“Bunda! Kaka, pulang!” teriak pemuda dari pintu utama.
Paruh baya itu, menggeleng karena anak-anaknya selalu berteriak saat pulang ke rumah.
“Wa'alaikummussalam!” jawab paruh baya, yang memakai baju syar'i.
“Maaf, Bunda aku lupa! Mana Ayi?” tanya Kafka, menatap seluruh ruangan.
“Ada di dapur!” Bunda meninggalkan anaknya.
Kafka memutuskan untuk ke dapur bertemu Kakak perempuannya itu.
“Ayi-Ayi!” teriak Kafka, sambil masuk kedalam dapur.
“Widih … kulitnya makin putih saja! Pasti di Rusia mengkonsumsi daging beruang putih ya?” Kafka terkekeh dengan pertanyaannya sendiri.
“Beruangnya Mbah mu!” jawabnya sambil mengaduk adonan roti.
“Mbah ku, ya Mbah mu juga! Tapi, kayaknya aku mau nyuruh Mbah beli beruang. Buat koleksi, siapa tahu Ayi! Kalau takut tidur sendiri. Bisa dijadikan teman tidur!” Kafka bicara, sambil membuka lemari pendingin.
“Dasar anak seyton!”
“Bunda! Kata Ayi, Bunda seyton! Kutuk Ayi, jadi togel, Bun!” Kafka berteriak mengadu agar Bunda, mereka mendengar.
“Dasar! Penyabutase nama, suka mengadu!”
“Halah, jangan salahkan Adikmu, yang ganteng dong! Salahkan mereka, kenapa mereka mengikuti Adikmu ini!”
“Hey …Kakak sama Adik, baru jumpa sudah berkelahi!” Abang baru masuk dapur, sambil menggendong anak keduanya. Yang baru berumur sembilan bulanan.
Kakak dan adik itu terdiam, saat Abang menegur.
“Ayi, mau bikin apa?” Abang menatap tangan adiknya, yang kotor karena adonan tepung.
“Nareznoy baton!”
“Halah, bilang saja roti gandum! Pakai bilang baresnoy beton!” Kafka membuat Kakak perempuannya kesal.
“Assalammuala'ikum! Az-zahra, Masanya! Pulang!” Suara itu, membuat ketiga orang yang di dapur keluar.
“AZAHRA! MASNYA! Pulang!” Ketiga orang itu bicara kompak diambang pintu dapur.
Paruh baya itu, menelan ludahnya karena ulah anak-anaknya. Sedangkan Bunda, menahan tawanya.
“Maksudnya, Bunda! Papa, pulang!” ujar Langit mengubah nama panggilan untuk istrinya.
Selamat datang di keluarga Langit dan Cahaya. Pasangan itu, dikaruniai dua anak yang bernama Arsy dan Kafka. Kedua anaknya memiliki perbedaan kurang lebih sepuluh tahunan.
“Papa! Ayi kangen, banget sama my hero!” Arsy berlari memeluk Papa, tercinta. Papa Langit dengan senang hati membalas peluk kan anak tersayangnya itu.
“Sama, Papa juga! Ayi sampai Jakarta, jam berapa Sayang?” tanyanya, sambil mengelus rambut anaknya.
“Siang, jam sepuluhan.”Arsy sepertinya enggan melepas peluk kan itu.
“Bang, tahu tidak? Kenapa aku tidak eksaited saat mendengar Ayi, pulang?” bisik nya pelan.
Gibril mengerutkan dahi karena adiknya itu.
“Apa?”
“Anak bungsu kalah, dengan anak tengah. Kalau masalah rasa sayang! Papa, lebih menyayangi Ayi, daripada kita!”
Gibril menggeleng pelan, karena ucapan Kafka.
“Papa! Anak bungsu cemburu, dengan kedekatan kalian!”
Papa Langit, tersenyum. Saat mendengar ucapan anak angkatnya.
“Ka, rasa sayangku kepada anak-anakku semua sama. Kalian memiliki keistimewaan yang berbeda didalam diriku. Kenapa, Ayi sama Papa dekat? Karena, Ayi anak perempuan! Kebanyakan anak perempuan itu, tidak malu untuk menunjukkan rasa manja di depan Papanya. Sedangkan anak lelaki cenderung lebih acuh. Dulu, Papa juga begitu dengan Mbah kalian. Mbah lebih dekat sama Bik Al, daripada Papa!” Papa Langit memberikan patuah untuk bungsunya.
... ***...
Adzan magrib berkumandang, keluarga itu sholat berjamaah di mushola dalam rumah. Mereka berkumpul diruang keluarga, di sana juga ada istrinya Gibril.
“Pa, ini Ayi buatkan roti gandum untuk Papa!” Arsy meletakkan roti itu di atas meja.
“Terima kasih, Nak!” ujarnya sambil meletakkan koran di sofa.
“Ayi, besok mulai ngajar kan?” tanya Kak Vi.
“Iya, Kak Vi!”
“Ngajar Bahasa Inggris?” tanyanya lagi.
“Tidak, Kak! Karena di sekolah Kaka, sudah ada dua Guru Bahasa Inggris. Jadi aku akan mengajar mapel PAI.”
“Lah, bukanya kamu ambil jurusan Sastra Inggris saat di Rusia?” tanya Kak Vi, yang baru menyandang sebagai istrinya Gibril selama tiga tahunan.
