“Shit! Masa suruh nulis surat cinta tapi di paksa? Apa-apaan ini?” Rey menggerutu.
“Paan sih, Rey?” tanya Vicky kepada Reynand yang masih menggerutu.
“Yaa ... Gue heran aja. Masa nulis surat cinta dipaksa? Gue mesti tulis apa coba?”
“Ungkapin aja isi hati, Lo! Kapan lagi ada kesempatan seperti ini. Atau Lu tulis aja buat si Fandy ketua OSIS Kita, hahaha.”
“Apa yang dikagumi dari cowok alay, tebar pesona kek Dia? Hadeuh!”
Setelah menggerutu, akhirnya Reynand dan Vicky berangkat ke sekolah menggunakan motor FU.
.
Tak terasa, ini hari terakhir pelaksanaan MOS. Para pengurus OSIS meminta di kumpulkannya surat yang menceritakan tentang kekaguman kepada salah seorang dari pengurus OSIS.
Jovanka mendapatkan surat terbanyak. Bukan dari kaum adam saja. Banyak juga kaum hawa yang mengidolakan dirinya. Ada yang memuji penampilannya, kecantikannya dan hal lainnya.
Ada secarik kertas yang menarik perhatian Jovanka dan teman-temannya.
“Jo, ini surat atau pesan singkat sih?” tanya Salsa heran.
Jo tersenyum.
“Hahaha ... ni orang kelihatan banget gak romantis.” Fanya tertawa.
“Apa sih isinya?” Frisca mengintip isi surat yang membuat kedua temannya tertawa sekaligus heran.
(Dear : Jovanka. NO COMENT, GUE!) isi surat dari Reynand.
“HAHAHAHA ....” tawa mereka pecah seketika ketika membaca isi surat dari Reynand.
***
Selesai sudah acara MOS siang ini. Seluruh siswa kembali pulang. Rey dan Vicky berlalu menggunakan motor FU.
Tak sabar menunggu esok lusa untuk memakai seragam putih-abu. Rey menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia mencoba seragam barunya.
“Ganteng juga Gue kalau pakek baju putih-abu.” Ia memuji dirinya sendiri di depan cermin.
Tak berselang lama. Tok ... Tok ... "Rey!" Suara Vicky memanggil.
“Paan? Bentar, Gue mau ganti baju!” ucap Rey dalam kamar.
CKLEK (Pintu kamar terbuka)
“Lama amat sih?” Vicky berucap.
“Hehe sorry!” ucap Rey sambil menggaruk kepala. “Paan?” timpalnya lagi.
“Antar Gue beli sepatu, yok?”
“Lah ... pan yang kemaren masih bagus, Kuya!” ucap Reynand menyebut Vicky dengan sebutan akrabnya.
“Udah jelek! Mau Gue buang.”
“Jangan dibuanglah, sayang nyaho!”
“Yodah, buat Lu aja. Gue udah bosen.” Ucap Vicky mengakhiri sebelum mereka pergi ke sebuah toko.
***
Sore hari setelah shalat asar. Rey dan Vicky membawa motor FU ke arah Kota Bandung. Motor melaju santai ke arah alun-alun Kota Bandung.
Setelah motor di parkirkan. Rey dan Vicky berjalan kaki menyusuri pusat perbelanjaan di Kota Bandung. Memasuki dari toko ke toko demi mendapatkan sepatu yang Vicky cari.
Ramai sekali sore ini. Banyak yang membeli barang, banyak juga yang hanya sekedar nongkrong, jalan-jalan melepas penat setelah seharian telah beraktivitas.
“Rey, sini!” Sahut Vicky dari dalam toko.
Reynand menghampiri. “Paan?”
“Bagus, gak?” Vicky mengangkat sepasang sepatu.
“Baguslah, harganya juga bagus.” Rey berucap.
“Dari mana Lu tau harganya bagus?” tanya Vicky heran.
“Dari internet.” Rey beralasan.
Padahal, Reynand telah banyak mengoleksi sepatu ketika masih berada di rumah lamanya. Ketika Papa dan Mamanya belum bercerai. Mereka merupakan keluarga yang harmonis. Namun, keharmonisan itu telah berakhir ketika tante Helena hadir dalam kehidupan mereka.
Tante Helena merupakan ibu tiri Rey, istri muda dari papanya Rey. Awalnya tante Helena merupakan sekretaris dari pak Reyfan alias papa dari Reynand. Namun, bukan hanya sebatas rekan kerja. Seringnya mereka bertemu, bahkan hampir selalu bersama-sama menjadikan benih cinta mereka tumbuh dan memutuskan untuk menikah.
Ibu Nadin, yang tak lain Mamanya Reynand, tak mau di madu akhirnya memutuskan untuk berpisah. Dari situlah, Rey memutuskan untuk kost dan sekolah di Kota Bandung. Sedangkan orang tuanya berada di Jakarta namun sudah beda rumah.
