NovelToon NovelToon

Ayo Move On Sumiku!

1. Pemaksaan tanpa hati!

Brakk!!

Seorang gadis muda berambut coklat gelombang dikucir kuda, dengan jaket kulit coklat berpadu celana bahan berwarna hitam mendobrak paksa pintu itu.

Gayanya yang tengil mirip sekali dengan preman pasar, dia langsung melayangkan pukulan pada pria yang sedang menindih gadis remaja berwajah cantik itu.

Pukulan demi pukulan terus gadis itu layangkan, dirinya yang cukup ahli bela diri tidak merasa kesulitan menganiaya pria setengah usia itu. Saat pria itu jatuh tersungkur, si gadis langsung menghampiri remaja yang tertindih itu. Rambutnya kacau, deruan nafasnya tidak menentu, beberapa bekas ciuman paksa tersisa di bahu, dan leher.

Wajah yang kacau itu dihiasi dengan luka di sudut bibir, ah sepertinya dia dicium paksa. Tanpa ditanya pun sudah jelas bahwa ini percobaan pemerkosaan.

"Kakak!" Gadis yang nyaris diperkosa itu memeluk seseorang yang baru saja menyelamatkannya.

"Kak! Vio takut! Vio kotor kak! Bibir Vio kotor! Badan Vio kotor!!" Dia menangis begitu terisak, badannya gemetar, wajar saja gadis yang baru berusia lima belas tahun itu hampir mengalami tragedi perampasan kesucian.

"Kak Tea, Kakak! Huwaa!!!" Tangisan Vio semakin pecah saat dia sadar, dia punya tempat bersandar. Namun mendadak Tea menjauhkan badan Vio. Tea berjalan dengan balok kayu di tangannya.

Bugh!!

Hantaman keras dan berulang kali dia layangkan pada pria yang sempat ia panggil Ayah ini. Kemarahan Tea sudah sampai puncaknya, Fakta bahwa Ayah tiri yang baru menikahi ibunya selama beberapa bulan mencoba menodai adik perempuan satu-satunya menggetarkan tubuhnya, darahnya mendidih sampai ke tulang-tulang.

"Sampah sialan! Mati sana!"

...***...

4 tahun sudah berlalu semenjak tragedi mengerikan yang nyaris merenggut kesucian Viocha yang masih berusia 15 tahun. Setelah kejadian itu Tea mencoba mengadu pada ibunya, meminta agar mereka segera bercerai dan mengusir pria itu pergi.

Tapi apa yang terjadi?

"Ayah mu gak mungkin lakuin itu, kalian pasti salah sangka."

Jawaban dari mulut seorang yang mengaku dirinya sebagai ibu, membuat Tea tak habis pikir. Dia adalah seorang ibu? Bahkan ibu kandung mereka? Bagaimana dia bisa mengatakan itu tanpa gemetar saat melihat leher dan  sudut bibir putrinya yang memerah.

Apakah dia layak disebut sebagai seorang ibu? Tea benar-benar murka. Sejak saat itu dia memutuskan segala hubungannya dengan keluarganya, dia mengajak adiknya keluar dari rumah, membesarkannya seorang diri. Tea yang saat itu masih berusia 19 tahun harus menerima kejamnya hukum dunia.

Tea sudah nyaris melupakan mereka, tapi tiba-tiba ibunya menghubunginya, meringis dan menangis memohon agar Tea kembali. Tentu saja Tea tidak mau! Hingga pada akhirnya sang Ibu menceritakan penyakit yang di derita adik bungsunya, William.

Tea sang kakak tertua sekaligus anak sulung, tidak akan bisa menutup mata soal penyakit yang sudah adiknya derita sejak lama. Tea sangat menyayangi Will, Tea bisa melakukan apapun demi kedua adiknya.

Akhirnya disinilah Tea, berdiri di depan pintu rumah berdominan putih itu. Rumah yang memberikan kenangan buruk pada Viocha, rumah yang selamanya tak ingin Vio atau Tea lihat. Namun Tea terpaksa.

"Non Tea? Udah datang, silahkan masuk Non." Tea belum mengetuk pintu, tapi pelayan pria berkacamata yang tampak sudah tua itu langsung menyambut Tea. Tea sadar, bahwa kedatangannya memang sudah di tunggu-tunggu.

