*Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk, sil--
Tea melemparkan ponselnya ke kasur empuk itu, diikuti badannya yang ia baringkan secara perlahan. Saat ini dia tengah berada di kamar suaminya, tapi sayang sekali suaminya tidak ada.
Setelah pembicaraan tadi pagi selesai, Tea mendapat beberapa kesimpulan bahwa pernikahan ini adalah paksaan bagi dirinya, dan suaminya saat ini. Mansion ini adalah milik suaminya, suaminya nyaris tidak pernah menginjakkan kaki di rumah utama sejak beberapa tahun lalu. Tea juga tau, bahwa suaminya memiliki dua orang kakak tiri laki-laki, dan satu adik tiri perempuan. Dan masing-masing dari mereka pemilik mansion yang tersisa.
Tea tau Kakek yang diajaknya bicara, dan yang bersikap manis padanya adalah Kakek Bryan Kert Anumertha. Pemilik Anumertha Group yang sangat terkenal, mobil keluaran pabriknya sudah wara wiri di kancah internasional. Tea nyaris tidak percaya, dia menikah dengan keturunan orang hebat.
Tapi, meskipun begitu tidak membuat Tea senang. Karna bahkan sampai larut malam seperti ini suaminya belum juga kembali. Meskipun tanpa cinta, Tea adalah wanita penganut menikah sekali seumur hidup, bukannya dia gimana-gimana, hanya saja dia tidak menyukai ibunya yang menikah dua kali, dan akhirnya memberi mereka ayah tiri paling menyebalkan sejagat raya.
Tea tidak ingin ada perceraian, jadi dia memutuskan untuk menikah dan menjalin hubungan secara baik-baik, meskipun nantinya suaminya berengsek, Tea mencoba jalan tengah agar tidak bercerai. Tea juga tau rahasia lainnya dari desas-desus pelayan di mansion ini, fakta bahwa suaminya sangat terobsesi dengan mantannya.
Itu adalah penyebab dia tidak menikah sampai sekarang, Tea tidak tau cerita jelasnya. Karna setiap Tea bertanya pada pelayan, pelayan itu selalu bungkam, mengalihkan topik, dan lari pergi.
Tea mengambil kembali ponselnya, dia mencoba menelpon seseorang. Namun sama saja, tidak ada jawaban.
"Kamu kemana sih Cha? Masih marah sama Kakak?"
'Cha' panggilan khas untuk Viocha dari Tea. Semenjak tragedi hari itu, saat Viocha dipanggil dengan nama Vio, tubuhnya mendadak bergetar. Tea sadar, Viocha mengalami trauma yang tidak biasa. Dan saat ini Viocha sedang marah dengan Tea.
Tea mengingat kembali pertengkaran kecil yang terjadi antara dirinya dan Viocha, tatkala Tea memutuskan untuk menikah demi keluarga itu, lebih pastinya menikah demi William. Viocha sejak awal memang tidak menyukai William yang selalu mendapat hujanan kasih sayang dari Joselyn.
Viocha trauma berat, dia tidak ingin berhubungan apapun dengan keluarga yang nyaris merenggut kehormatannya. Viocha yang menyimpan begitu banyak luka dan kebencian, bahkan untuk Will yang tidak bersalah, mana mungkin melepaskan kakak berharganya hanya untuk menikah demi keluarga sialan itu, apalagi alasannya demi adik yang penyakitan itu! Tidak! Viocha tidak bisa menerima itu.
"Kakak gak sayang sama Icha! Kakak cuma sayang sama Will! Kenapa Will? Padahal dia udah disayang sama perempuan itu!! Kenapa kakak juga?! Kenapa harus Will! Will! Dan Will! Apa gak ada yang sayang sama Icha?! Kenapa Will juga rebut kakak dari Icha! Padahal yang Icha punya di dunia ini cuma kakak!"
Pekikan bercampur duka tangisan itu masih berputar jelas dikepala Tea. Dia sama sekali tidak bisa melupakan pertengkarannya dengan adik perempuannya. Meskipun Tea sadar bagaimana cara padang Viocha dalam mencerna situasi saat ini. Tapi, Tea juga tetap tidak bisa lari, dia harus menyelamatkan Will.
"Besok aku harus ketemu Viocha, dan jelasin situasinya."
