Tea menyibakkan rambutnya, melihat bekas yang Asher tinggalkan.
"Kya!! Apa ini yang dinamakan tanda c*pang? Woahh, aku akhirnya punya tanda ini!" Tea berputar-putar di depan cermin.
"Tapi ngomong-ngomong dia gak bermaksud nyuruh aku tunjukin bekas ini ke seluruh pelayan mansion kan? Enggak kan? Ya kali dia segila itu."
Tea memutar-mutar tubuhnya, menatap wajahnya.
"Luar biasa, nikmat mana lagi yang mau aku pertanyakan?"
"Apa yang luar biasa dari wajah yang pas-pasan dan dada yang rata itu?"
Tea baru saja memulai ritual pagi dimana dia akan mengucapkan syukur pada Tuhan karna memberinya nafas, wajah dan tubuh yang sehat. Namun suasana pagi yang baik itu hilang tatkala suami gilanya mengomentari soal tubuh Tea?
"Hey...! Ini sama sekali tidak rata! Apa kau tidak lihat ada yang tumbuh diantara dada ku?! Aku punya dua buah yang ukurannya standar, kau tau...?" Tea mencoba mengetatkan piama kedodoran yang kemarin dia pakai.
"Hanya seperti itu dan kau bangga? Lihatlah diluaran sana banyak yang lebih be--"
Brakk!!
Sisir yang mulanya diam anteng ayem di atas meja sudah terbang ke arah badan Asher. Gerakan cepat Asher demi menangkap sisir malah membuat handuk putih yang menutupi badan Asher terjatuh.
Tea tak tega menutup matanya, dia membiarkan kedua mata kesayangannya menyapu dan memuaskan diri melihat roti sobek yang kian menyegarkan dengan aliran-aliran air kecil dari rambut yang basah.
Tea menelan salivanya payah. Meskipun banyak orang tampan diluaran sana, Tea ragu kalau mereka memiliki otot perut, dada, lengan dan kulit yang sekeren milik Asher.
"Haruskah aku menyediakan wadah untuk air liur mu? Perhatikan tatapan mu, ah bukan juga. Ini salah tubuh ku yang sempurna, tidak seperti seseorang yang tidak memiliki apapun untuk dibanggakan dari tubuhnya."
Berikan sesuatu yang bisa dilempar. Tea ingin melempar barang di atas meja itu lagi, namun dia sayang, itu skincare yang dia beli dari hasil kerja kerasnya. Ya ampun, siapa yang menduga orang ini akan memiliki sisi menyebalkan seperti ini.
Keseluruhan soal Asher adalah menyebalkan, kecuali wajah dah ototnya.
"Kau...! Benar-benar menyebalkan! Enyah sana!" Tea mengambil handuk dan kimono putih polos itu, dia bergegas berjalan ke kamar mandi.
Asher tersenyum tipis, sangat tipis nyaris berwajah datar. Meskipun dia dikeramaian tidak akan ada yang menyangka bahwa dia sedang tersenyum.
...***...
Pagi ini seperti yang sudah Galatea duga, dia akan sarapan sendiri karna suami gilanya sudah lebih dulu bekerja. Sesuai dugaan Asher, setelah salah satu pelayan yang membantu Tea merias diri, dan mungkin dia melihat bekas tanda itu? Perlakuan para pelayan mendadak lebih sopan dari kemarin.
Tea sudah menduga pastinya, bahwa pelayan yang meriasnyalah yang membeberkan gosip panas itu.
Memang ya, si jago merah bahkan kalah dengan gosip soal kecepatan menyebar.
"Apa hari ini ada acara khusus?"
"Tidak ada nona, mungkin dua minggu lagi ada makan malam khusus seluruh keluarga Anumertha yang akan berkumpul setiap sebulan sekali."
"Lalu Asher?" Tea ragu Asher ikut.
"Tuan muda Asher tidak pernah ikut."
"Sudah ku duga, suamiku memang luar biasa. Dan Kakek lebih luar biasa karna berhasil mengatur manusia itu. Kalau begitu, aku hari ini akan pergi. Siapkan mobil tanpa supir."
"Tapi Non-"
"Kalian mau aku adukan pada Asher?" Tea memegangi lehernya yang tidak kenapa-napa. Para pelayan yang mengerti langsung diam dan mengangguk, mengiyakan segala perkataan Tea.
-
-
-
Gak buruk juga meminjam nama Asher.
