produk gagal
Pagi yang cerah, bangun lebih awal, sarapan pagi, tidak terburu-buru dan berhasil masuk kantor tepat waktu. Sungguh, rutinitas yang sangat menyenangkan, bukan? Hari ini, entah mengapa semuanya dimulai dengan langkah yang lancar.
Aku dengan bangganya, melewati pintu masuk kantor. Menyapa para resepsionis yang masih bersiap-siap, dengan senyum secerah cahaya. Aku bisa melihat, mereka sampai tertegun sambil membalas sapaanku.
Ya... Aku memang, rajanya telat sih. Siapa yang tidak kenal, Reine Dallaire? Si asisten manajer Front Office, yang selalu datang terlambat. Sudah puluhan kali, Manajer memarahiku. Saking seringnya, terkadang dia sampai malas dan bingung mau memarahiku yang seperti apa.
Enggak, bukan karena aku terlalu larut tidur dan bangun kesiangan kok. Alasan klasik! Tentu, bukan itu! Aku terlambat, karena alasan yang sangat penting. Jika aku tidak telat, aku akan membuat seseorang berada dalam bahaya.
Hmm, agak rumit sih. Jadi gini, setiap kali aku hendak naik bus, selalu saja ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Entah di jambret, kecelakaan, sakit mendadak ataupun hal lain yang membuatku tidak bisa berdiam diri. Karena hal sepenting itulah, aku harus menyelamatkan mereka semua! Harus!
“Pagi, Miss Dallaire... Kau, sudah tidak berubah jadi Captain Marvel lagi? Atau Black Widow? Mungkinkah, Spiderman? Biar ku tebak, karena hari ini datangnya cepat berarti, berubah jadi... Flash?” sapa seorang wanita 35-an. Rupanya, dia baru saja tiba lewat pintu belakang kantor. Aku hanya menyunggingkan senyum yang paling manis.
Ah, ya, kenalkan. Dia adalah atasanku, Manajer Front Office di tempatku bekerja. Namanya, Claudia Harlett. Biasa di sapa, Lady Dia.
Sebagai info saja, aku bekerja di sebuah hotel berbintang lima. Hotel berkelas dengan kemewahan yang tiada tara, Golden Luxury Hotels. Kami memiliki fasilitas lengkap berupa, Restoran dan Bar, Salon dan Spa, Kamar dengan tipe Standar dan Suite, kolam renang, fasilitas olahraga serta...
He’em.
Sorry, aku bukan sedang beriklan. Hehehe...
Oh, ya, hampir lupa! Di hotel kami, panggilan pada sesama staff juga agak berbeda. Hotel ini memiliki konsep berbeda. Setiap staff wanita yang lebih tua dipanggil, Lady. Dan sisanya yang lebih muda, dipanggil Miss.
Kalau pria, tentu saja Mister untuk yang lebih muda. Dan yang tua, Sir. Ah, ya. Ini juga berlaku untuk para tamu, lho!
Biasanya, kami memanggil tamu yang lebih tua dengan sebutan, Madam. Kalau pria, Sir. Dan kalau yang lebih muda, tentu Miss dan Mister. Itu sebuah aturan yang harus dipatuhi. Kalau sampai dilanggar... Bakal potong gaji. Langsung!
So, seperti itulah tempat kerjaku. Karena hotelnya besar, jadi tentu pekerjaanku seperti tiada habisnya. Kesana, kemari. Membantu ini, itu, dan lainnya. Yah, begitulah.
Tentu, lebih baik begitu. Karena semua hal yang ku kerjakan, merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Lebih tenang dan nyaman, meski harus mondar-mandir tak karuan.
“Miss Dallaire?” panggil Lady Dia dengan nada sedikit kencang. Mungkin karena, aku terlalu enak melamun dan mengabaikan perintah darinya. Aduh, padahal hari ini aku sudah sukses tidak dimarahi, karena datang lebih awal.
Tapi, mengabaikannya saat sedang menugaskan sesuatu, tentu adalah hal yang sangat enggak baik. Pasti, bakal di marahi lagi nih...