“Ayok balik!” Ajak Vicky kepada Reynand.
“Oke!”
Merekapun berjalan menuju parkiran. Namun, bukan Vicky namanya kalau enggak godain cewek.
“Hai ....” Vicky menyapa seorang gadis.
Gadis itu pun memberi respon yang bagus. Dia tersenyum.
“Boleh kenalan, ya?” ucap Vicky.
Reynand memilih pergi meninggalkan Vicky dengan gadis kenalannya. Rey memilih duduk di bangku halte. Rey memperhatikan laju kendaraan.
Ia melihat ada seorang ibu muda yang tengah kebingungan.
“Kenapa mobilnya, Tan?” tanya Rey.
“Gak tau, tiba-tiba aja enggak bisa distarter.” Ucap tante itu dengan wajah panik.
“Boleh Saya, cek?” Rey menawarkan bantuan.
“Silakan.”
Rey membuka bagian depan mesin mobil, melihat semua perangkat mesin dan mulai mengecek.
“Ini overheating.” Rey menjelaskan.
“Maksudnya?”
“Isi air radiatornya habis, Tan.”
“Oh ....”
“Tante ada coolant untuk pendingin radiator? Tanya Rey.
“Gak ada.”
“Air mineral ada?”
Wanita itu membuka pintu mobil, mengambil air mineral yang ada dalam botol.
“Ini.” Wanita itu menyerahkan air dalam botol.
Rey mengisikan air itu ke dalam radiator mobil perlahan. Wanita itu terus memperhatikan Rey yang mempunyai wajah rupawan. Badannya tinggi sekitar 180 CM, kulitnya putih, hidungnya mancung dan bermata sipit.
“Udah, Tan. Coba di starter.” Ucap Rey.
Wanita itu terperanjat karena ia sedang memperhatikan seorang anak muda yang menurutnya piawai memperbaiki mobil.
“Oh ... Iya.” Wanita itu membuka pintu mobil dan menstarter mobilnya.
“Bisa,” ucap wanita dalam mobil. Ia pun kembali turun dan menghampiri Reynand.
“Makasih,” ucap wanita itu.
“Sama-sama, Tan.”
Wajah Reynand terlihat berlepotan kotor oli. Wanita itu mengelap wajahnya dengan tisu yang ia ambil dalam tas selempang kecilnya. Mata Reynand yang sipit kini membulat, ia kaget ketika tisu itu menyentuh kulit wajahnya.
“Sorry ... wajah Kamu tadi ada olinya,” ucap wanita itu.
“Nama Saya Emillia, sebut saja Saya Emi. Saya bekerja di Rumah Sakit Bunda Asih. Namamu siapa?” wanita itu menjulurkan tangannya.
“Reynand. Panggil saja Rey.” Rey meraih tangannya.
Mereka pun berkenalan. Ternyata, wanita yang mengaku bernama Emillia itu merupakan seorang dokter. Emillia wanita yang cantik dan anggun. Pakaiannya juga rapi, enak di pandang karena ia seorang dokter jadi berpenampilan rapi.
Bola mata berwarna hitam yang sayu, sangat teduh apabila memandang. Rambut yang sedikit ikal bergelombang menambah kesan anggun pada wajahnya yang cantik.
“Ya udah. Makasih ya, Rey. Saya pamit takut telat sampai Rumah Sakit.” Ucap Tante Emi.
“Oke! Hati-hati, Tan.”
Emillia berlalu pergi dengan mobil yang berwarna putih.
Tak berselang lama, Vicky pun menghampiri. Dengan wajah yang ceria, ia menceritakan tentang perkenalannya dengan gadis yang baru ia kenal.
“Bro! Akhirnya Gue dapat nomor WA-nya Desi!” Vicky terlihat bahagia.
“Desi?” tanya Rey heran.
“Iya. Cewek yang tadi kenalan sama Gue!” Wajah Vicky semakin berbinar.
“Lah ... apa untungnya buat Gue coba? Lapar iya, Gue nunggu Lu dari tadi. Keriting Gue!” ucap Rey bernada kesal.
“Heleh! Matahari aja gak ada pakek ngomong keriting, Lu! Ya udah, ayok kita makan. Gue yang teraktir dah! Lagi bahagia Gue!” pungkas Vicky yang menarik tangan Rey.
***
Sementara di tempat lain. Ada Jovanka yang bersiap pergi mengendap-ngendap dari jendela. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.
Jo tengah asik menikmati kehidupan malam dengan teman-temannya. Kadang mereka ke Mal, Cafe, atau ke tempat karaoke.
Dengan baju yang minim dan membawa tas selempang kecil. Jo keluar dari pintu gerbang rumahnya dan langsung masuk dalam mobil Fanya yang berwarna merah.