Tea tidak kenal pelayan itu, saat dia angkat kaki dari rumah,  pria ini belum bekerja.

"Terima kasih Pak, dimana Will?" Tea langsung pada inti dan tujuannya.

"Masuk dulu Non."

Tea memutar bola matanya jengah, dia melangkah masuk, dan benar saja sudah ada si tua bangka sialan itu di ruang tamu.

"Oh anak ku, putri pertama ku yang cantik, pintar, dan kuat, Kau sudah kembali Nak? Ayo sini makan dulu." Pria tua itu merentangkan tangannya mencoba meminta pelukan hangat bak seorang Ayah. Tapi,  dia tidak berhak kan?

"Tutup mulut mu Pak tua sialan. Langsung saja ke intinya, aku bahkan sulit bernafas di sini." Gadis berumur 23 tahun yang harusnya mengerti tata krama sopan santun tampak sangat bar-bar.

"Tea! Jaga ucapan mu! Dia itu Ayah mu!" Suara itu memekik melengking di seluruh ruangan. Suara yang hampir 4 tahun tidak Tea dengar, meskipun sudah lama tidak terdengar, tapi Tea tidak akan bisa melupakannya.

Apalagi jika mendengar suara itu, Tea langsung teringat kalimat mencekam yang wanita ini ucapkan. Kalimat yang mampu meruntuhkan dunia Tea dalam sepersekian detik.

Tea kesal sekali hari ini! Badannya gemetar ingin menghancurkan apa saja di depannya. Tapi, Tea menahannya, ini demi Will.

"Jadi kalian mau apa? Dimana Will? Jangan bilang kau menggunakan Will sebagai bahan ancaman?" Tea melirik tajam ke arah wanita itu, Joselyn, wanita tua yang kini sudah memilki garis wajah.

Tea meninggalkan William karna Tea tau yang paling Joselyn sayang adalah William, itu karna hanya Will yang memiliki wajah mirip seperti Jose, tentu saja gampang dibedakan. Joselyn adalah darah keturunan Jerman, makanya rambutnya dulu pirang, dan rambut Will juga pirang. Wajah mereka bukan wajah orang Asia.

"Aku ibu mu! Sopanlah Tea!"

Tea memijit keningnya. "Ayolah berhenti main drama-drama anak dan orang tua. Ini sangat menyebalkan oke? Langsung ke intinya saja."

"Sakit Will semakin parah, dan biaya pengobatannya juga tidak murah. Kau tau kan? Aku selama ini banyak membuang uang ku demi anak yang penyakitan itu." Pria itu, Tea tidak ingin mengingat namanya, tapi sialnya Tea ingat.

"Jadi kau minta ganti rugi atas pengobatan adik ku, Tuan Bambang?" Tea menajamkan matanya. Celakalah dia jika itu sampai terjadi, Tea memang punya uang dan pekerjaan tetap. Tapi kalau sampai harus mengganti pengobatan Will selama ini, uang Tea tidak akan cukup. Alasan Tea meninggalkan Will adalah karna ini.

"Ah, kenapa putri ku ini kasar sekali? Mana mungkin seorang Ayah akan menarik kembali biaya pengobatan untuk anaknya, kan?"

Tea diam, dia hanya mencoba menajamkan lirikannya.

"Perusahaan Ayah ini nyaris bangkrut, syukurlah ini bisa diatasi, ada investor yang mau menolong, tapi dengan syarat, salah satu putri ku harus menikahi cucunya. Tenang saja, Cucunya sangat tampan dan kaya, hanya saja dia sangat kasar,  bejat, dan tidak berperasaan. Dia sangat terobsesi pada mantannya. Ayah mengundang mu kesini karna yakin kau yang akan menikahinya? Kau tidak akan menyuruh Viocha kan? Jangan permalukan keluarga kita dengan memberi gadis penggoda yang kotor!"

Brakk!!

Tea langsung melempar Vas yang tak jauh darinya. Dia ingin berlari dan menampar pria itu, menghajar habis wajahnya, jika Tea bisa dia juga ingin sekali merobek mulut pria itu.

Tea melirik ke arah Joselyn, apa yang Tea harapkan? Joselyn marah? Dia hanya diam saja seperti orang yang baru saja dihina tidak ia kenal.

2. Demi William!

Brakk!!

Tea langsung melempar Vas yang tak jauh darinya. Dia ingin berlari dan menampar pria itu, menghajar habis wajahnya, jika Tea bisa dia juga ingin sekali merobek mulut pria itu.

Tea melirik ke arah Joselyn, apa yang Tea harapkan? Joselyn marah? Dia hanya diam saja seperti orang yang baru saja dihina tidak ia kenal.

Tidakkah dia tau bahwa putrinya, Viocha sedang dihina terang-terangan?

"Kau harus mau Tea! Ini demi William. Kalau kau menyayangi William kau harus menikahinya!" Sungguh luar biasa Joselyn ini, dia memang membuka mulut. Tapi bukan untuk membela penghinaan putri keduanya,  tapi untuk memaksa putri pertamanya menikah tanpa cinta demi bisnis suami gilanya?

"Enggak! Aku gak mau! Kakak jangan nikah sama orang kayak gitu! William gak apa-apa Kak! William gak sakit! William baik-baik aja." Suara lemah yang terpaksa berteriak agar bisa terdengar itu adalah sang tokoh utama dalam pembicaraan ini.

4 tahun Tea tidak melihat adik bungsunya ini. Adik kecilnya yang masih berumur 13 tahun, badannya begitu kurus, wajahnya pucat, tapi kali ini lebih pucat. Rambut pirang yang sama dengan milik Joselyn bersinar terkena sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela.

Adik kecil yang tidak bertumbuh tinggi berdiri bak ksatria yang melindungi sang putri. Dia berteriak, kekeuh meminta membatalkan pernikahan itu. Bagaimana...? Bagaimana bisa Tea tidak menyayangi adiknya itu? Bagaimana Tea bisa tega untuk membiarkan adiknya mati secara perlahan digerogoti penyakit itu.

Tidak! Tea tidak bisa, dia tidak akan sanggup jika kehilangan adiknya. Tea yang jarang sekali menangis, menitikkan air mata tatkala suara adiknya terus menggema membelanya. William bahkan sampai beradu mulut dengan Joselyn.

Tea berjalan, dia memeluk William erat. Air matanya tumpah ruah begitu saja.

"Kakak yang gak baik-baik aja kalau sampai Will terluka, Will tau kan? Kak Tea sa~yang banget sama Will dan Kak Vio. Will sekarang masuk ke kamar ya." Suara Tea tidak mau keluar, namun ia memaksakan dirinya

memberitahu Will bahwa dia akan baik-baik saja, selama kedua adiknya baik-baik saja.

"Enggak Kak!"

"Jadi kau sudah setuju kan? Kalau begitu tanda tangani ini. Keluarga pihak mereka sudah mengurus segalanya. Setelah kau tanda tangani ini, kalian resmi menjadi suami istri di depan hukum." Bambang dengan senyum menyebalkannya menyodorkan sebuah surat dan pena pada Tea.

"Will sayang, masuk ke kamar. Nanti Kakak bakal makan bareng Will, Pak tolong antar Will ke kamar."

"Enggak Kak! Will gak apa-apa! Kakak jangan tanda tangani itu! Will mohon kak! Kakak!! Will mohon!!" Sekeras apapun Will berteriak, Tea tidak akan mendengarkannya, keputusannya sudah bulat. Dia akan menikah tidak peduli ada atau tanpa pesta.

"Mana surat jaminan? Surat bahwa setelah aku menikah kau akan menjamin pengobatan Will?"

"Ini!" Joselyn memberikan surat yang sudah dia siapkan.

Tea menyunggingkan senyuman kecutnya. Jujur saja, di sudut hati kecilnya dia berharap mendengar tangisan dari Joselyn untuknya, tapi apa sekarang? Joselyn bahkan sudah menyiapkan segalanya. Tea dengan gemetar sudah menandatangani segala surat-suratnya. Dia resmi memiliki seorang suami sekarang, dan statusnya adalah seorang istri.

"Ya ampun, semangat banget mau jual putrinya? Gak sabar mau pakai barang branded?" Pedih! Pedih sekali! Apa bisa uninstall hati? Tea ingin sekali membuang hatinya yang berdenyut perih saat ini.

"Besok pagi datang ke sini, pakai gaun ini, besok kami akan langsung mengantar mu pada mereka. Ingatlah, bahwa keluarga kita adalah keluarga yang hangat dan menyenangkan. Dan kamu adalah putri kesayangan yang aku jaga bagai bunga di rumah kaca, kau mengerti? Jangan bawa Viocha!"

"Kau....!" Tea menggeram kesal, bahkan sampai akhir pun dia masih menghina Viocha.

Tidak perlu melirik Joselyn, sudah jelas perempuan yang mengaku sebagai seorang ibu itu hanya diam saja.

Tea menerima pakaian yang diberikan oleh Joselyn. Tea langsung menuju kamar Will, setidaknya dia harus menghabiskan banyak waktu untuk adiknya kan?

...***...

"Ingat Tea, kita keluarga hangat yang bahagia, camkan itu baik-baik, dan aku sangat menyayangi dan memanjakan mu, apapun yang kau mau selalu aku berikan. Berperilaku baiklah, diam dan terima apa aja yang Tuan Muda itu katakan atau lakukan padamu, jangan memukul atau membantahnya." Itu adalah kalimat berulang-ulang yang pria sialan ini selalu katakan sepanjang perjalanan dalam mobil.

Tea bahkan benar-benar ingin menyumpal mulutnya karna itu. Dia benar-benar terlalu berisik.

Mobil sudah berhenti di depan sebuah rumah mewah berdominan putih itu, tiangnya berdiri kokoh, rumahnya benar-benar besar, ada beberapa mansion berbeda  dengan rumah utama. Setidaknya Tea sudah tau struktur luar bangunan ini.

"Diam aja apapun yang Tuan Muda itu lakukan dan katakan? Wah, tampaknya kalian serius dalam menikahkan aku dengan brengsek yang lebih dari binatang?"

"Haha! Ayah gak seburuk itu kok. Seenggaknya dia masih muda dan tampan."

Tea menghela nafasnya, harusnya dia tidak mengharapkan suami yang normal. Kalau pria itu normal, mana mungkin ada pernikahan paksaan kan?

Aku penasaran, sebejat apa suami ku ini?

"Pak Bambang? Silahkan ikuti saya, sebelah sini. Tuan besar sudah menunggu." Ada seorang berpakaian rapi, namun rambutnya sudah putih merata. Tapi dia masih tampak sehat.

Pelayan tua itu tersenyum pada Tea. Tea sang gadis kalem, tentu harus tersenyum balik kan.

"Hati-hati Nak, jalan pelan-pelan. Ayo bergandengan dengan Ayah, Ayah bisa stress kalau kau sampai terluka."

Kantung plastik mana kantung plastik! Tolong berikan pada Tea, dia benar-benar ingin muntah sekarang.

Si pria kurang ajar ini! Berani sekali menggandeng tangan ku?!

Tidak berapa lama, akhirnya mereka masuk, tapi bukan ke rumah utama. Melainkan mansion sebelah kiri, tampaknya itu mansion paling mewah diantara yang lainnya.

"Selamat datang Pak Bam!"

Tea bisa melihat senyum bahagia di wajah Kakek yang berpakaian formal itu, dia menyambut hangat keluarga ini. Mereka berbicara ringan saling menyapa, sampai akhirnya Kakek menarik tangan Tea untuk duduk di sebelahnya.

"Jangan sedih ya Nak gak ada pestanya, bulan depan kita bakal adain perayaan pernikahan yang megah dan luar biasa. Meski sekarang gak ada pesta, masih ada bulan madu kok."

Tea hanya tersenyum elegan penuh kepasrahan.

"Ini anak saya paling berharga Pak, tolong dijaga baik-baik. Saya dan keluarga sedih sekali pernikahannya begini saja."

"Tenang Pak Bambang! Saya janji bakal adain pesta megah luar biasa, jadi tolong jangan batalkan pernikahannya!" Teriak Kakek itu cepat.

Ah, kayaknya si tuan muda suami ku ini, tabiatnya lebih buruk deh dari yang kubayangkan. Bahkan Kakeknya aja takut batal nikah, ya itu udah bisa diliat sih? Sekarang dia aja gak ada untuk menyambut istri beserta keluarganya. Luar biasa! Dasar pria tua sialan! Sebenarnya kau menikahkan aku dengan orang seperti apa?!

