Ayo Move On Sumiku!
Brakk!!
Seorang gadis muda berambut coklat gelombang dikucir kuda, dengan jaket kulit coklat berpadu celana bahan berwarna hitam mendobrak paksa pintu itu.
Gayanya yang tengil mirip sekali dengan preman pasar, dia langsung melayangkan pukulan pada pria yang sedang menindih gadis remaja berwajah cantik itu.
Pukulan demi pukulan terus gadis itu layangkan, dirinya yang cukup ahli bela diri tidak merasa kesulitan menganiaya pria setengah usia itu. Saat pria itu jatuh tersungkur, si gadis langsung menghampiri remaja yang tertindih itu. Rambutnya kacau, deruan nafasnya tidak menentu, beberapa bekas ciuman paksa tersisa di bahu, dan leher.
Wajah yang kacau itu dihiasi dengan luka di sudut bibir, ah sepertinya dia dicium paksa. Tanpa ditanya pun sudah jelas bahwa ini percobaan pemerkosaan.
"Kakak!" Gadis yang nyaris diperkosa itu memeluk seseorang yang baru saja menyelamatkannya.
"Kak! Vio takut! Vio kotor kak! Bibir Vio kotor! Badan Vio kotor!!" Dia menangis begitu terisak, badannya gemetar, wajar saja gadis yang baru berusia lima belas tahun itu hampir mengalami tragedi perampasan kesucian.
"Kak Tea, Kakak! Huwaa!!!" Tangisan Vio semakin pecah saat dia sadar, dia punya tempat bersandar. Namun mendadak Tea menjauhkan badan Vio. Tea berjalan dengan balok kayu di tangannya.
Bugh!!
Hantaman keras dan berulang kali dia layangkan pada pria yang sempat ia panggil Ayah ini. Kemarahan Tea sudah sampai puncaknya, Fakta bahwa Ayah tiri yang baru menikahi ibunya selama beberapa bulan mencoba menodai adik perempuan satu-satunya menggetarkan tubuhnya, darahnya mendidih sampai ke tulang-tulang.
"Sampah sialan! Mati sana!"
...***...
4 tahun sudah berlalu semenjak tragedi mengerikan yang nyaris merenggut kesucian Viocha yang masih berusia 15 tahun. Setelah kejadian itu Tea mencoba mengadu pada ibunya, meminta agar mereka segera bercerai dan mengusir pria itu pergi.
Tapi apa yang terjadi?
"Ayah mu gak mungkin lakuin itu, kalian pasti salah sangka."
Jawaban dari mulut seorang yang mengaku dirinya sebagai ibu, membuat Tea tak habis pikir. Dia adalah seorang ibu? Bahkan ibu kandung mereka? Bagaimana dia bisa mengatakan itu tanpa gemetar saat melihat leher dan sudut bibir putrinya yang memerah.
Apakah dia layak disebut sebagai seorang ibu? Tea benar-benar murka. Sejak saat itu dia memutuskan segala hubungannya dengan keluarganya, dia mengajak adiknya keluar dari rumah, membesarkannya seorang diri. Tea yang saat itu masih berusia 19 tahun harus menerima kejamnya hukum dunia.
Tea sudah nyaris melupakan mereka, tapi tiba-tiba ibunya menghubunginya, meringis dan menangis memohon agar Tea kembali. Tentu saja Tea tidak mau! Hingga pada akhirnya sang Ibu menceritakan penyakit yang di derita adik bungsunya, William.
Tea sang kakak tertua sekaligus anak sulung, tidak akan bisa menutup mata soal penyakit yang sudah adiknya derita sejak lama. Tea sangat menyayangi Will, Tea bisa melakukan apapun demi kedua adiknya.
Akhirnya disinilah Tea, berdiri di depan pintu rumah berdominan putih itu. Rumah yang memberikan kenangan buruk pada Viocha, rumah yang selamanya tak ingin Vio atau Tea lihat. Namun Tea terpaksa.
"Non Tea? Udah datang, silahkan masuk Non." Tea belum mengetuk pintu, tapi pelayan pria berkacamata yang tampak sudah tua itu langsung menyambut Tea. Tea sadar, bahwa kedatangannya memang sudah di tunggu-tunggu.
Tea tidak kenal pelayan itu, saat dia angkat kaki dari rumah, pria ini belum bekerja.
