Part 3 ( Tristan ).

Jovanka keluar dari toilet dengan wajah pucat. Kakinya melangkah gontai dari balik pintu toilet. Ronanya masih penuh dengan keringat karena sedari tadi ia berlari.

“**Thank**s, Rey. Lu udah bantu Gue,” ucap Jo sambil membuang napas.

“Emang Dia siapa sih?” tanya Reynand yang sedari tadi belum mendapatkan jawaban dari Jo.

“Dia Tristan. Gue baru aja kenal tadi, ketika main di Cafe sama temen-temen. Gue ditinggal sama Tristan. Nah, waktu di dalam mobil ketika Tristan hendak antar pulang. Tiba-tiba, jemari Gue digenggamnya. Gue gak suka! Makanya Gue kabur dari dia.”

“Lah ... terus sekarang Lu mau pulang?” tanya Rey.

“Iya. Tapi, ternyata dompet Gue ketinggalan. Gue juga gak bawa hape,” ucap Jovanka sambil tersenyum.

Melihat senyum Jovanka. Ada debar yang tak biasa pada diri Reynand yang notabene cuek terhadap cewek.

‘Kenapa perasaan Gue seperti ini ketika melihat lengkungan indah yang terukir di bibirnya Jo?’ isi hatinya berbicara.

“Bentar, ya?” ucap Rey pada Jovanka.

Jo mengangguk dan menunggu Rey di bangku taman di bawah rindangnya pepohonan.

Rey masuk ke warung dan menemui Vicky yang masih makan.

“Lama banget ke toilet? Ngapain aja sih, lu?” ucap Vicky kesal.

“Antre. Lu balik sendiri, ya?” Rey memberikan kunci motor milik Vicky.

“Lah ... Lu mau kemana? Udah malam ini. Bentar lagi gerbang kost ditutup.” Vicky mengingatkan.

“Gue ada perlu. Gampang, nanti manjat gerbang seperti biasa.”

“Serah, dah!”

Rey pergi meninggalkan Vicky dan kembali ke tempat Jo di dekat toilet. Jo terlihat sedang duduk di bangku taman. Ia memakai mini dress yang berlengan pendek. Rey menyerahkan jaketnya kepada Jovanka.

“Pake, nih!”

Jovanka menatap netra Rey dengan banyak sangkaan dalam benaknya.

“Gue gak kedinginan kok,” ucap Jo menolak.

“Bukan dinginnya. Tapi lebih buat nutupin badan Lu!”

“Emang kenapa? Apa salahnya dengan baju Gue?” tanya Jovanka dengan penuh kebingungan.

“Gue hanya bisa anter Lu pulang naik angkot. Dalam angkot pasti banyak orang. Lu mau dinilai negatif sama orang lain? Bagi Lu biasa aja. Tapi entah buat orang lain,” pungkas Rey.

Jo terdiam. Ia berpikir tentang ucapan Rey memang benar adanya. Jo tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Bagi Jovanka, hidupnya ya hidupnya, tidak mau mendengar kata orang. Tapi, berbeda ketika ucapan itu keluar dari mulut Rey. Seperti mengena ke hati Jovanka.

Rey.

Rey itu masih anak ingusan yang baru saja masuk SMA tapi pemikirannya sudah sejauh itu. Mungkin karena ini juga, Tristan tergoda. Hingga menggengam lenganku. Suara hati Jo berkata.

Akhirnya, jaket yang berada di lengan Rey di ambil oleh Jo. Jo memakai jaket Rey walau terlihat kebesaran pada tubuh mungilnya.

“Gue kelelep pakek jaket Lu, Rey!” Jo tersenyum malu.

“Malah bagus, bisa nutupin sedikit lekuk badan, Lu.”

Mereka berlalu. Berjalan kaki menuju pangkalan angkot yang tidak jauh dari halte bus.

Jovanka naik di barengi oleh Rey di belakangnya.

“Sorry, ya, Jo! Gue bisa anter Lu pakek angkot doang,” ucap Rey berbasa-basi.

“Iya, gak papa. Gue seneng kok. Makasih ya?” ucap Jo dengan senyuman merekah.

