Menikahi Janda Dokter
Reynand Adam, merupakan seorang anak laki-laki yang lebih memilih hidup mandiri jauh dari keluarga yang terpecah, karena perceraian kedua orang tuanya.
Rey. Begitulah sapaan dari teman terdekatnya.
Rey mempunyai satu orang sahabat di kost yang bernama Vicky. Mereka baru berkenalan sekitar dua minggu yang lalu, Rey dan Vicky akan melaksanakan MOS (Masa Orientasi Siswa) pada esok hari.
“Rey, semua perlengkapan MOS udah Lu siapin?” tanya Vicky.
“Belum, Vic. Gue belum beli spidol buat nulis nama.” Rey berucap.
“Oh ... iya! Gue juga belum Rey. Ke warung, yok?” ajak Vicky.
Rey dan Vicky bergegas menaiki satria FU milik Vicky.
“Lu yang bawa, nih!” Vicky melempar kunci motor.
“Hap! Oke!” Rey menangkap kunci motor.
Mereka berlalu pergi menuju warung sekitar kos-kosan. Warung demi warung mereka sambangi, namun nihil. Spidol yang dicari kebanyakan kosong. Karena memang banyak yang mencari untuk keperluan MOS esok hari.
“Kosong terus, gimana dong, Rey?” tanya Vicky.
“Lanjutlah, udah nanggung juga. Lagian kita udah gak punya waktu lagi.” Pungkas Rey.
Mereka melanjutkan mencari spidol sampai ke mini market yang berada jauh di ujung jalan.
Motor FU di parkirkan. Rey dan Vicky masuk ke dalam mini market. Setelah mendapatkan spidol, akhirnya Rey membawa spidol ke kasir untuk melakukan pembayaran.
“Ini aja, Mas?” tanya si kasir.
“Iya.” Ucap Reynand singkat.
BRUKKK
Barang yang ada di keranjang seorang gadis terjatuh.
“Sorry, Mba. Gue gak sengaja!” ucap Reynad sambil membantu mengambil barang yang berjatuhan.
“Iya, gak papa,” ucap gadis itu.
“Sekali lagi. Sorry ya, Mba.” Pungkas Rey yang berlalu pergi setelah semua barang sudah kembali masuk dalam keranjang belanjaannya.
Gadis itu tersenyum.
.
Rey dan Vicky melanjutkan perjalanan pulang ke kost. Ternyata, gerbang sudah di kunci oleh ibu kost. Karena mereka pulang di atas jam sebelas malam.
“Sial! Gimana dong?” Vicky menggaruk kepala.
“Ya udah, Lu titip ke kost sebelah motornya. Entar Kita naik ke pagar,” ucap Rey.
Akhirnya Vicky menitipkan kepada temannya yang ada di kost sebelah. Vicky orang yang humble, jadi banyak temannya.
Dengan susah payah. Mereka menaiki pagar kost yang lumayan tinggi. Mereka masuk dalam kamar masing-masing yang bersebelahan.
***
“Vic! Banguunnnn!” Rey menggedor pintu kamar Vicky.
“Paan sih?” Mata Vicky terlihat merah.
“Kita telat, kamvret!”
Vicky dengan santainya menoleh ke dinding kamarnya yang terdapat jam yang menempel.
“Baru jam enam. Sante ae, Bro!”
“Buruan mandi! Gue ambil motor.” Ucap Rey yang berlalu pergi.
Rey membawa motor dengan kencang. Menyalip-nyalip kendaraan di pagi ini. Karena, Rey tidak ingin telat pada hari pertama ia sekolah.
Gerbang hampir di tutup.
“Tunggu, Pak!” ucap Rey dan Vicky.
“Kalian itu! Baru juga awal masuk sekolah udah hampir telat,” ucap pak security sekolah.
Mereka berdua nyelonong masuk karena MOS sudah hampir di mulai. Mereka pun cepat mengisi barisan yang masih kosong.
Banyak sekali siswa baru yang masih mengenakan seragam putih-biru dan kakak pengurus OSIS yang mengecek perlengkapan siswa dan siswi baru.
“Kamu!” salah satu kakak kelas menunjuk Vicky.
“Saya, Kak?”
“Iya. Kamu. Sini!” ucap kakak kelasnya yang terkesan galak.
Vicky maju ke depan.
“Kamu juga. Sini!” Kakak OSIS memanggil Rey.
“Kenapa kalian tidak menulis nama, di kertas yang tergantung di leher kalian?” tanya kakak OSIS dengan begitu galaknya.
“Squat jump!” Perintah kakak OSIS.
Setelah pengarahan di lapangan. Akhirnya semua di bubarkan untuk istirahat. Rey memilih duduk di pinggir lapangan.
Tiba-tiba ada yang menyodorkan minuman dalam botol kemasan. Rey menoleh.
“Mba?” ucapnya dengan keringat yang masih mengucur di keningnya.
“Panggil Gue Jo. Bukan Mba.” Gadis itu tersenyum.