3. Malam Pertama

*Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk, sil--

Tea melemparkan ponselnya ke kasur empuk itu, diikuti badannya yang ia baringkan secara perlahan. Saat ini dia tengah berada di kamar suaminya, tapi sayang sekali suaminya tidak ada.

Setelah pembicaraan tadi pagi selesai, Tea mendapat beberapa kesimpulan bahwa pernikahan ini adalah paksaan bagi dirinya, dan suaminya saat ini. Mansion ini adalah milik suaminya, suaminya nyaris tidak pernah menginjakkan kaki di rumah utama sejak beberapa tahun lalu. Tea juga tau, bahwa suaminya memiliki dua orang kakak tiri laki-laki, dan satu adik tiri perempuan. Dan masing-masing dari mereka pemilik mansion yang tersisa.

Tea tau Kakek yang diajaknya bicara, dan yang bersikap manis padanya adalah Kakek Bryan Kert Anumertha. Pemilik Anumertha Group yang sangat terkenal, mobil keluaran pabriknya sudah wara wiri di kancah internasional. Tea nyaris tidak percaya, dia menikah dengan keturunan orang hebat.

Tapi, meskipun begitu tidak membuat Tea senang. Karna bahkan sampai larut malam seperti ini suaminya belum juga kembali. Meskipun tanpa cinta, Tea adalah wanita penganut menikah sekali seumur hidup, bukannya dia gimana-gimana, hanya saja dia tidak menyukai ibunya yang menikah dua kali, dan akhirnya memberi mereka ayah tiri paling menyebalkan sejagat raya.

Tea tidak ingin ada perceraian, jadi dia memutuskan untuk menikah dan menjalin hubungan secara baik-baik, meskipun nantinya suaminya berengsek, Tea mencoba jalan tengah agar tidak bercerai. Tea juga tau rahasia lainnya dari desas-desus pelayan di mansion ini, fakta bahwa suaminya sangat terobsesi dengan mantannya.

Itu adalah penyebab dia tidak menikah sampai sekarang, Tea tidak tau cerita jelasnya. Karna setiap Tea bertanya pada pelayan, pelayan itu selalu bungkam, mengalihkan topik, dan lari pergi.

Tea mengambil kembali ponselnya, dia mencoba menelpon seseorang. Namun sama saja, tidak ada jawaban.

"Kamu kemana sih Cha? Masih marah sama Kakak?"

'Cha' panggilan khas untuk Viocha dari Tea. Semenjak tragedi hari itu, saat Viocha dipanggil dengan nama Vio, tubuhnya mendadak bergetar. Tea sadar, Viocha mengalami trauma yang tidak biasa. Dan saat ini Viocha sedang marah dengan Tea.

Tea mengingat kembali pertengkaran kecil yang terjadi antara dirinya dan Viocha, tatkala Tea memutuskan untuk menikah demi keluarga itu, lebih pastinya menikah demi William. Viocha sejak awal memang tidak menyukai William yang selalu mendapat  hujanan kasih sayang dari Joselyn.

Viocha trauma berat, dia tidak ingin berhubungan apapun dengan keluarga yang nyaris merenggut kehormatannya. Viocha yang menyimpan begitu banyak luka dan kebencian, bahkan untuk Will yang tidak bersalah, mana mungkin melepaskan kakak berharganya hanya untuk menikah demi keluarga sialan itu, apalagi alasannya demi adik yang penyakitan itu! Tidak! Viocha tidak bisa menerima itu.

"Kakak gak sayang sama Icha! Kakak cuma sayang sama Will! Kenapa Will? Padahal dia udah disayang sama perempuan itu!! Kenapa kakak juga?! Kenapa harus Will! Will! Dan Will! Apa gak ada yang sayang sama Icha?! Kenapa Will juga rebut kakak dari Icha! Padahal yang Icha punya di dunia ini cuma kakak!"

Pekikan bercampur duka tangisan itu masih berputar jelas dikepala Tea. Dia sama sekali tidak bisa melupakan pertengkarannya dengan adik perempuannya. Meskipun Tea sadar bagaimana cara padang Viocha dalam mencerna situasi saat ini. Tapi, Tea juga tetap tidak bisa lari, dia harus menyelamatkan Will.