Degup jantung Rey kembali tak keruan. Ada getaran lain di dada Rey yang tidak biasa. Rasa bahagia kini telah mendominasi hatinya. Melihat mata hitam Jo, melihat senyuman terukir pada bibir Jovanka membuat hatinya meronta. Ada rasa ingin dekat dan mengenal lebih jauh tentang Jovanka.

Namun, dengan cepat Rey menepis perasaan yang ada dalam hatinya. Ia ingin sekolah dan membuktikan kepada Papanya. Ia bisa membiayai hidupnya sendiri tanpa bantuan dana dari papanya.

“Rey,” ucap Jo yang duduk di sampingnya.

“Hem.”

“Kek nya, Lu bukan orang Bandung, ya?” tanya Jo.

“Iya, Gue tinggal di Jakarta. Gue nge-kost di sini.”

“Ada keluarga?”

Rey menggelengkan kepalanya.

Hening.

Angkot melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali berhenti untuk menunggu penumpang lain. Jam menunjukkan angka sebelas malam. Namun, angkot masih mengetem di pinggir jalan.

Angkot mulai berjalan ketika penumpang banyak yang protes. Akhirnya angkot kembali melaju.

***

“Kiri, Mang!” ucap Jo.

Angkot berhenti. Jo dan Rey turun dari angkot.

“Loh ... bukannya rumah Lu masih di ujung jalan sana, ya?” tanya Rey heran.

“Gue jalan kaki aja. Nanti ketahuan lagi kalau Gue pulang larut malam.”

“Lah ... orang tua gak tau kalau lu keluyuran?” mata sipit Rey melebar.

Jo menggelengkan kepalanya.

“Astaga! Lu jangan kek gini lah. Apa lagi lu anak cewek, bahaya, tau!” ucap Rey.

Jo terdiam.

Dalam hatinya ia berucap ‘Ni bocah kek orang gede aja nyeramahin Gue! Tapi, kenapa kok rasa ini senang dapat perhatian dari Dia?’

“Hey!” Rey membuyarkan lamunan yang ada dalam pikiran Jovanka.

“Iya ... Iya, lain kali gak gini lagi.” Pungkasnya.

“Janji?” jari kelingking pun diangkatnya.

“Iya!” Mereka mengaitkan jari kelingking tanda perjanjian.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan di tengah malam gelap dan sunyi. Hilir angin seakan menyapu tubuh mereka. Lagi-lagi jantung Rey berdetak kencang ketika Jovanka menyunggingkan senyuman.

Kaki melangkah berjalan santai. Akhirnya sampai juga di samping rumah Jovanka.

“Ya udah. Gue balik, ya? Bye.” Rey berpamitan.

Jo tersenyum, “ Makasih.”

Rey berbalik badan dan berjalan menjauh dari gerbang rumah Jo. Jo masih melihat Rey di depan gerbang hingga tubuhnya tak terlihat lagi.

Jo masuk dalam rumah dengan jurus andalannya. Menyelinap.

Karena sudah larut malam akhirnya Rey memutuskan untuk memesan ojek online. Tak berselang lama, ojol pun datang dan meluncur mengantar Rey sampai pintu gerbang kost-nya.

Rey memijakkan kakinya ke pintu gerbang. Memanjat seperti spider man!

JLEK!

Akhirnya, kaki Rey menginjak ke halaman dalam Kosan. Ia masuk dalam kamar. Menghempaskan tubuhnya yang didera rasa capek. Memandang langit-langit kamar dan membayangkan lengkungan indah yang terukir indah pada bibir Jovanka.

“****! Kenapa Gue jadi mikirin Dia?” ucapnya berusaha menepis.

Ia berusaha memejamkan mata, berharap dapat tidur nyenyak di malam ini. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Rey, terus teringat lengkungan indah yang terukir pada bibir Jovanka.

Sudah bolak-balik memutar posisi tidur, namun masih saja matanya terjaga hingga jam dua pagi.

Akhirnya Rey mengambil hand phone beserta ear phone yang ia pasang di telinganya. Ia menyentuh layar gawai dan mencari aplikasi pemutar musik. Ia meng-klik daftar lagu yang ada pada phonecell-nya sampai ia tertidur.