“Sebelum ke Rusia, Ayi kuliah di Malaysia dua tahun, dia dapat gelar S1. Setelah itu dia langsung ambil Sastra di Rusia!” Bunda Cahaya, memberi tahu menantunya.
Ruang keluarga itu tambah rusuh saat, Gibril dan istrinya menyayikan lagu.
Ditambah Arsy yang meminta gendong sang Papa.
“Sudah kangen ya, Yi! Tidur di gendongan Papa?” tanya Bunda, sambil menggendong anaknya Gibril yang kecil.
“Baru satu bulan yang lalu. Papa ke Rusia, jenguk Ayi! Masak sudah kangen di gendong.” Ocehan Kafka yang duduk di sofa.
“Iri saja, dasar penyabutase nama!” Arsy menjawab ocehan adiknya, sambil di gendongan sang Papa.
Bunda Cahaya hanya menggeleng karena kedua anaknya selalu adu mulut.
Kafka tersenyum melihat ponsel milik Papa, yang tergeletak di sofa. Pemuda itu membuka aplikasi WhatsApp, kemudian mevidio Kakak perempuannya yang digendong Papanya. Seraya berkata. “Jangan dicontoh, ini anak dur-ha-ka. Bapaknya sudah tua, masih minta gendong. Ayi, mana mukanya?” tanya Kafka, sambil mengarahkan kamera ke wajah Kakaknya. Arsy langsung menyembunyikan wajahnya, dipundak sang Papa.
... ***...
Disisi lain lelaki itu, sedang berkumpul dengan anak buwahnya. Mereka sedang minum kopi bersama. Sesekali Harjunot, menghisap batang rokok. Kemudian mengeluarkan asap rokok dari hidungnya. Tangannya membuka aplikasi Whatsapp, terlihat jelas ada seseorang yang mengupdate status. Digeser lah layar ponselnya.Semula chats menjadi status. Harjunot nampak terkejut, karena yang baru update bukan orang yang biasa buat status.
“Baru kali ini, aku lihat Dirut buat story'!” gumamnya pelan, sambil meletakkan rokoknya di asbak.
Harjunot yang penasaran, dia memutuskan untuk melihat status itu. Matanya membulat saat melihat video. Seorang perempuan, dengan rambut diikat tinggi. Sedang digendong pria paruh baya. Harjunot menambah volume ponselnya, agar mendengar suara itu dengan jelas.
“Jangan dicontoh, ini anak dur-ha-ka. Bapaknya sudah tua, masih minta gendong. Ayi, mana mukanya?” Suara itu sedikit tidak jelas, karena di dalam video itu juga ada yang menyanyi. Dan anak kecil yang menangis. Membuat sang empu mendekatkan ponselnya ke telinganya.
“Mas Arjunot, dengerin apa? Kok sampai segitunya?” tanya Pak Agus yang duduk di sebrang Harjunot.
Harjunot menjauhkan ponsel itu, dari telinganya. Kemudian melirik keanak buahnya itu.
“Ah …tidak apa-apa!” jawabnya, kemudian melihat status itu kembali. Harjunot membaca caption yang ada dibawahnya berbunyi. “Telah berpulang ke rumah kami. Anak kami bernama Arsy Latthif, yang otaknya hilang, saat pulang dari Rusia menuju Indonesia. Mohon untuk semua yang lihat status ini. Bisa transfer doanya agar otaknya bekerja kembali. Sekian, terima gaji!”
Harjunot yang membaca status itu, dia bisa menyimpulkan. Jika yang buat status bukanlah atasannya. Melainkan anak atasannya. Harjunot memutar ponselnya, untuk melihat wajah perempuan yang ada di video itu. Harjunot memutar ke kiri, tapi wajah perempuan itu tak terlihat! Ke kanan apalagi. Sepertinya Harjunot, ingin tahu wajah perempuan itu.
Tetapi video itu hanya memperlihatkan telinga perempuan itu.
“Kak Arjunot! Kok ngebet banget, inggin lihat perempuan yang ada di video itu!” ujar anak buah Harjunot yang duduk di samping Harjunot.
Harjunot melirik kearah anak muda itu, sambil berkata. “Tidak!”
“Tidak apa? Jelas-jelas, Kak Arjunot dari tadi mantengin tuh ponsel! Siapa namanya Kak?”
“Arsy Latthif!”
“Tuh kan, baru baca sudah ingat saja!” godanya karena Pandy kepo. Pemuda itu memutuskan untuk memepetkan badannya. Kearah Harjunot untuk melihat apa yang sebenarnya Mandornya lihat.
“Dasar penguntit!” ujarnya, sambil berdiri dan mengelus pundak Pandy. Kemudian meninggalkan anak buahnya, yang masih minum kopi ditemani gorengan.
Titin yang melihat hal itu, dia ingin bertanya kenapa Harjunot buru-buru. Tapi terurungkan, karena suara Pandy yang meneriaki Harjunot.
“Pepet terus KAK, jangan kasih jalan buat yang lain, untuk nyalip!”
Titin yang mendengar ucapan Pandy, dia tersenyum sambil menyimpan rambutnya kedaun telinganya.
...***...
Aduh ketemu sama Kang Mas lagi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Akun Lima
ini ceritanya gimana gw kok jadi bingung🤔
2024-06-13
0
💮Aroe🌸
pepet teruuuus, jangan kasih kendoooor😂
2022-03-03
0
Ella Fatur Rohman
lanjuuuttt thor semangat
2022-02-21
0