah deh... Bagus juga dia bisa kerjain kerjaan ibu rumah tangga tapi kadang aku rasa udah keterlaluan buat dia, tapi dia gak pernah protes, tetap rajin di rumah, dan sialnya semua orang rumah suka banget manfaatin dia. Itu anak terlalu penurut sih... makanya aku senang dia punya niat kerja, setidaknya dia terbebas dari beban yang belum seharusnya dia pikul..."

Tenry memandang Holly dari tempat dia duduk.

"Han... siap-siap tutup aja, udah jamnya juga, kita makan di luar ya, ajak si Lingling..."

Hanie hanya mengangguk lalu memerintahkan beberapa karyawan untuk mulai berbenah, toch udah sepi pengunjung. Ponsel Tenry berbunyi, saat melihat nama kontak yang memanggil, Tenry hanya mengecilkan volume tanpa menjawab panggilan. Hanie yang sedang membereskan nota pink mengamati Tenry dan merasa aneh Tenry membiarkan panggilan dari Glo.

.

.

🦋

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

selamat berkarya

2022-11-10

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

mm.. mode curiga nih abang Hannie..

2022-04-07

3

Bunda Titin

Bunda Titin

kasian holly......😔😭

2022-01-25

2

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2 Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3 Eps. 3. Koko
4 Eps. 4. Katanya Anak
5 Eps. 5. Kesayangan Siapa
6 Eps. 6. Kok Lingling?
7 Eps. 7. Pilih Kasih
8 Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9 Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10 Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11 Eps. 11. Sebentar Lagi
12 Eps. 12. Gak Enak Hati
13 Eps. 13. Perasaanku Tulus
14 Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15 Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16 Eps. 16. Betah di Sini?
17 Eps. 17. Jalan Baru
18 Eps. 18. Saling Kangen
19 Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20 Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21 Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22 Eps. 22. Punya Pacar
23 Eps. 23. Tersenyumlah
24 Eps. 24. Apa yang Salah
25 Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26 Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27 Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28 Eps. 28. Ada Sesuatu
29 Eps. 29. Boros Airmata
30 Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31 Eps. 31. Gak Aware
32 Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33 Eps. 33. Koko Nyebelin
34 Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35 Eps. 35. Mengalah
36 Eps. 36. Terperosok
37 Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38 Eps. 38. Harus Selesaikan
39 Eps. 39. Kak Nuella
40 Eps. 40. Koko Kangen
41 Eps. 41. Terima Gaji
42 Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43 Eps. 43. Manisnya Rindu
44 Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45 Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46 Eps. 46. Ketemu Tetangga
47 Eps. 47. Cici Sayang
48 Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49 Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50 Eps. 50. Pejuang Cinta
51 Eps. 51. Berantem?
52 Eps. 52. Permintaan Kecil
53 Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54 Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55 Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56 Eps. 56. Sebelum Party
57 Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58 Eps. 58. Efek
59 Eps. 59. Cici
60 Eps. 60. Dan...
61 Eps. 61. Minta Tolong
62 Eps. 62. Damai Batin
63 Eps. 63. Pamit
64 Eps. 64. Baru Permulaan
65 Eps. 65. Hari Spesial
66 Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67 Eps. 67. Maaf
68 Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69 Eps. 69. Feeling
70 Eps. 70. Menginginkan Lebih
71 Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72 Eps. 72. Ada Waktunya
73 Eps. 73. Jadi?
