“Sorry, Jo! Gue gak sengaja,” ucap Rey gelagapan.
“Iya gak papa. Makasih ya, Rey,” ungkap Jovanka.
“Untuk apa?” tanya Reynand mengernyitkan dahi.
“Semuanya. Lu udah selametin gue hingga lu terluka dan memar kek gini.” Jo mengusap pipi yang berdekatan dengan matanya Rey.
“Aw!” ucap Rey meringis pelan.
“Ikut gue, yok?” Ajak Jo pada Rey.
“Ke mana?” jawab Rey heran.
“Gue mau obatin, Lu!” Jo menarik lengan Rey.
***
Jo memesan taksi on line. Dengan terhuyung, mereka melangkahkan kaki dari dalam kamar hotel. Pada wajah Rey dan bagian lain yang di pukul menyisakan luka lebam biru kehitaman.
Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Jo membawa Rey ke rumah tante Emi.
“Ini rumah siapa?” tanya Rey mengernyitkan dahi dengan penuh keheranan.
“Rumah Tante Gue.”
Ting ... Tong .... (Jo memencet bel)
CKLEK
Suara pintu terbuka. Terlihat sosok gadis kecil cantik yang membukakan pintu rumah.
“Kak, Jo?” Mata sayu gadis kecil itu melebar.
“Mama ada, Dek?” tanya Jo kepada gadis kecil itu.
“Ada di dalam, masuklah.”
Gadis kecil itu membukakan pintu lebar. Nourma, itu adalah nama gadis yang membukakan pintu. Ia adalah anak dari Emillia yang tak lain tante dari Jovanka.
Nourma anak yang cantik namun mempunyai sifat introvert sejak perceraian orang tuanya dua tahun yang lalu.
Sifat ceria Nourma kini berubah drastis semenjak perceraian itu. Ia lebih suka menyendiri sehingga ia tidak mempunyai banyak teman. Norma seorang siswa Sekolah Dasar kelas enam.
Kegiatannya hanya sekolah dan menghabiskan banyak waktu dalam kamar sepulang sekolah.
“Malam, Tante.” Jovanka menyapa.
“Hai, Jo.” Sapa tante Emi.
“Tan, boleh pinjem kotak P3K?”
Tante Emi melangkahkan kaki, mendekati lemari kayu yang tertutup kaca bening dan mengambil kotak P3K.
“Ini, buat apa Jo?” tanya tante Emi.
“Buat ngobatin luka teman.”
“Loh ... emang temennya kenapa?” tanya tante Emi.
“Tadi Jo hampir dijahatin orang, Dia yang nolongin. Nah, Dia malah kena pukul, Tan.” Jo menerangkan.
“Masa? tapi, Kamu gak papa kan?” tanya tante Emi mengkhawatirkan.
Jo menggelengkan kepala seraya tersenyum.
Tan, malam ini Jo nginep sini, ya? Tolong kasih tau Papa, Jo takut.” Pinta Jovanka.
“Baiklah.” Tante Emi menelepon papanya Jovanka.
Jo melangkah ke ruang tamu, karena Reynand ada di sana Sedangkan Nourma sudah kembali masuk dalam kamarnya sedari tadi.
“Aw!” suara Rey menahan rasa sakit.
Tante Emi mendengar suara laki-laki dari dalam rumahnya. Ia melangkahkan kaki menuju ruang tamu.
“Rey?” Mata sayu tante Emi terbelalak.
“Tante Emi?” ucap Rey yang sedang menahan rasa sakit.
“Loh ... Kalian udah saling kenal?” tanya Jo ketika memandang mata tante Emi dan Rey secara bergantian.
“Iya. Waktu lalu, mobil Tante mogok terus ditolongin sama Rey.”
“Oooh ....” Jo menganggukkan kepala sambil mengobati luka Reynand.
Sedangkan Rey terlihat meringis kesakitan menahan rasa perih pada pelipis mata dan wajahnya.
“Jo, bukan seperti itu caranya.” Ucap tante Emi.
“Lalu?”
“Sebentar.”
Ucap tante Emi yang melenggangkan kaki mengambil air es dan handuk. Dalam urusan ini, tante Emi jagonya. Wajarlah, ia kan seorang dokter.
Tante Emi mengambil alih untuk mengobati luka lebam di wajah Rey. Rey juga terlihat lebih tenang. Netra Rey dan tante Emi saling berpandangan. Ada debar di dada tante Emi ketika melihat mata sipit dari seorang laki-laki yang menatapnya.
Jo memperhatikan mereka. Ada rasa kesal pada diri Jovanka ketika netra Rey dan tante Emi telah saling pandang. Terlebih, tante Emi ini merupakan seorang janda.
‘Apa yang terjadi denganku? Kenapa hatiku sakit melihat Rey menatap mata Tante Emi?’ tanya dalam hati Jovanka.
“Udah selesai, Rey.” Tante Emi tersenyum.
“Iya. Makasih, Tan.” Ucap Rey dengan membalas senyuman.