“Oke!”
“Ambillah!” Gadis itu kembali menyodorkan air mineral dalam botol.
Reynand meraih “Thank’s.”
Tiba-tiba ada arahan dari Kakak pengurus OSIS suruh masuk dalam ruangan dan Reynand pun lari tanpa permisi kepada Jo.
Rey mencari Vicky yang tadi sempat terpisah karena Vicky pergi ke kantin. Rey masuk dalam kelas yang sudah di tentukan.
Acara hari ini diisi dengan perkenalan Kakak pengurus OSIS yang ada di kelas. Ada Fandy sebagai ketua OSIS yang digilai anak-anak cewek. Kak Salsa, Fanya, Frisca dan Jo.
Mata sipit Rey membulat ketika melihat Jo ada dalam barisan pengurus OSIS.
“Lu kenapa?” Vicky berbisik.
“Gak. Udah diem nanti kena marah Kita.” Ucapnya mengakhiri.
Acara demi acara telah terlewati dengan lancar hari ini.
“Besok, kalian menulis surat cinta atau kekaguman kalian untuk Kakak pengurus OSIS, gak mesti yang ada di sini. OSIS yang lain juga boleh,” ucap Salsa, salah satu pengurus OSIS.
“Asikkk!” ucap Vicky girang.
“Hadeuhh! Ada-ada aja!” ucap Rey bernada pelan.
Seluruh siswa akhirnya pulang. MOS hari ini telah usai. Rey membawa FU milik Vicky. Tidak ada seorang pun yang tahu kalau sesungguhnya Rey itu anak orang kaya termasuk Vicky. Rey hidup sederhana.
Jalanan macet.
Mereka tempuh untuk sampai kost yang jaraknya lumayan jauh dengan sekolah mereka. Seragam putih-biru pun masih mereka kenakan selama MOS masih berlangsung.
***
Dari sudut lain ada Jo, ia merupakan anak yang kurang kasih sayang. Mamanya sibuk arisan dan kumpul-kumpul dengan temannya. Sedangkan papanya sibuk dengan bisnisnya.
Naura Jovanka. Itu nama lengkap dari Jo. Ia lebih dekat dengan tantenya yang bernama tante Emillia yang akrab di sapa tante Emi. Tante Emi itu adik dari papanya Jo. Ia berprofesi sebagai dokter.
***
“Bi, Mun!” panggil Jovanka memanggil Mumun, asisten rumah tangga di rumah Jovanka.
“Iya, Non.”
“Mama ke mana?”
“Lagi arisan katanya, Non.”
“Papa belum pulang?”
“Belum. Katanya pulangnya larut malam, Non. Ada lembur,” ucap asisten rumah tangga Jo.
Jo masuk dalam kamar. Kakinya menaiki anak tangga dan bergegas membuka handle pintu. Tubuhnya ia hempaskan ke atas ranjang yang besar.
Tiap hari memang seperti itu. Tak ayal, Jo lebih dekat dengan tante Emi ketimbang dengan orang tuannya.
Drett ... Drett ....
Gawai yang berada di atas nakas bergetar. Jo meraihnya. Menyentuh layar gawai dan membuka pesan WA dari Fanya.
‘Entar malam karokean, yuk?’ Isi pesan singkat dari Fanya.
‘Oke! Jemput Gue di simpang tempat biasa, ya?’ balas Jo.
‘Oke!’
Setelah malam tiba. Mama dan Papanya belum juga datang. Jo sudah siap-siap berdandan cantik ala ABG dengan baju yang seksi untuk seusianya.
Jo keluar melewati jendela ketika hendak pergi ke tempat karaoke. Pintu kamarnya sengaja ia kunci dari dalam agar orang tuanya mengira Jo telah tidur.
Mang Wawan (security) terlihat sedang khusuk memainkan gawainya. Jo menyelinap dengan pelan dan menuju ke gerbang yang memang pintunya sedikit terbuka.
“Hai, Jo!” sapa Salsa.
“Ayok, Naik!” ucap Frisca.
Tak banyak bicara. Jo langsung menaiki mobil Honda Jazz warna merah. Melesat menuju tempat karaoke yang berada di pusat kota.
Mereka memasuki salah satu ruangan dan bernyanyi ria melepas penat. Terutama Jo yang bukan hanya penat di sekolah tapi juga penat dengan keadaan rumah.
Tiba-tiba hape Fanya bergetar.
“Mampus Gue!” ucapnya.
“Kenapa?” tanya Jovanka.
“Mama nyuruh balik. Gue balik duluan, ya Girl’s. Bye.”
“Gue ikut!” ucap Salsa dan Frisca berbarengan.
“Woy! Gue gimana?” Jo berteriak.
“Sorry, Bab. Lu balik sendiri, ya? Karaoke udah Gue bayar kok. Santai aja!”
Fanya, Frisca dan Salsa beranjak pergi meninggalkan Jovanka di tempat karaoke.