74 Eps. 74. Permintaan Kacau
75 Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76 Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77 Eps. 77. My Baby
78 Eps. 78. Ternyata Mau?
79 Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80 Eps. 80. Koko yang Bingung
81 Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82 Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83 Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84 Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85 Eps. 85. Belum Menginginkan
86 Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87 Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88 Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89 Eps. 89. Masih Lama?
90 Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91 Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92 Eps. 92. Wajib Menghormati
93 Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94 Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95 Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96 Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97 Eps. 97. Manis
98 Eps. 98. Mama Sayang
99 Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100 Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101 Eps. 101. Fase yang Baru
102 Eps. 102. Opa dan Oma
103 Eps. 103. Salah Kamar
104 Eps. 104. Lebih dari Cinta
105 Eps. 105. The Holy Matrimony
106 Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107 Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108 Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109 Eps. 109. Gaya
110 Eps. 110. Cerita Kita
111 Eps. 111. Disayang-sayang
112 Eps. 112. Seberapa Sayang
113 Eps. 113. Rutinitas Baru
114 Eps. 114. Pemilik Kafe
115 Eps. 115. Milik Bersama
116 Eps. 116. Hamil
117 Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118 Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119 Eps. 119. Kekecewaan
120 Eps. 120. Resiko Terburuk
121 Eps. 121. Childfree
122 Eps. 122. Impian Terbesar
123 Eps. 123. Hak Istimewa
124 Eps. 124. Mirip
125 Eps. 125. Ezar Aja
126 Eps. 126. Pisah Sebulan
127 Eps. 127. Baper
128 Epa. 128. Ketemuan
129 Eps. 129. Suamiku
130 Eps. 130. Over React
131 Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132 Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133 Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134 Eps. 134. Balon dan Obsesi
135 Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136 Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137 Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138 Eps. 138. Ternyata
139 Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140 Eps. 140. Wisuda
141 Eps. 141. Berjalan Bersisian
142 Eps. 142. Reunian
143 Eps. 143. Membuat Jarak
144 Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145 Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146 Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147 147. Rehat Sejenak
148 Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149 Salam Hangat...
150 Ekstra Part 1
151 Judul Baru
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Eps. 1 Anak Ke-tujuh
2
Eps. 2. Closet Ungu atau Tosca
3
Eps. 3. Koko
4
Eps. 4. Katanya Anak
5
Eps. 5. Kesayangan Siapa
6
Eps. 6. Kok Lingling?
7
Eps. 7. Pilih Kasih
8
Eps. 8. Kalau Koko Pengen
9
Eps. 9. Pemaksaan yang Keren
10
Eps. 10. Bukan untuk Dirinya
11
Eps. 11. Sebentar Lagi
12
Eps. 12. Gak Enak Hati
13
Eps. 13. Perasaanku Tulus
14
Eps. 14. Boleh Memikirkan Diri Sendiri
15
Eps. 15. Mama dan Anak Lelakinya
16
Eps. 16. Betah di Sini?
17
Eps. 17. Jalan Baru
18
Eps. 18. Saling Kangen
19
Eps. 19. Mau Bilang Makasih
20
Eps. 20. Cinta Dimulai dengan Ini...
21
Eps. 21. Seperti Anak Sendiri
22
Eps. 22. Punya Pacar
23
Eps. 23. Tersenyumlah
24
Eps. 24. Apa yang Salah