Akhirnya setelah perdebatan panjang, Tea membawa mobil yang tidak begitu mencolok diantara banyaknya mobil mewah digarasi. Bukan sekali dua kali Tea harus menyembunyikan ekspresi kagumnya melihat rentetan mobil yang hanya mampu dia impikan dan hanya lihat di internet, ada di depannya saat ini, berjejer rapi, mengiilat seolah memanggil untuk dipakai. Umpatan untuk Asher yang tampan dan kaya itu mengisi waktu Tea memilih-milih mobil.
Tea turun dari mobilnya yang sudah terparkir di depan sebuah rumah dua lantai, lantai pertama adalah toko bunga, dan lantai atas berisi dua kamar, sebuah dapur, ruang tamu dan ruang baca. Tentu saja Tea tau jelas isi rumah itu, karna dia pernah tinggal di sini selama empat tahun terakhir.
Tea berjalan ke pintu, namun sayangnya toko itu masih tutup. Tea sudah menduga bahwa Viocha sedang sangat kesal dan tengah menangis saat ini.
Tea menekan bel rumah itu. Lalu seseorang dari balik pintu berbicara.
"Viocha benci liat Kak Tea! Jangan muncul lagi di depan Icha! Jangan datang-datang kesini lagi! Kak Tea tinggal aja sama Will sana!"
Brakk!!
Suara keributan dan beberapa barang pecah terdengar ramai setelah kalimat nyelekit itu Viocha ucapkan dengan bergetar. Tea memijit keningnya frustasi. Dia benar-benar tidak akan bisa tenang kalau adiknya semarah ini padanya.
"Dia butuh waktu Galea."
Tea menolah kebelakang, tepat dimana suara itu berasal. Tea sudah menduga siapa yang ada dibelakangnya, siapa lagi perempuan menyebalkan yang selalu salah manggil namanya, kalau bukan dia.
"G-A-L-A-T-E-A, udah aku ejain, masih gak ngerti lagi, Ely?"
Melihat Ely saat ini membuat Tea ingat kembali siapa yang mengulurkan tangannya pada Tea dan Viocha saat mereka angkat kaki dari rumah itu.
Tea dan Viocha yang pernah tidur dibawah jembatan, selama beberapa hari mendapat pertolongan dan tumpangan dari perempuan ini, Ely.
Berkat Ely-lah Tea mampu hidup berkucukupan, memiliki rumah dan toko bunga yang lumayan terkenal. Ely yang menolong Tea dan memberikan modal, kesuksesan Tea juga karna kecakapannya dalam mengolah uang dan memprediksi kesuksesan tender.
Sejak dua tahun terakhir Tea sudah merangkap menjadi investor beberapa pabrik kecil, yah penghasilannya lumayan untuk orang yang nyaris mati di jalanan. Karna itu, Tea tidak akan bisa melupakan jasa wanita ini.
"Ya ampun sama aja kan, ngomong-ngomong mobil baru nih. Jalan-jalan dong, bayarin makan juga." Dia tanpa permisi langsung masuk ke mobil Tea.
"Jangan norak deh, masuk pelan-pelan, jangan pegang-pegang nanti lecet, mobil mahal."
"Orang kaya baru, belagu."
"Pfttt." Tea tersenyum manis, dia masuk ke dalam mobilnya. Mengendarainya menuju kafe favorit mereka. Apa yang Ely katakan benar, Viocha butuh waktu. Mungkin saat lebih tenang, Tea akan berbicara dari hati ke hati. Kalau saat ini, mungkin yang ada hanya pertengkaran tak berarti.
Tea melirik badan Ely yang memang luar biasa seperti gitar spanyol.
"Hey Ely, jawab aku jujur. Apa dada ku memang terlalu rata? Dan wajah ku pas-pasan?"
"Uhuk!" Ely hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Dia tau bahwa Tea memang sedikit mesum dan terlalu ceplas-ceplos, meskipun begitu anak ini selalu percaya diri. Tapi tak pernah terbayang oleh Ely, akan tiba hari dimana anak yang dia didik bertanya pertanyaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ririe Handay
dasar gesrek
2022-02-02
1
Gina Savitri
Minta duit sama kakek buat ke salon biar suaminya sadar dan nggak mikirin mantan 😁
2022-01-12
1
esillee
aku suka cerita yg kaya gini. adu mulut karna hal2 kecil itu sangat seruuuu
2022-01-12
2