***

Tok ... Tok ... Tok ....

Pintu kamar Rey di ketuk, suaranya semakin kencang.

“Rey! Bangun, woy! Udah siang. Ayok cari makan, Gue udah laper. REYNAND!!”

Vicky berteriak kesal karena yang ada dalam kamar tidak juga menunjukkan batang hidungnya.

“REYNAND!!!” Vicky semakin keras memanggil namanya begitu pun dengan ketukan pintu yang semakin mengencang.

“Apa?” Terdengar suara dari dalam.

“Buka pintunya, Rey!”

“Iya!”

Dengan mata yang masih memerah. Rey mengangkat badannya dan bangkit dari kasur lantainya.

“Apaan? Howammmm.” Rey masih menguap.

“Njir! Pakek nguap lagi! Mandi sana.” Perintah Vicky.

“Emang mau ke mana? Kan sekolah libur, Kuya!” ucap Rey sambil memejamkan mata.

“Nyari makan, laper Gue! Ayok bangun! Bisa-bisanya merem sambil berdiri, Lu!” ucap Vicky yang bernada kesal.

“Iya, iya. Ni Gue mandi. Puas, Lu?”

Rey ngeloyor masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Vicky memainkan game yang ada di laptop Reynand.

.

“Ngapain, Lu?” tanya Rey sembari menggusah rambutnya yang basah memakai handuk.

“Maen game. Udah beres, Lu?” tanya Vicky.

“Udah!”

Rey berganti baju. Mengenakan kaos dan celana jeans pendek di bawah lutut, tak lupa sandal jepit yang ia kenakan.

Rey tampak sederhana, sehingga tidak ada yang curiga bahwasanya di Jakarta ia merupakan anak seorang pengusaha terkenal.

Rey dan Vicky melangkahkan kaki ke warung di ujung jalan. Di sana terdapat warteg yang terkenal murah meriah. Sehingga pas untuk kantong pelajar, mahasiswa atau pekerja yang mau mengirit duit.

“Bi, mau nasi, ayam goreng, tahu, tumis capcay sama sambel. Bungkus, ya?” Menu pesanan Vicky.

Bi Inah (pemilik warteg) membungkuskan pesanan Vicky, “Dua puluh ribu,” ucap bi Inah.

“Kamu pesen apa, Rey?”

Bi Inah yang memang telah mengenal nama Vicky dan Rey karena mereka tiap makan selalu ke warteg miliknya.

“Nasi sama telor dadar, Bi.”

“Tujuh ribu. Nih, Ibu kasih bonus tahu ya? Kamu kan enggak suka sayur,” ucap bi Inah.

“Yaelah, Rey aja di kasih bonus.” Ucap Vicky iri.

“Lu udah di potong, mestinya dua puluh satu ribu. Tuh udah diskon serebu,” ucap bi Inah.

“Ya udah, makasih ya, Bi.” Ucap Rey sambil tersenyum.

Bi Inah tersenyum.

Rey dan Vicky berlalu, keluar dari dalam warung dan menuju tempat kost mereka.

***

Drett ... Drett ....

Hand phone Vicky bergetar. Vicky merogoh saku celana dan mengambil benda pipih kecil yang tipis berbentuk persegi panjang. Ia menggeser kunci dari layar gawai miliknya. Vicky membacanya.

“Desi? Asikkkk! Gue datang Baby ....” Terlihat rona bahagia pada wajah Vicky ketika membaca pesan singkat dari Desi.

“Kenapa, Lu? Ngomong sendiri. Gila Lu, ya?” tanya Rey.

“Beginilah cinta, deritanya tidak berakhir,” Vicky berucap.

“Gak nyambung, Kuya!”

Mereka masuk ke dalam kamar yang bersebelahan.

“Rey!” Vicky memanggil.

“Paan?”

“Nih buat Lu aja! Gue mau makan di luar sama Desi," ucap Vicky sambil memberikan sebungkus nasi yang baru ia beli.

“Rejeki nomplok, thank’s ya, Bro!” Rey meraih satu bungkus nasi dari tangan Vicky.

