Wanita bertaring dengan selendang merah, menerjangku bak kilat menyambar. Tubuhku, masih tidak bisa bergerak. Walau beberapa orang, berusaha melindungiku.
Harusnya, aku segera menghindar, bukan? Kebodohanku, membuat nyawaku terancam. Mungkin memang, tak ada jalan lain selain, menerimanya. Aku mendadak putus asa dan pasrah dengan kehidupanku. Meski aku masih berharap, ada sedikit cahaya yang dapat membantu.
Kuputuskan untuk memejamkan kedua mata. Agar aku, tak merasakan sakit ketika wanita bertaring itu hendak menyakitiku. Dalam hatiku berkata,
Ah ya, bukankah aku sudah sering mendapatkan ini?
Semenjak aku mengetahui rahasia kedua orang tuaku, semuanya menjadi semakin sulit. Bahkan, walaupun aku tidak mengikuti jejak mereka berdua, tetap saja... para iblis seperti mereka selalu mengancam nyawaku. Kadang, aku memang bisa melawan mereka.
Entah itu, dengan sebongkah batu. Ataupun, dengan sebuah kayu. Biasanya memang, aku berhasil lolos dengan mudah.
Sayangnya, kali ini berbeda. Karena tak bisa bergerak, aku gagal membela diriku sendiri. Hhh, ya sudahlah... aku tidak tahu lagi. Pikiranku berhenti, ketika terdengar suara yang cukup keras berada di hadapanku.
Buakkkk!
“Miss Reine!” panggil sebuah suara yang tak asing. Khayalan. Tidak mungkin, suara itu memanggilku. Apa mungkin, karena hidupku tak lama lagi, aku jadi berhalusinasi? Mana ada, orang yang bisa membantuku? Para resepsionis saja, tidak berhasil menghalau monster bertaring itu.
“Miss Reine!! Cepat bangun!” seru suara itu lagi. Aku tidak akan membuka mataku sekarang. Pasti, nanti bakal syok. Suara itu, milik malaikat kali ya? Tidak, aku belum siap.
“Miss Reine!!!” teriaknya makin kencang. Mendadak, aku teringat suara tersebut. Seperti suara...
“Lady Dia?!” balasku pada akhirnya. Ya, setelah aku membuka kedua mataku, tentunya. “Aduh, ku kira kamu... Syukurlah. Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?” tanya Lady Dia dengan wajah khawatir. “Saya... Eh?” ucapku terbata, usai merasakan tubuhku bisa bergerak kembali.
“Saya bisa bergerak!” pekikku girang. Lady Dia menghela nafas lega, diikuti senyumnya yang khas. “Miss, tolong bawa Miss Reine ke klinik. Dia harus beristirahat” pinta Lady Dia pada beberapa orang resepsionis. “Tapi... bagaimana dengan tamu VIP-nya?” tanyaku menolak.
Lady Dia tampak menghela nafas lagi. Kali ini, dia terlihat kesal sembari berkacak pinggang. “Kamu harus beristirahat! Bagaimana bisa... setelah semua kekacauan ini terjadi, kamu masih memikirkan tamu VIP. Cepat, bawa dia ke klinik sebelum aku yang akan menggigitnya!” perintah Lady Dia, terdengar agak menakutkan. Yah, meski dia enggak punya taring. Tapi, kupikir... lebih menakutkan dia sih.
Miss Cara dan Miss Marine buru-buru membantuku berdiri. Mereka memegangiku hingga sampai di klinik hotel. Di sana, Miss Emma memeriksa keadaanku dengan teliti.
Sembari masih terbaring di ranjang klinik, aku teringat akan wanita berselendang merah tadi. Bagaimana bisa, semuanya kembali normal begitu saja? Apa yang terjadi, ketika aku tidak sadarkan diri?
Eh? Apaan? Aku masih sadar, kok! Salahku, enggak membuka mata. Kalau tadi aku membuka mataku, pasti aku akan tahu apa yang terjadi dengan wanita berselendang merah.
“Miss Reine, kau baik-baik saja? Miss Emma, dia baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka, bukan?” tanya Miss Marine cemas. “Keadaannya normal. Hanya saja, Miss Reine mungkin masih syok. Jadi, biarkan dia istirahat dulu sebentar” terang Miss Emma. Miss Marine tampak mengangguk mengerti.
“Miss Marine, bagaimana dengan wanita berselendang tadi?” tanyaku penasaran. Sebelum dia dan Miss Cara meninggalkanku, aku harus tahu apa yang telah terjadi tadi. Aku menatap Miss Marine dengan sorot mata serius. Yah, meski mataku ingin sekali terpejam sejenak.
Miss Marine menoleh ke arah Miss Cara sejenak. Dia terlihat ragu untuk menceritakan kejadian tadi padaku. Padahal, aku sudah siap lho, akan semua hal yang bakal dia ceritakan. Aku baik-baik saja!
“Tolong, jangan membuatku tidak tenang. Kalian berdua, juga berada di sana. Jadi, tolong jelaskan padaku” pintaku setengah memohon. Mendengarku memelas, Miss Cara mengangguk pelan ke arah Miss Marine. “Sebelum itu, tolong jangan katakan pada Lady Dia, kalau kami yang memberitahu anda tentang ini” jawab Miss Marine sebelum menjelaskan. Mungkin, mereka diperintahkan untuk tidak boleh mengatakan apapun padaku, ketika aku menanyakannya.