Tea mematikan lampu dan bersiap tidur. Tanpa Tea sadari air matanya menetes, bukan karna pernikahan paksaan. Dia hanya tidak tenang bertengkar dengan adiknya. Pikiran itu berkecamuk dalam kepalanya.
Tea yang hampir tertidur kembali terjaga saat dia mendengar suara pintu yang terbuka, dan ada cahaya yang masuk dari pintu.
"Asher?" Panggil Tea, syukurlah kapasitas otaknya tinggi. Dia mengingat nama suami di atas kertasnya, itu semua karna saat Tea menandatangani surat pernikahan mereka. Tampak Asher Vinchete Anumertha sudah menanda tangani itu lebih dulu.
"Eve!!" Asher berlari menuju tempat tidur, dia segera memeluk perempuan yang tidak begitu jelas rupanya.
Tea langsung dengan cepat mendorong Asher, dan menghidupkan lampunya.
"Hey, tuan muda, bukannya kelewatan ya kalau nyebut nama mantan, di depan istri sah apalagi di malam pertama. Sampai mengira istri sah adalah mantan, anda mabuk ya?" Tea menelan salivanya payah. Dia tau bahwa rumor di pelayan mengatakan suaminya sangat tampan!
Tapi kali ini Tea membuktikannya sendiri, jakun yang jelas, dagu yang tajam, mata yang tak kalah tajam dari elang, alis yang tebal, kulit yang putih dan mulus itu menyempurnakan ketampanan haqiqi orang ini.
"Kau? Siapa? Kenapa bisa ada di kamar ku?" Seketika suara hangat penuh kerinduan itu mendadak hilang.
"Istri sah, nam--"
"Gak usah sebut nama, aku gak ada niat untuk memanggil nama mu, saat ini, hari ini, esok hari, dan hari-hari lainnya. Jadi enyahlah dari hadapan ku."
Apa ada yang punya balok kayu? Tolong berikan pada Tea! Dia sungguh ingin menimpuk kepala orang ganteng ini. Tea tarik kembali perkataan ingin hidup dengan damai.
"Sayang banget, kamar yang terbuka cuma ini. Sisanya dikunci Kakek." sahut Tea enteng tak bergeming dari tempatnya.
"Kalau gitu, kau liat ada sofa disana? Tidur di sana, aku gak sudi berbagi kasur dengan mu."
Tiba-tiba Tea teringat pesan Ayah tirinya yang memintanya untuk menuruti seluruh perkataan Asher.
Kau kira aku bakal nurut gitu? Yang benar aja!
"Ogah banget, kau kira kau siapa? Apa kau pikir aku juga mau menikah dengan mu, sadar diri dong. Gini-gini aku tuh putri kesayangan loh ya, enak aja nyuruh aku tidur di sofa!"
Aku gak salah kan? Pria tua itu bilang aku putri tersayang yang di jaga bagai bunga di rumah kaca.
"Tutup mulut mu dan keluarlah."
Tea berdiri, dia mengambil sebuah amplop berwarna coklat. Tebak dari siapa amplop itu?
"Kalau dia kasar, kasih aja amplop ini, Nak."
Ya, itu adalah item khusus perlindungan yang diberikan oleh Kakek pada Tea. Tea tidak tau apa isinya, dia bukan orang yang gegabah dan tidak punya sopan santun. Tapi Tea sadar, itu benda penting.
Tea memberikan amplop itu pada Asher.
"Dari Kakek, katanya hadiah pernikahan."
Asher membuka amplop itu, tampak alisnya menyatu, dia tengah sangat kesal saat ini. Amplop yang mulanya baik- baik saja, pinggirannya tampak bertekuk karna genggaman Asher.
Tea tidak tau pasti apa isi suratnya, tapi dia cukup terhibur melihat ekspresi kesal suaminya.
"Tidur dimanapun kau mau!" Asher dengan langkah yang dihentak berjalan menuju kamar mandi.
"Wah beneran amplop ajaib, dia benaran takluk loh. Ah bodoh amat deh. Yang penting ayo tidur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ririe Handay
ampuh juga tu amplop
2022-02-02
2
Surtinah Tina
amplop ajaib...🤣🤣🤣🤣
2022-01-27
2
Andinika_01
amplop ajaib,,,
2022-01-12
1