"Besok aku harus ketemu Viocha, dan jelasin situasinya."

Tea mematikan lampu dan bersiap tidur. Tanpa Tea sadari air matanya menetes, bukan karna pernikahan paksaan. Dia hanya tidak tenang bertengkar dengan adiknya. Pikiran itu berkecamuk dalam kepalanya.

Tea yang hampir tertidur kembali terjaga saat dia mendengar suara pintu yang terbuka, dan ada cahaya yang masuk dari pintu.

"Asher?" Panggil Tea, syukurlah kapasitas otaknya tinggi. Dia mengingat nama suami di atas kertasnya, itu semua karna saat Tea menandatangani surat pernikahan mereka. Tampak Asher Vinchete Anumertha sudah menanda tangani itu lebih dulu.

"Eve!!" Asher berlari menuju tempat tidur, dia segera memeluk perempuan yang tidak begitu jelas rupanya.

Tea langsung dengan cepat mendorong Asher, dan menghidupkan lampunya.

"Hey, tuan muda, bukannya kelewatan ya kalau nyebut nama mantan, di depan istri sah apalagi di malam pertama. Sampai mengira istri sah adalah mantan, anda mabuk ya?" Tea menelan salivanya payah. Dia tau bahwa rumor di pelayan mengatakan suaminya sangat tampan!

Tapi kali ini Tea membuktikannya sendiri, jakun yang jelas, dagu yang tajam, mata yang tak kalah tajam dari elang, alis yang tebal, kulit yang putih dan mulus itu menyempurnakan ketampanan haqiqi orang ini.

"Kau? Siapa? Kenapa bisa ada di kamar ku?" Seketika suara hangat penuh kerinduan itu mendadak hilang.

"Istri sah, nam--"

"Gak usah sebut nama, aku gak ada niat untuk memanggil nama mu, saat ini, hari ini, esok hari, dan hari-hari lainnya. Jadi enyahlah dari hadapan ku."

Apa ada yang punya balok kayu? Tolong berikan pada Tea! Dia sungguh ingin menimpuk kepala orang ganteng ini. Tea tarik kembali perkataan ingin hidup dengan damai.

"Sayang banget, kamar yang terbuka cuma ini. Sisanya dikunci Kakek." sahut Tea enteng tak bergeming dari tempatnya.

"Kalau gitu, kau liat ada sofa disana? Tidur di sana, aku gak sudi berbagi kasur dengan mu."

Tiba-tiba Tea teringat pesan Ayah tirinya yang memintanya untuk menuruti seluruh perkataan Asher.

Kau kira aku bakal nurut gitu? Yang benar aja!

"Ogah banget, kau kira kau siapa? Apa kau pikir aku juga mau menikah dengan mu, sadar diri dong. Gini-gini aku tuh putri kesayangan loh ya, enak aja nyuruh aku tidur di sofa!"

Aku gak salah kan? Pria tua itu bilang aku putri tersayang yang di jaga bagai bunga di rumah kaca.

"Tutup mulut mu dan keluarlah."

Tea berdiri, dia mengambil sebuah amplop berwarna coklat. Tebak dari siapa amplop itu?

"Kalau dia kasar, kasih aja amplop ini, Nak."

Ya, itu adalah item khusus perlindungan yang diberikan oleh Kakek pada Tea. Tea tidak tau apa isinya, dia bukan orang yang gegabah dan tidak punya sopan santun. Tapi Tea sadar, itu benda penting.

Tea memberikan amplop itu pada Asher.

"Dari Kakek, katanya hadiah pernikahan."

Asher membuka amplop itu, tampak alisnya menyatu, dia tengah sangat kesal saat ini. Amplop yang mulanya baik- baik saja, pinggirannya tampak bertekuk karna genggaman Asher.

Tea tidak tau pasti apa isi suratnya, tapi dia cukup terhibur melihat ekspresi kesal suaminya.

"Tidur dimanapun kau mau!" Asher dengan langkah yang dihentak berjalan menuju kamar mandi.

"Wah beneran amplop ajaib, dia benaran takluk loh. Ah bodoh amat deh. Yang penting ayo tidur."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!