"Terima kasih Pak, dimana Will?" Tea langsung pada inti dan tujuannya.
"Masuk dulu Non."
Tea memutar bola matanya jengah, dia melangkah masuk, dan benar saja sudah ada si tua bangka sialan itu di ruang tamu.
"Oh anak ku, putri pertama ku yang cantik, pintar, dan kuat, Kau sudah kembali Nak? Ayo sini makan dulu." Pria tua itu merentangkan tangannya mencoba meminta pelukan hangat bak seorang Ayah. Tapi, dia tidak berhak kan?
"Tutup mulut mu Pak tua sialan. Langsung saja ke intinya, aku bahkan sulit bernafas di sini." Gadis berumur 23 tahun yang harusnya mengerti tata krama sopan santun tampak sangat bar-bar.
"Tea! Jaga ucapan mu! Dia itu Ayah mu!" Suara itu memekik melengking di seluruh ruangan. Suara yang hampir 4 tahun tidak Tea dengar, meskipun sudah lama tidak terdengar, tapi Tea tidak akan bisa melupakannya.
Apalagi jika mendengar suara itu, Tea langsung teringat kalimat mencekam yang wanita ini ucapkan. Kalimat yang mampu meruntuhkan dunia Tea dalam sepersekian detik.
Tea kesal sekali hari ini! Badannya gemetar ingin menghancurkan apa saja di depannya. Tapi, Tea menahannya, ini demi Will.
"Jadi kalian mau apa? Dimana Will? Jangan bilang kau menggunakan Will sebagai bahan ancaman?" Tea melirik tajam ke arah wanita itu, Joselyn, wanita tua yang kini sudah memilki garis wajah.
Tea meninggalkan William karna Tea tau yang paling Joselyn sayang adalah William, itu karna hanya Will yang memiliki wajah mirip seperti Jose, tentu saja gampang dibedakan. Joselyn adalah darah keturunan Jerman, makanya rambutnya dulu pirang, dan rambut Will juga pirang. Wajah mereka bukan wajah orang Asia.
"Aku ibu mu! Sopanlah Tea!"
Tea memijit keningnya. "Ayolah berhenti main drama-drama anak dan orang tua. Ini sangat menyebalkan oke? Langsung ke intinya saja."
"Sakit Will semakin parah, dan biaya pengobatannya juga tidak murah. Kau tau kan? Aku selama ini banyak membuang uang ku demi anak yang penyakitan itu." Pria itu, Tea tidak ingin mengingat namanya, tapi sialnya Tea ingat.
"Jadi kau minta ganti rugi atas pengobatan adik ku, Tuan Bambang?" Tea menajamkan matanya. Celakalah dia jika itu sampai terjadi, Tea memang punya uang dan pekerjaan tetap. Tapi kalau sampai harus mengganti pengobatan Will selama ini, uang Tea tidak akan cukup. Alasan Tea meninggalkan Will adalah karna ini.
"Ah, kenapa putri ku ini kasar sekali? Mana mungkin seorang Ayah akan menarik kembali biaya pengobatan untuk anaknya, kan?"
Tea diam, dia hanya mencoba menajamkan lirikannya.
"Perusahaan Ayah ini nyaris bangkrut, syukurlah ini bisa diatasi, ada investor yang mau menolong, tapi dengan syarat, salah satu putri ku harus menikahi cucunya. Tenang saja, Cucunya sangat tampan dan kaya, hanya saja dia sangat kasar, bejat, dan tidak berperasaan. Dia sangat terobsesi pada mantannya. Ayah mengundang mu kesini karna yakin kau yang akan menikahinya? Kau tidak akan menyuruh Viocha kan? Jangan permalukan keluarga kita dengan memberi gadis penggoda yang kotor!"
Brakk!!
Tea langsung melempar Vas yang tak jauh darinya. Dia ingin berlari dan menampar pria itu, menghajar habis wajahnya, jika Tea bisa dia juga ingin sekali merobek mulut pria itu.
Tea melirik ke arah Joselyn, apa yang Tea harapkan? Joselyn marah? Dia hanya diam saja seperti orang yang baru saja dihina tidak ia kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Firdha Widyaningsih
emak nya gila anak dilecehkan tutup mata
2022-04-13
1
Ririe Handay
👍👍👍
2022-02-02
1
Surtinah Tina
ibu macam apa klo kaya gitu...
2022-01-27
0