BAB 5

Anggun POV

Aku merasa sudah hampir setengah jam Adrian tak kunjung kembali ke ruangan. Dan saat ini aku bermaksud mencarinya. Bukankah seharusnya dia tadi hanya mengangkat telfon dari seseorang? Lalu kemana sekarang dia pergi?

Ku edarkan pandanganku ke sekitar rumah sakit. Namun tak ku jumpai pria yang menjadi suamiku tersebut. Aku mulai berkeliling sekarang. Dan saat aku hampir putus asa mencarinya, tiba-tiba mataku menangkap bayangan pria yang kucari.

Dan dia tengah duduk santai dengan seseorang disana. Aku menelan ludahku seketika saat tau siapa orang yang sedang bersamanya. Andini. Kecemasan yang menggelayutiku sejak aku menginjakkan kaki di rumah sakit ini, kini menjadi kenyataan. Tentu saja. Cepat atau lambat, Adrian akan bertemu dengan mantan kekasihnya itu di tempat ini. Karena aku ingat betul kalau Andini bekerja di rumah sakit ini. Oh, apa yang harus ku lakukan sekarang? Haruskah aku mendatangi mereka? Ataukah aku harus kembali?

Dan aku memutuskan untuk mengintai mereka. Akhirnya aku mencoba mencari tempat yang tersembunyi dan sekiranya bisa menangkap pembicaraan keduanya. Ya. Aku penasaran, apa yang mereka perbincangkan. Entah kenapa aku jadi seperti ini. Mempunyai tabiat menguping pembicaraan orang. Yang pasti, ini bukanlah sifatku.

Beberapa waktu berlalu dan sepertinya belum terjadi percakapan di antara mereka. Namun saat Adrian mulai membuka obrolan, dan ku dengar Andini memberikan beberapa pertanyaan yang sempat membuatku terkejut, entah kenapa aku merasa cemas dengan sendirinya.

Pertanyaan tentang apakah Adrian mencintaiku? Aku juga baru ingat. Hingga detik ini, aku bahkan tak pernah mendengarkan ia mengucapkan kata indah tersebut. Dan pertanyaan itu sekarang menjadi momok terbesarku.

Saat tak ada jawaban dari mulut Adrian, nyaliku di buat ciut olehnya. Jadi apakah selama ini dia mencintaiku? Atau sebaliknya? Tapi dia mau menerimaku. Aku berusaha menguatkan hatiku untuk tetap mendengar pembicaraan mereka. Dan ketika pada sebuah pernyataan yang di berikan Andini padanya, bahwa dia menginginkan Adrian kembali padanya, aku benar-benar tak sanggup menahan getaran tubuhku sendiri. Sungguh kedua kaki ini terasa lemas seketika. Namun aku masih berusaha bertahan disana karena aku ingin mendengar apa jawaban Adrian selanjutnya.

"Jadi, apa jawabanmu, Adrian?" Suara Andini meminta jawaban atas permintaan yang ia ajukan.

Adrian masih terdiam di tempatnya. Aku bisa melihat dia sedang tertunduk. Entah apa yang di pikirkannya. "Ah, kau bercanda bukan? Apakah sesakit itu sampai kau harus memperolokku hingga demikian?"

"Tidak Adrian. Aku tidak sedang bercanda. Aku serius dengan perkataanku. Bagaimana kalau aku memintamu kembali padaku? Apakah kau mau Adrian?" Kakiku gemetar. Tidak. Jangan. Aku minta Adrian tidak menjawab dengan jawaban yang membuatku pingsan. Sungguh, bukannya aku egois. Tapi sekarang Adrian adalah suamiku. Dan aku sudah berjanji akan hidup bersamanya dalam hal apapun. Dan soal cinta, jujur akupun sudah mulai mencintainya. Tentu saja meski tak sebesar perasaanku seperti pada Bagas dulu.

Adrian membeku sekali lagi. Hanya matanya saja yang tak henti menatap wajah gadis di hadapannya. Mungkin dia bermaksud mencari kebohongan di wajah itu.

"Andini. Aku harus kembali. Ibu pasti mencariku." Tanpa menjawab pertanyaan Andini, Adrian bermaksud pergi.

"Adrian. Sungguh aku serius dengan perkataanku. Asal kau tau, bahkan hingga saat ini, aku masih sangat mencintaimu. Aku masih belum bisa melupakanmu. Dan jika saat ini kau tak bisa menjawabnya, maka aku akan datang lagi padamu dan menanyakan hal yang sama. Dan aku ingin pada saat itu kau sudah tau jawabannya." Adrian cuma memandang Andini dalam kebekuan.

"Baiklah. Aku pergi dulu," ucapnya kemudian pergi.

