Rambut pirang nan ikal itu berterbangan, karena angin yang sedikit kencang.
“Abang, ini kemana? Aku sudah menunggu lima belas menit yang lalu. Tapi dia tak juga datang!” Perempuan yang memakai mantel musim dingin itu, menggerutu kesal.
Perempuan itu baru keluar dari Bandara, sepertinya dia baru datang dari luar negeri. Jika dilihat dari gaya pakaiannya. Ia pun menyeret kopernya dan duduk di bawah pohon, sambil menunggu jemputan.
“Aku akan menelponnya.” Perempuan itu berbicara, sambil mengambil ponselnya disaku mantelnya.
“Abang! Aku sudah sampai di Jakarta, kenapa tak juga jemput?” Perempuan itu protes, karena Abangnya tak menepati janji.
“Baiklah, aku tunggu! Jangan lama-lama!” Ia pun mematikan ponselnya.
“Negara ini sudah sangat maju, awal kesini saat usia satu tahun. Terakhir ke sini umur lima tahun, saat almarhum Mbah Buyut meninggal. Aku sangat kangen dengan keluargaku. Papa main pindah-pindah saja, dikira pindah kontrakan apa?”
“Ayi!” Perempuan yang duduk di bawah pohon itu tersenyum. Saat melihat Abangnya datang.
“Abang!” Perempuan yang dipanggil Ayi itupun langsung menghamburkan tubuhnya kearah Abangnya.
“Abang, tahu tidak? Ayi nunggu Abang, sampai jamuran.” Abangnya terkekeh, karena adiknya protes.
“Sudah peluknya, nanti lagi. Sekarang kita pulang, takutnya jamuran nya tambah banyak.” Abang mengelus kepala adiknya itu.
Kedua orang itu, sudah ada di mobil, sepertinya mobil itu siap melaju.
“Panas sekali.” Perempuan itu melepaskan syalnya, dilanjut mencopot mantel hitam.
Sedangkan Abang hanya menahan senyuman, karena adiknya.
“Ayi! Ini itu di Indonesia bukan Rusia, jadi enggak ada hujan salju. Kau salah Dek, jika pakai mantel kebesaran negara beruang putih itu!” Pria itu menggeleng pelan.
“Iya-iya Ayi tahu, inikan dalam bentuk memberitahu seseorang bahwasanya aku ini baru dari luar negeri!" Dia tertawa kecil karena bicaranya seperti orang konyol.
“Aku tahu! Aku pikir kau akan ke Singapura dulu, sebelum ke Jakarta!”
“Aku sangat lelah, besok aku sudah harus ngajar. Mungkin, Abang mau ke sana? Kalau benar, Ayi minta tolong buat sekalian ambilin baju Ayi!” Perempuan itu bicara, sambil minum air dari botol.
“Tenang saja, besok aku dan Kak Vi, akan ke sana. Untuk mengurus bisnis!”
“Balik kapan? Ini aku baru datang dari Rusia loh, masa iya Abang sama istri mau pergi!”
“Cuma dua hari, setelah itu segera balik. Lengkap dah keluarga kita! Tinggal kamu kapan nikah? Sudah punya pacar?” Abang tertawa melirik adiknya.
Yang ditanya mengerucutkan bibirnya. Karena pertanyaan yang Abangnya lontarkan.
“Nonik-nonik Rusia cantik-cantik nan elok dipandang. Jadi tidak ada lelaki Rusia yang mau aku pacari. Palingan kalau mau, cuma tinggal seatap tapi kagak di kawinin. Cuma buat koleksi sepertinya.” Perempuan itu menggeleng, dengan gaya hidupnya orang Rusia.
“Sepertinya ucapannya harus dikoreksi Dek! Kalau dikawinni iya, untuk dinikahi? Masih tanda tanya, besar!”