Vicky berlalu pergi setelah mengganti bajunya dan menyemprotkan parfum ke badannya.

“Anjer! Vic, Lu pakek parfum satu botol?” teriak Rey dari dalam kamarnya.

“Haha ... biar Desi kelepek-kelepek sama Gue, Rey!”

“Yang ada, tu anak bisa mamvos kalik, Vic!”

Tidak ada lagi jawaban dari Vicky yang terdengar hanya suara motor Vicky yang berlalu pergi.

Hari minggu dipakai Rey untuk berbenah kosan tempat ia tinggal sekarang. Belum banyak barang di dalamnya, hanya ada laptop, kasur yang ia gelar di lantai tanpa ranjang, baju-baju yang ia letakan dalam kardus, beberapa perlengkapan untuk makan, dan karpet plastik yang ia gelar dalam kamar.

Buku dan tas ia geletakkan di samping tempat tidur. Hanya gitar yang menjadi temannya dikala ia kesepian. Rey pintar bernyanyi dan mempunyai karakter suara yang lembut.

Hanya Vicky yang menjadi temannya saat ini. Namun, Vicky kini telah mempunyai gebetan yang bernama Desi. Otomatis, Vicky mulai menjauh dari Rey. Karena waktu Vicky banyak berlalu bersama Desi.

Rey membuka bungkus nasi yang ia beli. Menikmati sarapannya setelah ia berbenah merapikan kost-nya.

Semua terlihat bersih, karena Rey sudah mengepel lantai. Rey tumbuh menjadi seorang laki-laki yang mandiri. Jauh dari kesan anak Mami. Terlebih, Rey merupakan anak pertama dari Reyfan Adam pemilik perusahaan besar di Kota Jakarta.

Bersambung..

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

JANGAN LUPA LIKE/KOMEN/VOTE Ceritannya, karena itu merupakan hadiah terindah untuk Penulis

By : Boezank ** (Dareen)

Terpopuler

Comments

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

mandiri lebih ok

2022-02-28

2

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

aku tahu rasanya

2022-02-21

2

🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢

🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢

hebatt, pokonya anak yg jauh dr ortu pasti paham gimana berusaha baik baik ajja.
semangt rey ke y udah ada lampu kedip2 noh antara rey dan jo

