Terpaksa Jadi Pelakor
Suara pintu yang di buka dengan sangat kasar membuat aku
membuka mata. Suara teriakan seorang wanita membuat kesadaran ku kembali lebih cepat dari biasanya, samar-samar aku melihat tiga orang menatapku dengan mata menajam salah satu di antaranya melihatku dengan iris mata di penuhi kobaran
api yang siap melahap sekujur tubuhku. Aku menutupi tubuhku yang tidak mengunakan satu helai benangpun, sedangkan seorang lelaki masih tertidur lelap di samping ranjang ku, dan dia adalah Mas Sadam-majikanku.
“Dasar wanita ******! Apa yang kamu lakukan pada suamiku.” Suara Mbak Tasya-istri Mas Sadam melengking ngeri menendang gendang telingaku,
aku hanya bisa menundukkan kepala dengan menutupi tubuhku mengunakan selimut berwarna putih.
“Anak kurang ajar bangunlah sebelum, Papa membunuh kamu.”
Suara Pak Damar-Papa Mas Sadam membuat lelaki itu mengerjapkan matanya kaget.
Sadam mengucek kedua matanya lalu mendudukkan tubuhnya masih
berusaha mengusir rasa kantuk yang mengelayuti matanya. “Ada apa dengan kalian?” tanya Sadam masih tidak menyadari apa yang terjadi.
“Kau berselingkuh dengan pelayan rumah kamu sendiri! Sungguh
memalukan sekali.” Nyonya Elsa-mama kandung Sadam menatap putranya dengan rahang mengeras penuh amarah.
“Mas, kenapa kamu tega melakukan ini padaku?” teriak Tasya-istri Sadam. Manik mata wanita itu sudah menganak sungai dan kini
pertahannya runtuh ketika melihat suaminya tidak mengunakan satu helai benangpun di balik selimut yang menutupi tubuh suaminya.
“Sayang, aku tidak mungkin main gila dengan pelayan rumah kita, aku mohon kamu percayalah padaku. Wanita ini telah menjebak aku, entah
bagaimana caranya aku juga tidak tahu kenapa bisa berbaring di ranjang ini,” Sadam mengacak rambutnya merasa frustasi karena ia lupa akan apa yang terjadi semalam, lelaki itu hendak berdiri dari posisi duduknya, tetapi langsung terhenti ketika lelaki itu menyadari bahwa dia tidak mengunakan satu helai benangpun.
Pak Damar menatap kami berdua secara bergantian lalu berkata, “Lekas kenakan baju kalian! Kami akan menunggu di luar.” Setelah
bicara Pak Damar langsung memutar tubuhnya dan berlalu keluar dari ruangan ini.
“Wanita ******! Aku akan membunuh kamu.” Mbak Tasya hendak
melangkah mendekatiku akan tetapi, Bu Elsa segera meraih tubuhnya lalu membawa wanita itu keluar dari ruangan kamar ini dengan paksa.
Samar-samar aku mendengarkan Mbak Tasya mengumpat dan aku tahu dengan sangat jelas jika umpatan itu pasti untukku. Hingga kini suara Mbak Tasya tidak terdengar lagi, ya wanita itu pasti sudah jauh dari ruangan kamarku.
Aku berdiri di hadapan semua orang yang sedang duduk di sofa sembari menatapku penuh kebencian, tapi aku tidak berdiri sendirian karena Mas
Sadam berada di sampingku-paling tepatnya ia tidak di ijinkan duduk sebelum menjelaskan semuanya.
Lelaki itu mencoba menjelaskan jika antara kami berdua tidak terjadi apapun, akan tetapi aku diam membisu tidak berani membuka mulut hingga Pak Damar mulai memutuskan untuk menikahkan kami berdua. Sekilas Aku melirik kearah wajah Mbak Tasya dan juga Mas Sadam yang terlihat keberatan dengan keputusan yang di ambil oleh lelaki paruh baya tersebut, akan tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali menuruti apa yang Pak Damar inginkan.
Keesokan harinya aku dan juga Mas Sadam menikah, pernikahan yang aku impikan tidak terwujud karena kini orang yang menjadi suamiku justru
sangat membenciku, tapi bagiku tidak masalah karena aku membutuhkan uang-uang untuk mempertahankan orang yang sangat aku sayangi di dunia ini. Penghulu menjabat tangan Mas Sadam dan lelaki itu mengumandangkan ijab Kabul dengan lancar, aku melirik kearah Mbak Tasya yang seketika langsung membulatkan matanya ketika melihatku, ini sungguh menakutkan tapi aku tidak bisa mundur.