“Wanita tadi adalah iblis pengisap darah. Lady Dia bilang, wanita itu sangat berbahaya. Kalau saja Lady Dia tidak datang tepat waktu, mungkin saja anda telah berubah menjadi... ah, tapi untungnya, Lady Dia sudah mengusir wanita tadi” terang Miss Marine. Aku mengerutkan kening. “Mengusirnya? Dengan apa? Wanita itu sangat kuat, lho! Bahkan aku tadi, tidak bisa bergerak” tanyaku makin penasaran.
Miss Marine tampak kebingungan, ketika akan menjawab. “Dengan gagang sapu!” jawab Miss Cara cepat. “Haah?!” seruku tak percaya. Dia terlihat mengangguk, wajahnya berusaha meyakinkan.
“Lady Dia langsung memukulnya begitu saja. Saya pikir, anda-lah yang hebat! Saat kami berusaha melindungi anda, dengan menyerang iblis itu menggunakan kerikil, anda tiba-tiba memancarkan cahaya dan membuat sebuah pelindung. Lalu, iblis itu terpental mundur hingga tersungkur ke tanah. Dan seketika, Lady Dia datang serta memukul iblis dengan sapu” kisah Miss Cara panjang. Sudah kuduga, dia adalah pendongeng yang sangat baik. Tanpa ku minta, Miss Cara menjelaskan semuanya secara detail.
Padahal Miss Marine semenjak tadi, berusaha untuk menghentikan Miss Cara. Dia tampak menyikut lengan Miss Cara berkali-kali. Namun, tipe Miss Cara adalah tipe yang sekali bicara, dia bakal mengatakan segala fakta. Sampai ke akar-akar. Karena itu, aku selalu mengandalkannya saat ada perkelahian antar resepsionis atau karyawan lain.
Sekarang, aku jadi makin tak paham. Memancarkan cahaya? Membuat pelindung? Mementalkan iblis hingga tersungkur? Aku? Aku yang melakukannya?
“Hahahahahhh!!” tawaku keras. Saking kerasnya, baik Miss Cara maupun Miss Marine, tampak mundur selangkah. Mereka pikir, aku mungkin sudah kerasukan. Ya, kukira aku memang sudah kerasukan.
Astaga... bagaimana bisa, aku melakukan hal yang sehebat itu? Mustahil! Masih mimpi kali, aku!
“Berhentilah menceritakan novel orang lain, Miss Cara. Aku sedang tidak enak badan. Aku hanya ingin mendengar cerita yang sebenarnya, bukan cerita fiksi” pintaku kecewa. “Hah? Tapi barusan... saya menceritakan kejadian aslinya, Miss Reine! Anda yang melakukan itu! Hari gini... manusia biasa bisa apa, saat menghadapi para iblis? Kalau aku jadi anda tadi, pasti sudah tercabik-cabik tidak karuan. Tapi anda...” “Iya, iya...” selaku buru-buru mengiyakan. Yah, walau masih enggak percaya.
“Miss Reine, aku serius!!” pekik Miss Cara keras. Menandakan, dia benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Tapi ya... gimana ya? Bukannya tidak percaya, tapi aku kan enggak melihatnya sendiri. Jadi... ya...
“Miss Marine, Miss Cara, silakan kembali bekerja. Miss Reine, anda harus beristirahat. Sudah, lupakan hal yang tadi dan tidurlah. Anda harus rileks, agar keadaan anda stabil kembali” pinta Miss Emma. Dia mungkin agak kesal, karena melihat perdebatanku dengan Miss Cara. Memang, cukup berisik tadi.
Di sisi lain, dia mungkin juga mengkhawatirkan keadaanku. Setelah kejadian itu, aku mendadak lemas. Tubuhku, terasa agak melemah. Walau sedikit, tapi sangat berdampak sekali.
Sepeninggal Miss Cara dan Miss Marine, Miss Emma menyelimutiku dengan selimut milik klinik. Dia juga menyuruhku meminum sebuah obat, agar tubuhku fit kembali saat bangun. Tanpa menanyakan lagi, aku segera meminumnya. Obat itu, rupanya bekerja dengan sempurna. Beberapa detik saja setelah meminumnya, aku langsung tertidur.
~~
Reine...
Reine...
Reine...
Suara itu, memanggilku dengan lembut. Mirip suara ibu. Tidak, mungkin aku salah dengar. Paling, cuma mimpi. Tadi, aku kan habis minum obat dan tertidur.
Reine sayang... harusnya, kamu tidak melalui hal yang buruk seperti ini. Maaf, aku tidak bisa menolongmu tepat waktu. Seandainya saja, aku lebih cepat. Mungkin, monster itu bisa terusir tanpa membuatmu kesulitan.
Maafkan aku, Reine...
Kenapa kau minta maaf? Siapa? Kau siapa? Kenapa? Ibu? Tidak, dia bukan ibu. Mimpi apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa aku bermimpi seperti ini?
Maafkan aku, sayang... maaf...
Berhenti, minta maaf! Berhenti! Berhentilah!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments