Dia Istri Dalam Mimpi
Tut …tut …tut ...jreg ...jreg …jreg bunyi kereta api melaju.
Rambut pirang nan ikal itu berterbangan. Perempuan itu, mengejar kereta api yang meninggalkannya.
“Hey Masinis gila, tunggu!” ujarnya sambil terus berlari.
Seorang lelaki yang berdiri di bagian pintu kereta. Dia melihat perempuan yang berlari mengejar kereta api. Lantas ia pun mengeluarkan kepalanya. Tepat di bagian pintu kereta, seraya berkata. “ Wahai … perempuan! Lemparkan tasmu!”
Nampaknya perempuan yang berlari itu berpikir. Sebenarnya apa yang diucapkan lelaki itu.
“Aku rasa dia tidak paham!” Lelaki itu bergumam pelan.
“AYO! Apa kau mau berlari terus?” Tangannya seolah sudah siap, menerima lemparan tas milik perempuan itu.
Tanpa pikir panjang, perempuan itupun melemparkan tasnya. Menuruti perintah yang lelaki itu inginkan.
BUG! ...Lelaki itu mundur, karena tas yang ia tangkap sangat berat.
“Tas isi apa ini? Tidak mungkin berisi batu bata!” gumamnya pelan, seraya menjatuhkan tas.
“CEPAT! Pegang tanganku!” perintah lelaki itu, sambil mengeluarkan tangannya. Agar perempuan yang berlari itu, bisa menaiki kereta yang berjalan sedikit pelan.
Perempuan itu, terus berlari mengejar kereta dan tangannya mencoba untuk meraih tangan lelaki itu.
Dengan tetesan keringat di dahi. Perempuan itu, tetap kekeh agar bisa meraih tangan lelaki itu.
SETSSS! Tangan mereka saling menggenggam. Lelaki itu mecoba menarik tangan perempuan berambut pirang. Sedangkan perempuan itu, mencoba meloncat kan kakinya, agar naik besi kereta.
SET! BUG! Punggung lelaki itu terpentok pintu kereta. Karena perempuan yang ia tolong mendorongnya. Lelaki itu meringis menahan sakit bagian belakang dan depan. Karena kepala perempuan itu, juga menatap dadanya.
“Harjunotttttt! Bangunnnnnnn!” teriakan dari luar pintu kamar, membuat Harjunot bangun.
“ iya, Agh!” jawabnya dari dalam kamar.
Harjunot mengacak rambutnya dengan kedua tangannya. Seraya berjalan kearah kamar mandi.
Setelah selesai mandi Harjunot keluar sambil mengeringkan rambutnya.
“Kenapa mimpi hari ini aneh sekali?”
“Bahkan sudah beberapa tahun, aku tidak pernah jatuh cinta. Dia lebih memilih pria lain! Yang umurnya jauh diatasnya”
Harjunot bicara menatap pantulan wajahnya di cermin. Dahinya berkerut nampak mengingat sesuatu.
“Tunggu, kenapa wajah perempuan yang ada dalam mimpiku persis seperti atasanku?”
“Ah …ini hanya mimpi!” Setelah itu Harjunot keluar kamarnya.
“Not! Kebiasaan bangun, selalu dibangunin adikmu. Cari istri sana!” Ibu berbicara tatkala ia mau menghempaskan bokongnya dikursi.
“Bu, aku berangkat dulu. Aku ada janji bertemu atasanku hari ini.” Harjunot memutuskan tidak sarapan karena ocehan sang Ibu. Enggak ada bedanya sama burung tetangga yang berkicau di pagi hari.
“Ah …alasan! Kau hanya menghindari pertanyaan dari Ibumu ini kan? Ingat Not, umur sudah tiga tiga! Apa kau mau membujang selamanya?”
Harjunot hanya diam, tidak ingin membalas ucapan Ibunya. Sedangkan Bapak, hannya menggeleng karena ulah istri dan anaknya.
“Ibuk, anaknya jarang pulang ke rumah, loh ya. Sekali pulang ditanya seperti itu. Mbok yao di kasih perhatian toh. Ojo takok ngeniku kui Buk! Masalah jodoh kui, wes ono Seng Ngatur!”
“Tan! Mau sekolah? Ayo sekalian sama Mas!”
Tantiyana hanya mengangguk, dan segera minum susu.
“Awas ya Not, setahun belum nikah. Ibu jodohkan sama anak tetangga!”
“Mana mungkin anak tetangga tidur di kamarku saat kedinginan!”
“ Bukanya itu selimut tetangga ya Mbak? Kelamaan singel jadi gesrek!” cibir Tantiyana, sambil berjalan meninggalkan ruang makan.
... ***...
Mobil itu segera melaju ke sekolah Tantiyana. Hampir lima belas menit, mobil itu sudah berhenti didepan gerbang sekolah favorit.
"Tan! Sudah tahu belum, kalau ...Kakaknya! Kaka! Akan mengajar disini!"
Tantiyana mengangkat kedua bahunya acuh, gadis itu tidak terlalu suka bicara.
Setelah ada didalam kelas, Tantiyana segera duduk di bangkunya. Dan meletakan bukunya di atas meja.
"Kenanga, kapan Guru baru akan ngajar?" tanya temen sekelasnya yang tadi juga bertanya kepada Tantiyana.