“Miss Dallaire? Sudah bagus, tidak telat datang. Sekarang, kau malah melamun. Kenapa? Ada wanita paruh baya yang sedang kau khawatirkan? Dia pasti, sudah di tangani oleh tim dokter dengan baik. So, dengarkan aku, oke?” pinta Lady Dia mengingatkan. “Baik, Lady. Mohon maaf, saya menyesal...” ucapku memohon. Lady Dia tampak menghela nafas sembari mengangguk pelan. Hhhh, aku aman.
Aku melangkah keluar dari ruanganku. Lady Dia memberiku tugas, untuk memastikan kesiapan kamar Suite yang nantinya, di tempati oleh tamu VIP kami. Hari ini, akan ada tamu khusus yang menginap. Menurut data yang kulihat, tamu ini adalah sahabat dekat pimpinan hotel. Jadi, kami harus benar-benar melayaninya dengan baik.
Hhh, jadi hari ini bakalan sibuk nih. Selain memastikan semuanya berjalan lancar, aku juga harus menyambut tamu VIP yang akan datang, tak lama lagi. Entah kenapa, Lady Dia mendadak memintaku untuk menemaninya menyapa tamu. Biasanya, paling aku berada di meja resepsionis untuk berjaga-jaga.
Duh, kalau ikut menyapa, berarti... aku juga harus menjelaskan keunggulan hotel kami, layaknya tour guide nih. Hhhh, lagi-lagi... Karena bakal super sibuk, aku harus menghemat energi, supaya fit pas nanti tamunya datang. Pimpinan juga, pasti akan ikut turun untuk menyambut. Aku enggak boleh lengah!
Belum sempat aku melangkahkan kaki ke kamar Suite, di meja depan mendadak ramai. Aku segera memeriksa apa yang sedang terjadi di sana. Dengan berhati-hati, aku melangkah ke arah meja depan, tempat para resepsionis tengah bersitegang.
Ketika kepala resepsionis melihat kedatanganku, dia terlihat mengode, menyuruhku untuk segera membantunya. Keadaan kala itu, sangat genting. Tamu dari kamar 245, mendadak mengamuk.
Dengan kesopanan tingkat dewa, aku berusaha menangani masalah. Saat ini, Lady Dia sedang ada rapat dengan para manajer dan pimpinan lain, di lantai atas. Aku harus menghandle-nya, tanpa bantuan lain.
“Mohon maaf sebelumnya, ada yang bisa saya bantu, Madam?” tanyaku diikuti senyum manis. Tamu tersebut, wanita berusia paruh baya. Dengan setelan gaun hitam, dia mencoba memadukan gayanya bersama sebuah selendang merah.
Panjang selendang itu, hingga terbentang di sepanjang tubuhnya. Bahkan selendang itu, terlihat sampai jatuh ke lantai. Ku rasa, akan sangat sulit untuk mencucinya. Pasti, ongkosnya bakal mahal. Kainnya bagus. Keluaran brand ternama, kali ya? Mewah sekali...
“Apa kau... kepala hotel di sini?” balasnya balik bertanya. Aku buru-buru kembali fokus. Alih-alih mengomentari fashion, ku pikir segera menyelesaikan masalah adalah hal yang lebih penting saat ini. Hmm.
“Saya Reine, asisten manajer meja depan. Ada yang bisa saya bantu, Madam?” tanggapku. Ya, kalau anda sedang mencari atasan, tentu mereka enggak ada di sini. Jadi, tolong... hadapi aku saja.
Tanpa babibu, wanita tersebut langsung menyiramku dengan sebotol air mineral. Baru tahu, kalau dia membawa sebotol air. Dan aku enggak tahu, dia mendapatkannya dari mana. Oh, ya, dari meja dalam kamar. Hotel kami kan, selalu menyediakan air di seluruh kamar.
Sontak, semuanya tampak syok. Baik itu resepsionis, kepala resepsionis hingga tamu lain yang sedang berada di sana. Di siram air di pagi yang cerah kayak gini, sama sekali enggak enak. Hhhmm, nasibku...