25
Eps. 25. Gak Usah Terganggu
26
Eps. 26. Gak Menolak Keinginan
27
Eps. 27. Benalu atau Parasit?
28
Eps. 28. Ada Sesuatu
29
Eps. 29. Boros Airmata
30
Eps. 30. Bucin Itu Koko Muncul Pagi-pagi Lagi
31
Eps. 31. Gak Aware
32
Eps. 32. Balas Dendam yang Manis?
33
Eps. 33. Koko Nyebelin
34
Eps. 34. Melengkapi Jiwa
35
Eps. 35. Mengalah
36
Eps. 36. Terperosok
37
Eps. 37. Harus Ada yg Membuat Keputusan
38
Eps. 38. Harus Selesaikan
39
Eps. 39. Kak Nuella
40
Eps. 40. Koko Kangen
41
Eps. 41. Terima Gaji
42
Eps. 42. Disayang Kakak Sama Pacar
43
Eps. 43. Manisnya Rindu
44
Eps. 44. Ingin Memenuhi Semua
45
Eps. 45. Tak Ingin Kehilangan
46
Eps. 46. Ketemu Tetangga
47
Eps. 47. Cici Sayang
48
Eps. 48. Ada Cara untuk Bahagia
49
Eps. 49. Koko yang Terlalu itu Manusiawi
50
Eps. 50. Pejuang Cinta
51
Eps. 51. Berantem?
52
Eps. 52. Permintaan Kecil
53
Eps. 53. Kekuatan Hati yang Tumbuh
54
Eps. 54. Gara-gara Niol, Nulis Part BR Lagi
55
Eps. 55. Gak Sesuai Skenario
56
Eps. 56. Sebelum Party
57
Eps. 57. Petunjuk Menuju Kebahagiaan
58
Eps. 58. Efek
59
Eps. 59. Cici
60
Eps. 60. Dan...
61
Eps. 61. Minta Tolong
62
Eps. 62. Damai Batin
63
Eps. 63. Pamit
64
Eps. 64. Baru Permulaan
65
Eps. 65. Hari Spesial
66
Eps. 66. Hadiah Ulang Tahun
67
Eps. 67. Maaf
68
Eps. 68. Semua Sedang Gak Baik
69
Eps. 69. Feeling
70
Eps. 70. Menginginkan Lebih
71
Eps. 71. Di Tempat Berbeda
72
Eps. 72. Ada Waktunya
73
Eps. 73. Jadi?
74
Eps. 74. Permintaan Kacau
75
Eps. 75. Tak Punya Kesempatan
76
Eps. 76. Setengah dari Jiwa
77
Eps. 77. My Baby
78
Eps. 78. Ternyata Mau?
79
Eps. 79. Kalau Kita Nikah
80
Eps. 80. Koko yang Bingung
81
Eps. 81. Tiga Tahun Lagi
82
Eps. 82. Ngilang Lagi Aja Sana
83
Eps. 83. Delapan Belas Itu Apa
84
Eps. 84. Seribu Tahun Lamanya
85
Eps. 85. Belum Menginginkan
86
Eps. 86. Boleh Sehari Aja?
87
Eps. 87. Menawarkan Pelukan yg Sama
88
Eps. 88. Cinta yang Dewasa
89
Eps. 89. Masih Lama?
90
Eps. 90. Jangan Ungkit Soal Mantan
91
Eps. 91. Kenapa Ngasih Cincin?
92
Eps. 92. Wajib Menghormati
93
Eps. 93. Pikirkan Kebahagiaan yang Menanti
94
Eps. 94. Tiap Keluarga Punya Aturan Sendiri
95
Eps. 95. Tinggi yang Serasi
96
Eps. 96. Ikut Bahagia Denganku
97
Eps. 97. Manis
98
Eps. 98. Mama Sayang
99
Eps. 99. Naikin Derajat Mantan
100
Eps. 100. Setelan Ini Kita Pasti Hepi
101
Eps. 101. Fase yang Baru
102
Eps. 102. Opa dan Oma
103
Eps. 103. Salah Kamar
104
Eps. 104. Lebih dari Cinta
105
Eps. 105. The Holy Matrimony
106
Eps. 106. Pelajaran dari Suami
107
Eps. 107. Gak Polos-polos Amat
108
Eps. 108. Menikah Bukan Berati Meninggalkan Persahabatan
109
Eps. 109. Gaya
110
Eps. 110. Cerita Kita
111
Eps. 111. Disayang-sayang
112
Eps. 112. Seberapa Sayang
113
Eps. 113. Rutinitas Baru
114
Eps. 114. Pemilik Kafe
115
Eps. 115. Milik Bersama
116
Eps. 116. Hamil
117
Eps. 117. Sakit Gigi Lagi
118
Eps. 118. Dari Hati Ke Hati
119
Eps. 119. Kekecewaan
120
Eps. 120. Resiko Terburuk
121
Eps. 121. Childfree
122
Eps. 122. Impian Terbesar
123
Eps. 123. Hak Istimewa
124
Eps. 124. Mirip
125
Eps. 125. Ezar Aja
126
Eps. 126. Pisah Sebulan
127
Eps. 127. Baper
128
Epa. 128. Ketemuan
129
Eps. 129. Suamiku
130
Eps. 130. Over React
131
Eps. 131. Cinta Kita Kuat
132
Eps. 132. Koko yang Jemput Aja
133
Eps. 133. Koko Ikutan Pusing
134
Eps. 134. Balon dan Obsesi
135
Eps. 135. Kekurangan Kasih Sayang
136
Eps. 136. Gak Diberi Pilihan
137
Eps. 137. Menyimpan Lebih Lama
138
Eps. 138. Ternyata
139
Eps. 139. Mengikuti Alur Kehidupan
140
Eps. 140. Wisuda
141
Eps. 141. Berjalan Bersisian
142
Eps. 142. Reunian
143
Eps. 143. Membuat Jarak
144
Eps. 144. Masih Aja Menghitung
145
Eps. 145. Ego yang Terpuaskan
146
Eps. 146. Kaki Jadi Kepala
147
147. Rehat Sejenak
148
Eps. 148. Bukan Sekedar Hubungan Darah
149
Salam Hangat...
150
Ekstra Part 1
151
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!