Brakk!!
Tea langsung melempar Vas yang tak jauh darinya. Dia ingin berlari dan menampar pria itu, menghajar habis wajahnya, jika Tea bisa dia juga ingin sekali merobek mulut pria itu.
Tea melirik ke arah Joselyn, apa yang Tea harapkan? Joselyn marah? Dia hanya diam saja seperti orang yang baru saja dihina tidak ia kenal.
Tidakkah dia tau bahwa putrinya, Viocha sedang dihina terang-terangan?
"Kau harus mau Tea! Ini demi William. Kalau kau menyayangi William kau harus menikahinya!" Sungguh luar biasa Joselyn ini, dia memang membuka mulut. Tapi bukan untuk membela penghinaan putri keduanya, tapi untuk memaksa putri pertamanya menikah tanpa cinta demi bisnis suami gilanya?
"Enggak! Aku gak mau! Kakak jangan nikah sama orang kayak gitu! William gak apa-apa Kak! William gak sakit! William baik-baik aja." Suara lemah yang terpaksa berteriak agar bisa terdengar itu adalah sang tokoh utama dalam pembicaraan ini.
4 tahun Tea tidak melihat adik bungsunya ini. Adik kecilnya yang masih berumur 13 tahun, badannya begitu kurus, wajahnya pucat, tapi kali ini lebih pucat. Rambut pirang yang sama dengan milik Joselyn bersinar terkena sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela.
Adik kecil yang tidak bertumbuh tinggi berdiri bak ksatria yang melindungi sang putri. Dia berteriak, kekeuh meminta membatalkan pernikahan itu. Bagaimana...? Bagaimana bisa Tea tidak menyayangi adiknya itu? Bagaimana Tea bisa tega untuk membiarkan adiknya mati secara perlahan digerogoti penyakit itu.
Tidak! Tea tidak bisa, dia tidak akan sanggup jika kehilangan adiknya. Tea yang jarang sekali menangis, menitikkan air mata tatkala suara adiknya terus menggema membelanya. William bahkan sampai beradu mulut dengan Joselyn.
Tea berjalan, dia memeluk William erat. Air matanya tumpah ruah begitu saja.
"Kakak yang gak baik-baik aja kalau sampai Will terluka, Will tau kan? Kak Tea sa~yang banget sama Will dan Kak Vio. Will sekarang masuk ke kamar ya." Suara Tea tidak mau keluar, namun ia memaksakan dirinya
memberitahu Will bahwa dia akan baik-baik saja, selama kedua adiknya baik-baik saja.
"Enggak Kak!"
"Jadi kau sudah setuju kan? Kalau begitu tanda tangani ini. Keluarga pihak mereka sudah mengurus segalanya. Setelah kau tanda tangani ini, kalian resmi menjadi suami istri di depan hukum." Bambang dengan senyum menyebalkannya menyodorkan sebuah surat dan pena pada Tea.
"Will sayang, masuk ke kamar. Nanti Kakak bakal makan bareng Will, Pak tolong antar Will ke kamar."
"Enggak Kak! Will gak apa-apa! Kakak jangan tanda tangani itu! Will mohon kak! Kakak!! Will mohon!!" Sekeras apapun Will berteriak, Tea tidak akan mendengarkannya, keputusannya sudah bulat. Dia akan menikah tidak peduli ada atau tanpa pesta.
"Mana surat jaminan? Surat bahwa setelah aku menikah kau akan menjamin pengobatan Will?"
"Ini!" Joselyn memberikan surat yang sudah dia siapkan.
Tea menyunggingkan senyuman kecutnya. Jujur saja, di sudut hati kecilnya dia berharap mendengar tangisan dari Joselyn untuknya, tapi apa sekarang? Joselyn bahkan sudah menyiapkan segalanya. Tea dengan gemetar sudah menandatangani segala surat-suratnya. Dia resmi memiliki seorang suami sekarang, dan statusnya adalah seorang istri.
"Ya ampun, semangat banget mau jual putrinya? Gak sabar mau pakai barang branded?" Pedih! Pedih sekali! Apa bisa uninstall hati? Tea ingin sekali membuang hatinya yang berdenyut perih saat ini.
"Besok pagi datang ke sini, pakai gaun ini, besok kami akan langsung mengantar mu pada mereka. Ingatlah, bahwa keluarga kita adalah keluarga yang hangat dan menyenangkan. Dan kamu adalah putri kesayangan yang aku jaga bagai bunga di rumah kaca, kau mengerti? Jangan bawa Viocha!"