Salah satu resepsionis bernama, Miss Cara yang bertugas saat itu, mencoba untuk membantu menyeka air yang membasahi kedua mataku. Gara-gara airnya ikutan masuk ke dslam mata, aku agak sukar melihat. Miss Cara memberi beberapa tisu, untuk mengatasi kekacauan di wajahku terlebih dahulu.
Rupanya, aku benar-benar harus menyelesaikan hal ini dengan cepat. Agar kejadian ini, tak menjadi masalah lain yang makin besar. Belum lagi, beberapa tamu lain tampak mengabadikan insiden ini. Ouwh, yang benar saja!
Tidak, Reine! Sebelum gajimu terpotong, kau harus menghentikannya. Buru-buru, ku perintahkan resepsionis untuk menenangkan tamu lain. Mereka juga ku perintahkan, agar membubarkan tamu yang masih bergerombol serta, meminta mereka untuk berhenti merekam. Harus kupastikan, rekaman dari kejadian buruk ini, berhasil terhapuskan.
Sekarang, biar ku atasi tamu yang satu ini. Aku tidak mengerti, apa yang wanita tersebut lakukan. Jadi basah kuyup itu... juga enggak enak.
“Sebelumnya, mohon maaf. Kesalahan kami mungkin sangat fatal, hingga membuat Madam harus melakukan hal ini. Namun, alangkah lebih baiknya, Madam memberitahukan masalah kepada kami. Agar kami, bisa langsung menyelesaikan...” “Manis” sela tamu wanita tersebut. Aku mengerutkan kening. Tentu, siapapun bakal menanggapinya begitu. Manis? Apa maksudnya, sih?
“Maaf, Madam? Manis? Apa maksud anda...” ucapku tak sampai. Mulutku tiba-tiba kelu, saat menatap kedua mata wanita tersebut. Aku kenapa? Kenapa aku merasa seperti... Tidak bisa bergerak? Bohong, nih.
“Kau! Kaulah yang manis. Benar, tebakanku! Di mana lebah berkumpul, di situlah ada darah yang nikmat akhirnya muncul” ujar wanita tadi. Sepintas, dia terlihat gembira dan bangga, akan pencapaiannya. Hah? Apa sih? Lebah? Darah yang nikmat? Sejak kapan lebah, berkumpul mengerubungi darah?
Sumpah, aku enggak ngerti. Dari pada bikin bingung, tolong buat aku bisa bergerak lagi dong! Tubuhku benar-benar... Enggak bisa bergerak.
“Aku yang pertama! Tak ada yang boleh mengganggu santapanku!!!” seru wanita tersebut. Dia mendadak terbang ke langit-langit. Kau bisa bayangkan? Dia terbang, hanya menggunakan selendang merahnya yang panjang tadi. Iya, dia terbang!
Dan tanpa aba-aba, dia menukik ke arahku. Seakan, bersiap untuk menyantapku hidup-hidup. Aku masih terdiam, meski para resepsionis dan kepala resepsionis berusaha menghentikan wanita paruh baya tadi.
“Miss Reine, awas!!” teriak si kepala resepsionis, Miss Marine. Hah? Awas?
Tunggu, apa?!
Aku benar-benar tersadar, saat wanita paruh baya tadi mendadak mengeluarkan dua buah taring panjang. Saking panjangnya, sampai kedua taring keluar dari mulutnya. Tanpa diperintah, ragaku ingin berlindung.
Semua orang panik, berusaha berteriak untuk menyadarkanku ataupun berusaha menyelamatkanku. Tapi sayangnya, tubuhku... masih tidak bisa bergerak. Wanita paruh baya tersebut, terbang dengan kecepatan yang tak masuk akal.
Melihatnya terbang saja, bagiku tak masuk akal. Di tambah lagi, memamerkan taringnya yang tajam. Kurasa, hidupku enggak bakal lama dengan segala kegilaan ini.
Apa... sudah waktunya, ya? Kalau begitu, Mom, tunggu aku di sana. Mungkin hari ini, aku akan menyusulmu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Wih ..keren nih kayaknya kak. ☺️
2022-09-22
1
Putri
cerita tentang vampir kah ?
2022-08-22
1
dita18
mampir thoorrr
2022-08-05
1