Jo menikmati bernyanyi ria sendiri. Hingga waktu hampir habis, Jo baru tersadar kalau hand phone dan dompetnya tertinggal di rumah.
“Astaga! Gimana Gue balik?”
Ia keluar dari tempat karaoke menyusuri jalan di tengah malam gelap. Ada rasa takut dalam dirinya. Tapi harus bagaimana lagi? Gawai dan dompet tidak ia bawa. Nasib!
Jo terus berjalan dengan jarak yang lumayan jauh dari tempat karaoke. Langkah kakinya telah gontai karena rasa lelah yang mendera, ditambah keringat yang menetes dengan derasnya.
Langkah terhuyung dengan pandangan ke bawah.
SRETT!
Tepat di depannya, ada motor yang di Rem. Jo mendongak walau ada rasa takut dalam dirinya.
“Mba Jo? Ngapain jalan kaki tengah malam? sendirian lagi?”
“Rey? Lu, Rey anak baru itu kan?” ucap Jovanka.
“Iya, Gue Rey. Mba mau kemana sih?”
“Gue mau pulang tapi lupa gak bawa dompet.” Ucap Jo dengan malu-malu.
“Oh ... ya udah, Gue anter balik!” Rey menyodorkan helm.
Karena lelah, Jovanka tak banyak bicara. Ia langsung menaiki satria FU yang di kendarai oleh Rey.
Rey juga tak banyak bertanya. Rey berjalan mengemudikan motor dengan arahan dari Jovanka.
Jovanka minta di turunkan di samping rumah mewah yang gerbangnya tinggi. Jovanka turun dari motor dan tanpa berbasa-basi, Rey langsung tancap gas. Pergi dan menghilang tak terlihat lagi.
“Dasar, orang aneh!” ucap Jo.
Jo kembali berjalan pelan. Menyusup ke dalam rumah seperti maling.
CKLEK.
Jendela kamarnya ia buka. Sedikit demi sedikit, akhirnya Jovanka berhasil menyusup dari arah jendela.
Ia melangkah masuk dalam kamar dan langsung membuka lemari baju untuk untuk mengambil baju tidur. Dengan segera, ia mengganti baju dan masuk dalam selimut di ranjang tempat tidurnya.
***
“Non ... Non Jovanka, sarapan dulu.” Mumun mengetok pintu.
Belum juga ada suara di dalam sana. Jovanka masih tidur karena ia pulang larut malam.
“Non ... Bangunnn!” suara Mumun semakin keras, begitu pun dengan ketukan pada pintu kamar yang semakin mengencang.
“Iya, Bi.”
Jovanka membuka mata, menarik napas dan membuangnya. Ia beranjak dari tempat tidur dan melangkah membuka handle pintu kamar.
“Mari, sarapan Non.” Bi Mumun tersenyum.
“Iya, Bi. Jo mau mandi dulu. Mama Papa ada, Bi?” Jovanka bertanya.
“Tuan sudah berangkat dari tadi. Sedangkan nyonya, baru saja berangkat.” Ucap bi Mumun menjelaskan.
Huff ... Jovanka membuang napas, rasa kesal di pagi hari.
Seperti biasa. Jovanka sarapan seorang diri. Jo mengambil selembar roti tawar pandan yang ia oles dengan selai coklat. Jo meneguk segelas susu dan segera berangkat ke sekolah.
Tin ... Tin ....
Suara klakson mobil yang tak lain teman-temannya. Jo melangkahkan kaki keluar dan bergegas masuk dalam mobil.
“Tumben lama? Lu, kesiangan?” tanya Salsa.
Jo mengangguk.
“Emang, Lu balik jam berapa Jo?” tanya Frisca.
“Gue balik jam sepuluh tapi Gue jalan kaki.”
“What?” Fanya, Frisca dan Salsa menyahut kaget.
“Lu balik jalan kaki?” tanya Frisca dengan mata yang melebar.
“Iya. Dompet sama hape ketinggalan. Tapi, untung ada si Rey. Gue diantar pulang sama Dia.” Jo menerangkan pada ketiga temannya.
“Rey yang mana, sih?” tanya Salsa heran.
“Anak baru di sekolah Kita,” ucap Jovanka.
“Owalah! cuma anak ingusan ternyata,” ucap Salsa lagi.
Akhirnya mereka meluncur ke sekolah menembus kepadatan kendaraan di Kota Bandung.
Bersambung..
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
JANGAN LUPA LIKE/KOMEN/VOTE Ceritanya, karena itu merupakan hadiah terindah untuk Penulis🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
𝓢𝓐𝓓🌷® Hiatus ☠ᵏᵋᶜᶟ
knp ada nama ak y Thor????
2022-11-22
1
Yukity
Hai Thor..
Salam kenal ya..
Mampir yuk ke novelku
SI OYEN PACARKU BUKAN MANUSIA
2022-03-07
2
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
jadi ingt masa masa itu 🤭🤭
2022-02-28
2