“Rey, mending Lu balik gih! Udah malem juga.” Ucap Jovanka dengan nada kesal.
“Jo. Kasihan Rey, lah. Biarkan ia meredakan dulu rasa perih pada lukanya.” Ucap tante Emi.
“Serah lah!” Jo memilih masuk dalam kamar.
“Ya udah, Tan. Rey pulang aja. Benar katanya Jo, ini udah malam.” Pungkas Reynand.
“Aku anter, ya?” ucap tante Emi.
“Gak usah, Tan. Malah merepotkan.” Rey menolak.
“Gak papa, itung-itung tanda terima kasih. Kan, Kamu udah tolongin ponakan Tante.”
Tante Emi mengambil kunci mobil yang ia taruh di atas laci meja televisi.
“Ayok, Rey!”
Tante Emi berjalan meraih handle pintu. Sedangkan Rey, mengekor dari belakang.
Ada bayangan wanita dari jendela kamar atas. Ia mengintip di balik tirai.
‘Jo?’ pekik dalam hati Rey.
Tante Emi sudah mengeluarkan mobil dari garasinya. Rey membuka handle pintu dan menaiki mobil yang berwarna putih milik tante Emi.
Hati Rey, teringat kepada Jo yang tadi menguntit di balik tirai kamar. ‘Apakah Jo cemburu terhadapku?’ tanya hati Rey.
Hening.
“Rey, Kamu tinggal sama siapa?” ucap tante Emi yang memecah keheningan.
“Nge-kost, Tan.”
“Mandiri juga ya, Kamu?”
Rey tersenyum, “Biasa aja, Tan. Banyak juga yang nge-kost seperti Saya.”
Tante Emi tersenyum.
Di perjalanan, mereka saling mengobrol.
Sedang tante Emi sekali-kali mencuri pandang, memperhatikan ketampanan Rey. Si cowok ingusan tapi terlihat mandiri.
Mungkin, kedewasaan tidak dapat dinilai dari usia. Terbukti dengan Rey, walau pun usianya masih belia. Ia terlihat mandiri.
Tibalah mereka di depan gerbang kost Reynand. Alangkah terkejutnya tante Emi ketika pintu gerbang telah dikunci.
“Lah ... dikunci, Rey! Gimana?” tanya tante Emi dengan ekspresi khawatir.
Rey tersenyum.
“Tenang aja, Tan.”
“Gimana Kamu bisa masuk?” Netra sayu tante Emi memandang.
“Tante pulang aja.” Pinta Reynand.
“Enggak! Tante mau lihat Kamu sampai masuk ke dalam kontrakan."
“Baiklah.”
Rey membuka handle pintu mobil dan mendorongnya. Badan jangkungnya membungkuk, ketika ia hendak keluar dari dalam mobil.
Rey melangkahkan kaki menuju pagar kontrakan. Di dalam mobil, ada tante Emi yang memperhatikan. Mata tante Emi terbelalak ketika Rey memanjat gerbang kontrakan.
“Dasar, bocah!” Tante Emi tersenyum seraya menggelengkan kepalanya heran.
Dari dalam gerbang, Rey melambaikan tangan. Tante Emi pun melambaikan tangannya dan membunyikan klakson mobil dan berlalu pergi.
Di dalam mobil, tante Emi terus terbayang tentang tingkah konyol Reynand yang menurutnya absurd.
***
CKLEK
Rey membuka pintu kamarnya. Baru saja hendak masuk dalam kamar. Vicky sudah memanggil.
“Rey!” Panggil Vicky yang nongol di pintu kamar miliknya.
“Paan?” jawab Reynand sambil menoleh ke arah Vicky.
“Buset! Tu muka kenapa?” Vicky menunjuk wajah Reynand.
“Hadiah dari Tristan. Paan? Tadi panggil Gue?” tanya Rey.
“Bu Kost nyariin. Kek nya mo nagih duit kontrakan. Lu belum bayar pan?” tanyan Vicky.
“Iya.” Rey tertunduk.
“Santai, Bro! Gue udah bayarin dulu.” Ucap Vicky.
Wajah Rey terangkat dan memandang wajah Vicky, “Thank’s ya, Vic. Nanti Gue ganti secepatnya.”
“Santai aja, Bro!”
.
Hari pertama masuk sekolah menggunakan seragam putih-abu. Ada kebanggaan dalam hati Rey apabila ia bisa membiayai sekolah sekaligus hidupnya sendiri. Rey ingin membuktikan bahwa ia bisa berdiri di kakinya sendiri.
Sesampainya di sekolah. Rey dan Vicky masuk kelas. Jam pelajaran pun di mulai ketika guru telah memperkenalkan diri. Begitu pun dengan para siswanya, saling berkenalan.
Banyak teman sekelasnya, bahkan di luar kelas yang mengidolakan Reynand Adam. Walau ia berpenampilan biasa, ia mendapatkan banyak penggemar dari siswi di sekolah. Dengan wajah yang tampan, berkulit putih, hidung mancung, badan tinggi dan bermata sipit Rey menjadi idola cewek di sekolahnya.