“Bagaimana para saksi?” tanya Penghulu pada kedua orangtua
Mas Sadam.
“Sah!”
“Sah!”
Ku dengar suara Pak Damar dan juga, Bu Elsa secara tidak langsung mengatakan bahwa aku dan juga Mas Sadam sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
“Sayang, kamu harus sabar ini cobaan bagi rumah tangga
kalian.” Bu Elsa mengusap pelan bahu Mbak Tasya dengan iris mata menyembunyikan sesuatu yang tidak aku mengerti.
“Ma, aku tidak sanggup berbagi suami dengan wanita lain, aku
sangat mencintai Mas Sadam.” Tasya menangis terisak di dalam pelukan, Bu Elsa tangisan wanita itu terdengar memilukan sekali.
Pak Penghulu keluar dari rumah ini setelah melakukan tugasnya.
Mas Sadam berdiri dari posisi duduknya lalu menatap aku
dengan sengit, iris mata penuh kebencian tersebut membuat nyaliku menciut lalu ku tundukkan lagi kepalaku agar tidak bertatap mata dengannya.
“Sifana, sampai kapanpun istriku hanya satu yaitu, Tasya saja! Kamu tetaplah pelayan di dalam rumah ini sampai kapanpun itu.” Suara lelaki Mas Sadam terdengar mantap seakan ia percaya sampai kapanpun tidak akan pernah suka dengan istri keduanya.
Suasana di ruangan ini terlihat pengap sampai dadaku merasa
sesak karena tidak ada oksigen yang maksud ke rongga-rongga paru-paruku karena rasa takut.
“Pelakor seperti kamu sebaiknya keluar dari rumah ini! Aku tidak ingin melihat wajah kamu lagi. Keluar!” perintah Mbak Tasya membuat
tubuhku gemetar hebat.
“Tasya, kamu tidak bisa mengatakan itu karena dia juga sekarang istri sah Sadam-suami kamu. Jika sampai Sifana keluar dari rumah ini
maka, Papa akan memastikan tidak memberikan Sadam satu rupiah pun warisan untuknya.” Ancaman Pak Damar mampu membungkam paksa mulut Mbak Tasya.
“Pa, kenapa malah membela wanita itu, dia telah menjebak Sadam. Bukankah selama ini, Papa tahu kalau Sadam sangat mencintai Tasya, jadi
mana mungkin jika Sadam berselingkuh dengan wanita lain,” jelas lelaki itu sembari melirik kearah Sifana nyalang.
“Papa, tidak mau dengar penjelasan kamu karena sejak dari awal, Sifana hanya diam saja dan hal itu sudah cukup untuk membuktikan kalau
kalian berdua memang diam-diam memiliki hubungan di belakang Tasya.” Pak Damar kembali mengutarakan pendapatnya.
“Sifana, jelaskan pada mereka semua jika semalam tidak ada yang terjadi diantara kita. Dan katakan juga pada mereka kalau kamu yang menjebak aku semalam.” Lelaki itu melihatku dengan tatapan sengit dengan jelas
aku melihat satu tangannya menggenggam erat tangan Mbak Tasya dan satu tangan lagi terkepal kuat seakan ia melayangkan tinjunya itu padaku.
“Semalam, Mas Sadam sendiri yang masuk kedalam kamarku dan
memaksa aku melakukan hal itu,” nada suaraku terdengar gemetar, air mataku terurai begitu saja tanpa jeda. Aku terpaksa jadi pelakor di dalam rumah tangga orang lain.
“Dasar wanita ******, cepat katakan yang sebenarnya.” Suara Tasya menggelegar, wanita itu hendak melangkah mendekatiku akan tetapi Mas Sadam menahannya.
Sadam memeluk Tasya dari belakang sembari mencoba menenangkan
istrinya, lelaki itu juga berucap jika kehadiran Sifana tidak akan pernah ada pengaruhnya dalam kehidupan rumah tangga mereka.
'Kau menatapku sebagai pelakor dan perusak rumahtangga kamu, bukankah seperti itu, Mas Sadam'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-09-09
0
umi Nadira
aku mampir thorr
2023-07-05
1
She Love Niwan
aq balik lagi beb, dlu smpat kesel uda baca trus eeecchhh taunya di pindah, dongkol g tu hati ini
lov you thoooorrrr😘😘😘
2022-07-19
1