2022-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ( Prolog ).
2 Part 2 ( Tentang Surat Cinta )
3 Part 3 ( Tristan ).
4 Part 4 ( Rindu ).
5 Part 5 ( Dijewer ).
6 Part 6 ( Guru Les )
7 Part 7 ( Rhiena? )
8 Part 8 ( Pamit )
9 Part 9 ( Cemburu )
10 Part 10 ( Jadian )
11 Part 11 ( Kecewa )
12 Part 12 ( ABG Jatuh Cinta )
13 Part 13 (Hanya Rindu)
14 Part 14 ( Salah Sangka )
15 Part 15 (Barista)
16 Part 16 (Terbayang)
17 Part 17 (Hari Pertama Kerja)
18 Part 18 (Kecewa)
19 Part 19 (Salah Paham)
20 Part 20 (Jadian)
21 Part 21 (Deraya Flying School)
22 Part 22 ( Dilema )
23 Part 23 ( Lamaran )
24 Part 24 (Princess)
25 Part 25 (Dijodohin)
26 Part 26. Mengorek Rahasia Rey.
27 Part 27. Liontin
28 Part 28. Air mata Jovanka.
29 Part 29. Fiting Baju Pengantin
30 Part 30. Mengurus Kepindahan Sekolah
31 Part 31. Rencana Kabur
32 Part 32. Pernikahan
33 Part 33. Pesta yang tak diinginkan
34 Part 34. Pulang
35 Part 35. Nonton
36 Part 36. Kalut
37 Part 37. Surprise Untuk Vicky
38 Part 38. Pindah Rumah
39 Part 39. Mencoba Move On
40 Part 40. Kesempatan
41 Part 41. Surprise Untuk Jo
42 Part 42. Membuka Hati
43 Part 43. Debar.
44 Part 44. Pertemuan Bisnis
45 Part 45. Putus
46 Part 46. Kabar Alexy Pulang
47 Part. 47 Adara
48 Parr 48. Syal Maron.
49 Part 49. Fobia
50 Part 50. Akrostik kenangan
51 Part 51. Wisuda Davin
52 Part 52. Ibarat Cermin
53 Part 53. Diary Jovanka
54 Part. 54 Wisuda Reynand
55 Part 55. Kecelakaan
56 Part 56. Mimpi Buruk
57 Part 57. Senja
58 Part 58. Pernikahan Emillia
59 Part 59. Co-Pilot
60 Part 60. Kabar
61 Part 61. Pantai
62 Part 62. Singapura
63 Part 63. Kabar Baru
64 Part 64. Pertemuan
65 Part 65. Khawatir
66 Part 66. Duka dibalik Wisuda
67 Part 67. Jenazah
68 Part 68. Bukit Bintang.
69 Part 69. Davin Penghibur Jovanka
70 Part 70. Hari Pertama
71 Part 71. Menunggu
72 Part 72. Pertemuan
73 Part 73. Terkenang
74 Part 74. Flashback
75 Part 75. Pertemuan Rey dan Rendy
76 Part 76. Liontin
77 Part 77. Sakit
78 Part 78. Persiapan
79 Part 79. Alasan Nadia Memberi Restu
80 Part 80. Pulang
81 Part 81. Apartemen
82 Part 82. Ungkapan Hati Lewat Lagu
83 Part 83. Cerai
84 Part 84. Jembatan Kayu
85 Part 85. Pertemuan
86 Part 86. Ajakan Makan Malam
87 Part 87. Makan Malam
88 Part 88. Pertemuan Rey dan Alexy
89 Part 89. Perdebatan
90 Part 90. Masuk Rumah Sakit
91 Part 91. Air Mata Bahagia
92 Part 92. Bertemunya Nadin dan Meli
93 Part 93. Pengakuan Rendy
94 Part 94. Makan Malam
95 Part 95. Baju Pengantin
96 Part 96. Dibalas Kebaikan
97 Part 97. Menikahi Janda Dokter (revisi)
98 98. Takut Malam Pertama
99 99. Malam Pertama
100 100. Salah sangka
101 101. Imperial Palace East Garden
102 102. Menatap Bintang
103 103. Pulang
104 104. Sakit Perut
105 105. Merajuk
106 106. Belahan Jiwa
107 107. Elang Kepo
108 108. Dilema
109 109. Menggemaskan
110 110. Gerimis
111 111. Mual
112 112. Minta Ponakan
113 113. Terpisah
114 114. Terkenang
115 115. Memalukan
116 116. Takut
117 117. Ragu.
118 118. Malu
119 119. Kesempurnaan Hidup
120 120. Rey Ngidam?
121 121. Air Mata Bahagia
122 122. Salah Paham
123 123. Ngambek
124 124. Masih Kaku
125 125. Terbayang-bayang
126 126. Enggak Macam-macam
127 127. Dari Balik Selimut
128 128. Melunak
129 129. Morning Sickness
130 130. Tertidur
131 131. Lamaran
132 132. Hambar
133 133. Pria Misterius.
134 134. Amnesia?
135 135. Pemeriksaan
136 136. Cemburu