"Kau....!" Tea menggeram kesal, bahkan sampai akhir pun dia masih menghina Viocha.
Tidak perlu melirik Joselyn, sudah jelas perempuan yang mengaku sebagai seorang ibu itu hanya diam saja.
Tea menerima pakaian yang diberikan oleh Joselyn. Tea langsung menuju kamar Will, setidaknya dia harus menghabiskan banyak waktu untuk adiknya kan?
...***...
"Ingat Tea, kita keluarga hangat yang bahagia, camkan itu baik-baik, dan aku sangat menyayangi dan memanjakan mu, apapun yang kau mau selalu aku berikan. Berperilaku baiklah, diam dan terima apa aja yang Tuan Muda itu katakan atau lakukan padamu, jangan memukul atau membantahnya." Itu adalah kalimat berulang-ulang yang pria sialan ini selalu katakan sepanjang perjalanan dalam mobil.
Tea bahkan benar-benar ingin menyumpal mulutnya karna itu. Dia benar-benar terlalu berisik.
Mobil sudah berhenti di depan sebuah rumah mewah berdominan putih itu, tiangnya berdiri kokoh, rumahnya benar-benar besar, ada beberapa mansion berbeda dengan rumah utama. Setidaknya Tea sudah tau struktur luar bangunan ini.
"Diam aja apapun yang Tuan Muda itu lakukan dan katakan? Wah, tampaknya kalian serius dalam menikahkan aku dengan brengsek yang lebih dari binatang?"
"Haha! Ayah gak seburuk itu kok. Seenggaknya dia masih muda dan tampan."
Tea menghela nafasnya, harusnya dia tidak mengharapkan suami yang normal. Kalau pria itu normal, mana mungkin ada pernikahan paksaan kan?
Aku penasaran, sebejat apa suami ku ini?
"Pak Bambang? Silahkan ikuti saya, sebelah sini. Tuan besar sudah menunggu." Ada seorang berpakaian rapi, namun rambutnya sudah putih merata. Tapi dia masih tampak sehat.
Pelayan tua itu tersenyum pada Tea. Tea sang gadis kalem, tentu harus tersenyum balik kan.
"Hati-hati Nak, jalan pelan-pelan. Ayo bergandengan dengan Ayah, Ayah bisa stress kalau kau sampai terluka."
Kantung plastik mana kantung plastik! Tolong berikan pada Tea, dia benar-benar ingin muntah sekarang.
Si pria kurang ajar ini! Berani sekali menggandeng tangan ku?!
Tidak berapa lama, akhirnya mereka masuk, tapi bukan ke rumah utama. Melainkan mansion sebelah kiri, tampaknya itu mansion paling mewah diantara yang lainnya.
"Selamat datang Pak Bam!"
Tea bisa melihat senyum bahagia di wajah Kakek yang berpakaian formal itu, dia menyambut hangat keluarga ini. Mereka berbicara ringan saling menyapa, sampai akhirnya Kakek menarik tangan Tea untuk duduk di sebelahnya.
"Jangan sedih ya Nak gak ada pestanya, bulan depan kita bakal adain perayaan pernikahan yang megah dan luar biasa. Meski sekarang gak ada pesta, masih ada bulan madu kok."
Tea hanya tersenyum elegan penuh kepasrahan.
"Ini anak saya paling berharga Pak, tolong dijaga baik-baik. Saya dan keluarga sedih sekali pernikahannya begini saja."
"Tenang Pak Bambang! Saya janji bakal adain pesta megah luar biasa, jadi tolong jangan batalkan pernikahannya!" Teriak Kakek itu cepat.
Ah, kayaknya si tuan muda suami ku ini, tabiatnya lebih buruk deh dari yang kubayangkan. Bahkan Kakeknya aja takut batal nikah, ya itu udah bisa diliat sih? Sekarang dia aja gak ada untuk menyambut istri beserta keluarganya. Luar biasa! Dasar pria tua sialan! Sebenarnya kau menikahkan aku dengan orang seperti apa?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ririe Handay
Kon nikah nya
2022-02-02
1
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
hahaha dsr emg bambang 🤣🤣🤣
2022-01-26
0
Andinika_01
kalem😂
2022-01-12
0