Bel istirahat berbunyi.
Vicky pergi ke kantin. Sedangkan Rey hanya duduk sambil membaca buku pelajaran di kursi yang berada di bawah pohon.
Tiba-tiba ada orang di depannya. Rey mendongak, melihat siapa yang tengah berdiri di hadapannya.
“Jo?” Mata Rey semakin menyipit.
“Nih, Gue kembaliin! Makasih.” Ucap Jo yang menyerahkan jaket milik Rey.
Rey menatap wajahnya yang benar-benar kecut di siang ini. Rey meraih jaket miliknya yang berada di tangan Jovanka.
“Lu kenapa?” tanya Rey.
“Gak papa! Gue balik kelas, ya?” Jo memutar badannya.
Dengan cepat, Rey menarik tangan Jo. Jovanka pun menoleh, kini netra mereka telah berpandangan. Ada desir yang bergemuruh dalam diri Reynand , begitu pun dengan Jovanka. Mereka berpandangan hingga beberapa detik.
“Jo,” ucap Reynand.
Mata Jovanka mendelik.
“Lu marah?” tanya Reynand.
Jo membisu.
“Kalau Lu marah, karena apa?” Rey terus bertanya sedangkan Jo tetap membisu.
“Lu gak peka!”
Jo menghempaskan tangan Rey dan berlalu pergi.
“Gak peka? Gue? Ke Dia? Apa maksudnya?” Reynand heran.
Rey kembali duduk di kursi dan membaca buku pelajaran. Sesekali, Rey teringat tentang uang yang semakin menipis.
Gue harus kerja! Tapi, apa ada kerjaan yang dimulai siang hari sehabis pulang sekolah? Isi hati Reynand berucap.
Bel sekolah pun kembali berbunyi. Menandakan waktu istirahat telah habis. Rey berjalan memasuki kelas, pelajaran pun kembali di lanjutkan.
Rey dan yang lainnya telah berganti baju olahraga karena setelah jam istirahat memang bagian pelajaran olahraga.
Setelah guru memberikan teori dalam kelas. Akhirnya siswa dan siswi menuju lapangan olahraga. Basket menjadi pelajaran hari ini. Pak guru akan memilih kapten basket untuk kelas X (sepuluh).
Setiap kelas diberikan perwakilan satu orang khusus untuk kelas X (sepuluh) ada lima orang yang terpilih untuk kandidat kapten putra, Reynand adalah salah satu kandidat yang terpilih.
“Ayok, Rey!”
Riuh suara siswi yang menyerukan dan mensuport Rey agar bisa menjadi kapten basket terpilih di kelas X (sepuluh).
.
“Jo, si Rey kalau lagi pakai seragam olahraga keliatan tambah ganteng, ya?” ucap Salsa berbisik.
“Diem, Lu! Nanti kita dihukum sama Guru killer!” ucap Jo berbisik.
Ternyata, Jo melirik ke lapangan olahraga yang kebetulan terlihat dari kaca jendela di kelasnya.
Matanya terus memperhatikan ketika Rey sedang bertanding memperebutkan gelar kapten basket di kelas X (sepuluh).
“Misi, Bu. Saya ijin ke toilet,” ucap Jo mencari alasan.
“Silakan!”
Jo keluar dari dalam kelas. Bukannya ke toilet, ia malah mendekat ke lapangan memperhatikan Rey yang terlihat semakin cool.
.
Jo melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Mampus! Udah dua puluh menit? Mati Gue!” Jo langsung bangkit untuk kembali ke kelasnya.
Namun, batinnya berontak. Ia ingin melihat Rey sampai dengan selesai, sambil sesekali ia meneriakkan nama Reynand seperti yang lainnya.
Jo kembali duduk dan menyaksikan Rey yang sedang bermain bola basket.
“Ayo, Rey!” Teriak Jovanka.
Rey melihat ke arah Jovanka dan tersenyum manis pada Jo. Jovanka semakin betah menyaksikan Rey yang tengah bertanding merebutkan posisi kapten basket.
“Aduhhhh!” Jo meringis, ketika telinganya dijewer.
Mata Jo melirik, ternyata Ibu guru killer datang menjemput Jo dengan jeweran di telinga.
Bersambung..
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
JANGAN LUPA LIKE/KOMEN/VOTE Ceritannya, karena itu merupakan hadiah terindah untuk Penulis
By : Boezank ** (Dareen)🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Asti Asyifa
cinta oh cinta ya. 🤣🤣🤣
2022-03-04
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
klu ada guru killer gtu suasana kelas pasti kayak rak ada penghuni ya🤣🤣🤣
2022-02-28
2
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
hahahah blum pernah kena jewer. tpi pernah ketahuan lihat jimat saaat ulangan 🤭🤭🤭
2022-02-28
2