Aku cepat-cepat pergi dari persembunyianku dan berusaha mendahului langkah Adrian. Aku tak mau saat dia sampai di ruangan, dia melihatku tidak ada di tempat. Sungguh, dia tidak boleh tau kalau aku sudah mendengar pembicaraannya barusan.

👇

👇

👇

👇

Jantungku serasa berhenti saat Adrian sudah sampai di ruangan tempat Dinda di rawat. Hampir saja terlambat satu menit. Dan saat ini aku berusaha menetralkan degup jantungku yang lari berkejar-kejaran.

"Ibu dimana?" tanya Adrian sesaat setelah ia masuk dan menutup pintu kembali.

"Eh...ibu...dia...dia...pergi ke kamar mandi, mungkin." Adrian nampak mengerutkan keningnya. Matanya memicing padaku.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau kelihatan gugup?" tanyanya curiga. Ah...celaka. Aku harus mencari alasan yang tepat.

"Oh, mungkin karena hawa disini sangat panas." Aku berusaha mengipas-ngipaskan tanganku.

"Panas? Aku bahkan merasa disini sangat dingin." Aku merutuk dalam hati. Itu memang alasan yang sangat tidak logis.

"Ah, begitukah? Mungkin tubuhku saja yang tidak merasa nyaman," aku mencoba bertahan.

"Kau sakit?"

"Hah? Ti-tidak." Ayolah Anggun, kau harus mencari alasan lain. "Eh, sepertinya aku perlu menghirup udara segar di luar. Kau tidak keberatan menjaga Dinda kan?" Adrian mengangguk. Dan inilah kesempatanku untuk kabur.

Aku menghembuskan nafas panjangku saat sudah sampai di luar. Oh...Tuhan, keadaan macam apa ini? Aku seperti seorang pencuri yang hampir ketahuan karena sudah mengambil barang milik orang lain. Dan pembicaraan itu.....

Ah...aku tidak bisa menghilangkan pikiran mengenai pembicaraan yang tadi ku dengar. Seolah semua seperti gaung yang bergema di perbukitan. Terulang. Dan terulang lagi. Aku menjadi gelisah karenanya. Bagaimana kalau Andini benar-benar akan menemui Adrian lagi dan meminta jawaban atas pertanyaannya? Dan jawaban apa yang akan di berikan Adrian padanya? Semua masih teka-teki untukku.

👇

👇

👇

Aku dan Adrian akhirnya memutuskan untuk pulang sedangkan Ibu dan Bapak menjaga Dinda di rumah sakit. Dokter mengatakan kalau besok siang Dinda sudah bisa di bawa pulang.

Sejak kejadian tadi, kulihat Adrian lebih cenderung berdiam diri. Meski aku mencoba memancing pembicaraan dengannya, namun dia hanya menjawab satu atau dua patah kata saja. Tentu saja aku tau apa yang menjadi permasalahannya. Dia pasti terbebani dengan pernyataan Andini.  

Tiba-tiba akupun juga ingin mengajukan pertanyaan yang sama dengan Andini. Apakah Adrian mencintaiku? Ya. Aku penasaran dengan jawaban dari pertanyaan itu. Dan saat kami hendak beranjak tidur, hampir saja pertanyaan itu terlontar dari mulutku kalau saja tidak terdengar sebuah notifikasi pesan dari ponsel Adrian. Dia lalu mengecek ponselnya. Ku lihat dahinya sedikit berkerut.

"Ada apa? Siapa yang mengirim pesan malam-malam begini?" Ya, aku menanyakan hal itu karena aku pikir terjadi sesuatu di rumah sakit. Dan aku pikir, pesan itu dari Bapak atau Ibu.

"Ah...tidak. Bukan siapa-siapa. Ayo, sebaiknya kita tidur." Adrian lalu mematikan lampu dan mulai menarik selimut. Akupun ikut membenamkan tubuhku di dalamnya. Seperti malam-malam sebelumnya, aku selalu tidur dalam pelukannya. Namun, malam ini ada yang berbeda. Meski aku tak melihat wajah Adrian, namun aku tau kalau saat inipun dia masih belum memejamkan matanya. Ya. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Oh...Tuhan, kenapa aku merasakan sebuah kecemasan yang menghinggapi perasaanku.

🌺🍃🌺🍃🌺🍃🌺🍃

Terpopuler

Comments

Isme_MakRem

Isme_MakRem

PENGEN NYELEDING ADRIAN BENER DAH🤸🤸🤸🤸🤸

2020-06-22

0

☘ᴘɪᴡɪᴇ͠ ⍣ᶜᶦᶠ hiatus👒

☘ᴘɪᴡɪᴇ͠ ⍣ᶜᶦᶠ hiatus👒

dion hadirlah

2020-04-08

0

Kenny sihyanti

Kenny sihyanti

Hati ga bisa di paksa kan...

2020-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!