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Part 1 ( Prolog ).
2
Part 2 ( Tentang Surat Cinta )
3
Part 3 ( Tristan ).
4
Part 4 ( Rindu ).
5
Part 5 ( Dijewer ).
6
Part 6 ( Guru Les )
7
Part 7 ( Rhiena? )
8
Part 8 ( Pamit )
9
Part 9 ( Cemburu )
10
Part 10 ( Jadian )
11
Part 11 ( Kecewa )
12
Part 12 ( ABG Jatuh Cinta )
13
Part 13 (Hanya Rindu)
14
Part 14 ( Salah Sangka )
15
Part 15 (Barista)
16
Part 16 (Terbayang)
17
Part 17 (Hari Pertama Kerja)
18
Part 18 (Kecewa)
19
Part 19 (Salah Paham)
20
Part 20 (Jadian)
21
Part 21 (Deraya Flying School)
22
Part 22 ( Dilema )
23
Part 23 ( Lamaran )
24
Part 24 (Princess)
25
Part 25 (Dijodohin)
26
Part 26. Mengorek Rahasia Rey.
27
Part 27. Liontin
28
Part 28. Air mata Jovanka.
29
Part 29. Fiting Baju Pengantin
30
Part 30. Mengurus Kepindahan Sekolah
31
Part 31. Rencana Kabur
32
Part 32. Pernikahan
33
Part 33. Pesta yang tak diinginkan
34
Part 34. Pulang
35
Part 35. Nonton
36
Part 36. Kalut
37
Part 37. Surprise Untuk Vicky
38
Part 38. Pindah Rumah
39
Part 39. Mencoba Move On
40
Part 40. Kesempatan
41
Part 41. Surprise Untuk Jo
42
Part 42. Membuka Hati
43
Part 43. Debar.
44
Part 44. Pertemuan Bisnis
45
Part 45. Putus
46
Part 46. Kabar Alexy Pulang
47
Part. 47 Adara
48
Parr 48. Syal Maron.
49
Part 49. Fobia
50
Part 50. Akrostik kenangan
51
Part 51. Wisuda Davin
52
Part 52. Ibarat Cermin
53
Part 53. Diary Jovanka
54
Part. 54 Wisuda Reynand
55
Part 55. Kecelakaan
56
Part 56. Mimpi Buruk
57
Part 57. Senja
58
Part 58. Pernikahan Emillia
59
Part 59. Co-Pilot
60
Part 60. Kabar
61
Part 61. Pantai
62
Part 62. Singapura
63
Part 63. Kabar Baru
64
Part 64. Pertemuan
65
Part 65. Khawatir
66
Part 66. Duka dibalik Wisuda
67
Part 67. Jenazah
68
Part 68. Bukit Bintang.
69
Part 69. Davin Penghibur Jovanka
70
Part 70. Hari Pertama
71
Part 71. Menunggu
72
Part 72. Pertemuan
73
Part 73. Terkenang
74
Part 74. Flashback
75
Part 75. Pertemuan Rey dan Rendy
76
Part 76. Liontin
77
Part 77. Sakit
78
Part 78. Persiapan
79
Part 79. Alasan Nadia Memberi Restu
80
Part 80. Pulang
81
Part 81. Apartemen
82
Part 82. Ungkapan Hati Lewat Lagu
83
Part 83. Cerai
84
Part 84. Jembatan Kayu
85
Part 85. Pertemuan
86
Part 86. Ajakan Makan Malam
87
Part 87. Makan Malam
88
Part 88. Pertemuan Rey dan Alexy
89
Part 89. Perdebatan
90
Part 90. Masuk Rumah Sakit
91
Part 91. Air Mata Bahagia
92
Part 92. Bertemunya Nadin dan Meli
93
Part 93. Pengakuan Rendy
94
Part 94. Makan Malam
95
Part 95. Baju Pengantin
96
Part 96. Dibalas Kebaikan
97
Part 97. Menikahi Janda Dokter (revisi)
98
98. Takut Malam Pertama
99
99. Malam Pertama
100
100. Salah sangka
101
101. Imperial Palace East Garden
102
102. Menatap Bintang
103
103. Pulang
104
104. Sakit Perut
105
105. Merajuk
106
106. Belahan Jiwa
107
107. Elang Kepo
108
108. Dilema
109
109. Menggemaskan
110
110. Gerimis
111
111. Mual
112
112. Minta Ponakan
113
113. Terpisah
114
114. Terkenang
115
115. Memalukan
116
116. Takut
117
117. Ragu.
118
118. Malu
119
119. Kesempurnaan Hidup
120
120. Rey Ngidam?
121
121. Air Mata Bahagia
122
122. Salah Paham
123
123. Ngambek
124
124. Masih Kaku
125
125. Terbayang-bayang
126
126. Enggak Macam-macam
127
127. Dari Balik Selimut
128
128. Melunak
129
129. Morning Sickness
130
130. Tertidur
131
131. Lamaran
132
132. Hambar
133
133. Pria Misterius.
134
134. Amnesia?
135
135. Pemeriksaan
136
136. Cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!