Kenanga yang duduk di samping Tantiyana, itu pun menengok kearah Melly.
"Kenapa kau bertanya padaku?"
"Ya! Kan kamu anaknya Kepala Sekolah!"
"Aku tidak tahu, tanya saja pada Kafka!"
Pemuda yang baru diomongin masuk kelas, dengan gaya khas anak muda.
"Ka, kapan Kakak lu ngajar?" tanya Melly.
Sedangkan Kafka hanya diam, sambil melewati Melly. Pemuda tanggung itu duduk di bangku paling pojok.
"Ka, yang tanya itu gebetan lu loh. Masa lu enggak kasih tau!"ujar Melly kesal, karena teman sekelasnya sangat irit bicara.
“Siapa? Tua'an juga lu!” Kafka memainkan bolpoin.
“ Tantiyana!” Melly membuat Tatiyana terkejut.
“Kenapa aku? Heh Mel, jangan fitnah. Jika kau tidak mau difitnah.” Tantiyana bicara dengan wajah sebal.
“Carvil, kalau bicara enggak usah di masukin hati Tan, kayak lu enggak tahu saja.” Kafka tersenyum miring.
“Carvil, siapa maksud lu?” Melly menatap tajam Kafka.
“Nama lu siapa?” Mata Kafka melirik, sedangkan bibirnya tersungging.
“Melly!”
“Karena gua baik, jadi gua ingin angkat derajat lu. Melly kan Cuma sepuluh ribu, kalau carvil kan paling murah lima puluh ribu.”
“Anjaa lu Ka, lu kira gua sendal?”
Tantiyanna dan Kenanga menahan tawa, karena pemikiran Kafka.
“Lu enggak bersyukur, dari pada gua panggil lu Melly Gus Slow!”
“Bukannya itu lebih bagus Ka?” celetuk pelajar yang baru masuk.
“Kata siapa? Orang kepanjangannya melly bagusan suwalow.”
Tantiyana dan Kenanga hanya menggeleng. Jika pemuda tanggung itu sudah menghina pasti parah.
“Berasa murah banget masa suwalow, anjaa lu Ka!” Melly seperti orang yang menahan marah.
... ***...
Beralih perusahaan di bidang kontraktor. Harjunot keluar dari mobilnya kemudian berjalan kearah pintu utama perusahaan.
“Siang, Mas Arjunot!” sapa Satpam penjaga pintu.
“Siang!” Harjunot mengangguk, kemudian masuk kedalam perusahaan itu.
Saat melewati Resepsionis Harjunot berbicara. “Pak Dirut, ada kan?”
“Ada Mas, baru masuk!” jawab Resepsionis itu.
Harjunot yang sudah mendapat jawaban, dia langsung keruangan Dirut.
Tok ... Tok …
“Masuk!” jawab dari dalam ruangan.
Harjunot pun masuk dan menutup pintu itu kembali.
“Duduklah! Not!” ujar paruh baya kemeja hitam. Sambil melerai tangannya yang dijabat oleh Harjunot.
Harjunot hanya duduk, tidak mengeluarkan suara. Lelaki itu, tidak akan memulai pembicaraan terlebih dahulu. Kalau enggak ditanya, atau dirinya yang membutuhkan sebuah jawaban.
Sedangkan paruh baya, yang ada di depannya juga hampir sama. Sepertinya mereka butuh pihak ketiga. Agar ada pembicaraan dari kedua orang itu.
Pintu terbuka, memunculkan sosok pria tinggi dan bertubuh kekar. Mungkin usianya selisih tiga belas tahun dengan Harjunot.
“Bang, katanya buatan Singapure mau pulang?” tanyanya, sambil menutup pintu itu. Kemudian berjalan kearah meja kerja Direktur.
“Eh …Arjunot, kapan datang Not?” tanyanya yang baru sadar, jika Harjunot ada di sana.
“Baru lima belas menit!” jawabnya singkat.
“Aku rasa, aku telat datang! Aku tahu mereka belum berbicara, dasar sama. Kenapa enggak jadi mantu sama mertua cocok!” gumamnya pelan.
“Apa yang kau katakan?” tanya paruh baya itu.
“Menantu!”
“Maksudnya?” tanya Dirut itu.
“Arjunot!” Harjunot yang mendengar namanya dipanggil, ia mengerutkan dahi.
“Ada apa dengan Arjunot?” tanya paruh baya itu, sambil mengerutkan dahi bingung. Sama seperti Harjunot.
“Bang, jadikan si Harjunot sebagai menantu!”
...Harap Maklum Jika Banyak Typo! Terima kasih berkenan mampir. Dan saya mau minta maaf! Jikalau suatu saat nanti ceritanya tidak seperti yang kalian kira. Bertele-tele atau bahkan membingungkan pembaca. Masih belajar nulis soalnya!...
... Mencari Tokoh Utama Perempuan...
...Hayo Siapa Kira-kira?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Mai
sebenernya nyesel,krn baru bisa baca novel ini di aplikasi,
maklum hp nya ga ngedukung dr awal.
salam kenal aja 🙏
2022-04-09
0
Mayya_zha
hai. aku mampir.......
2022-03-02
1
💮Aroe🌸
Harjunot😂 ngakak deh baca namanya
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
1