“Jalan ke mana kita malam ini, guys?” tanya Jo.
“Ke Cafe aja yuk, di Braga. Biasanya banyak tuh cowok ganteng di sana, apa lagi ini malam minggu. Iya gak, guys?” Fanya bertanya kepada Frisca dan Salsa.
“Yuhuuu ....” jawab Frisca dan Salsa.
“Oke! Gue ikut!
Mobil melesat ke jalan Braga dengan kecepatan sedang. Jo dan kawan-kawannya telah janjian memakai mini dres di atas lutut. Terlihat cantik namun terlalu seksi apabila kaum adam yang melihat.
Di Cafe itu mereka duduk di meja yang berada di pojokkan. Semua terlihat ceria. Ketawa-ketawa bersama. Hingga akhirnya ada empat pemuda yang menghampiri mereka.
“Hay ... Girl’s. Boleh Kami gabung bersama kalian?” ucap seorang pemuda.
“Silakan,” Salsa membuka tangan lebar.
Akhirnya ke empat pemuda itu bergabung dalam meja yang sama. Perkenalan pun terjadi seiring perbincangan hangat mereka.
Fanya, Frisca dan Salsa sudah terbiasa mengobrol bersama laki-laki. Sementara Jo, dia lebih kalem.
Akhirnya mereka berenam pulang di mobil Fanya. Sedangkan Jo di tinggal dengan seorang laki-laki bernama Tristan.
Tristan seorang laki-laki yang tampan tapi karena ketampanannya itu, ia menjadi seorang play boy di kampusnya.
Kampus?
Ya! Tristan seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Kota Bandung.
“Kak Tristan, balik, yuk?” Ajak Jovanka.
“Santailah Jo, masih siang.” Ucap Tristan yang menyepelekan. Padahal jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam.
“Tapi Aku takut sama Mama, Kak,” ucap Jovanka.
“Ya udah, Gue anter Lu balik. Ayok!”
Jo mengekor dari belakang dan masuk dalam mobil sementara Tristan masih terlihat santai di luar mobil.
“Kak, ayok!” sahut Jo.
Tristan menarik handle pintu mobil. Badannya ia condongkan masuk ke dalam mobil yang berwarna silver.
Tiba-tiba, tangan Tristan meraih tangan Jovanka. Dengan sekejap, jemari Jovanka telah ia genggam.
“Kakak mau ngapain?” Jovanka coba melepaskan genggaman erat dari Tristan.
“Santai aja kalik, Jo. Cuma pegangan tangan doang.” Ucap Tristan bernada santai.
“Lepasin! Aku enggak suka!” Jovanka menghempaskan lengan Tristan yang menggenggam jemari lentiknya.
Jovanka meraih handle pintu mobil dan bergegas ke luar dari dalam mobil.
Tristan ikut ke luar dari mobil dan mengejar Jovanka yang telah lari darinya.
“Jo!” Teriak Tristan.
Jovanka masih berlari dan tidak menoleh ke belakang. Dengan napas yang mulai terengah-engah ia masih berlari hingga ia menabrak seseorang.
BRUKK! (Jovanka menabrak seseorang).
“Sorry!” ucap Jovanka yang masih melihat ke arah belakang.
“Ngapain Lu di sini?”
Jovanka mendongak karena tubuh pria ini jauh lebih tinggi darinya.
“Rey?” Netra Jo membulat.
“Tolong Gue, Rey!” Terlihat ekspresi panik pada wajah Jovanka.
“Tolong apaan?” tanya Rey heran.
“Tolong sembunyiin Gue, Rey! Ada orang yang ngejar Gue!” ucap Jo dengan wajah yang penuh keringat.
“Emang kenapa? Gue gak ngerti.”
“Gak ada waktu pokoknya amanin Gue dulu!” pinta Jo.
“Ya udah Lu sembunyi di sana.” Rey menunjuk ke toilet.
Jovanka masuk dalam toilet. Seketika Tristan mencari dan bertanya pada Rey.
“Sorry, liat cewek imut memakai mini dres lari ke arah sini, gak?” tanya Tristan dengan napas ngos-ngosan.
“Banyak, Bang yang kek gitu. Ada yang ke sana dan ada juga yang ke arah sana.” Rey menunjuk arah.
“Heleh! Gue bingung kalau kayak gini. Ya udah, makasih!” ucap Tristan yang berlalu pergi.
Bersambung
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
JANGAN LUPA LIKE/KOMEN/VOTE Ceritannya, karena itu merupakan hadiah terindah untuk Penulis🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
(y06s amar)
🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍🏻
2022-03-01
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
tanda tanda ada jodoh nii🤭🤭
2022-02-28
2
🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ
Jo n Rey jodoh keknya
2022-02-21
1