“I think so, aku di sana seperti tahanan! Aku hanya akan keluar dari apartemen, jika kuliaah atau membeli makan. Setiap harinya, aku harus menghabiskan waktu di apartemen sendirian. Hanya belajar-belajar dan belajar. Kalau jenuh palingan belajar masak, rebahan sama nonton anime. Sangat menyedihkan, sudah gitu jauh dari keluarga.”
“Itu kan kemauan kamu, kuliah di sana. Coba dulu ngikut apa kata orang tua, pasti enggak kayak tahanan! Seperti yang kamu bilang. Keras kepala sih, nyesel kan? Masa kuliah, harusnya banyak teman. Adek malah enggak ada bedanya sama tahanan.”
"Papa! Dulu sudah mau masukin kamu di Al Azhar University! Kan enak di Kairo, gaya hidupnya ketimur-timuran. Seperti negara Indonesia. Banyak orang Indo, kuliah di sana. Paling banyak ambil jurusan sastra Arab!" tukasnya kembali, mengingatkan sang adik tiga tahun silam.
"Ya elah, waktu itu iman masih Jahiliyah, jadi ya kan Ayi, kilap."
"Emang sekarang sudah enggak Jahiliyah?"
"Kadang-kadang masih sih, tapi enggak se—jahiliyah dulu." Perempuan itu menggaruk rambutnya, seperti orang salah tingkah.
Abang hanya mengangguk pelan. "Tapi kalau sifat jahilnya masih enggak?"
"Tergantung, kalau ada yang dijailin. Pasti sifat jahilnya keluar. Nah kalau enggak ada? Ya ilang, sifat jahil menjahilnya!"
... ***...
Mobil itu memasuki rumah elit kawasan Jaksel. Kakak-adik itu pun turun dari mobil. Sedangkan perempuan itu, nampaknya tak sabar bertemu dengan keluarganya. Perempuan itu berlari, meninggalkan Abangnya yang mengeluarkan koper.
“Papa! Bunda! Ayi pulang!” teriaknya sambil masuk rumah.
Wanita paruh baya itu, menggeleng karena mendengar teriakan anaknya.
“Iya, Ayi! Wa'alaikumussalam!” Sebuah sindiran dari sang Bunda, karena sang putri lupa mengucap salam.
Perempuan itu, menggigit bibir bawahnya. Karena malu, ternyata gaya kebarat-baratan sudah melekat bahkan mendarah daging.
“MIS Ayi, sudah pulang ternyata!” Sahut seseorang dari dalam dapur.
“Bibik, jangan panggil aku MIS! I know, aku buatan Singapura. Tapi, aku ini orang bukan barang elektronik yang harus diberi gelar. Made in Singapura, juga kali!” Perempuan itu menggerutu sebal. Sedangkan Bunda dan Bibinya hanya terkekeh.
“Salah siapa kamu enggak mau dibuat di Indonesia. Malah harus nunggu bertahun-tahun, untuk membuatmu. Pindah ke negri singa, baru hitungan bulan, sudah jadi.” Bibik mencibir keponakan nya.
“Lah kok nyalahin Ayi, salahkan yang buat. Kenapa enggak made in Jepang saja. Aku lebih suka. Kalau buatan Singapura, semua bilang aku ini anak singa.”
“Ayi, sudah jangan debat dengan Bibik mu. Istirahatlah, kamu pasti lelah. Delapan belas jam lebih di pesawat!”
“Tidak-tidak, aku belum bertemu dengan Papa! Mana lelaki hebat itu? Aku kangen dengannya!” Anak kesayangan Papa, yang selalu menurut jika Papa bilang A dia juga ikut A. Semua yang ada dalam diri perempuan itu, mewarisi Papanya. Tinggi badan, parasnya, logat bicaranya sampai gaya jalannya juga sang Papa. Cuma sekali perempuan itu, enggak menuruti ucapan Papanya. Saat dia kekeh ingin kuliah Muskowa.
“Papa, masih kerja. Tidurlah, nanti sore dia akan pulang!” Bunda memberi tahu anak kesayangan Papa.
“Aku akan ke kantor Papa!” Perempuan itu berlari keluar rumah.
“Keras kepala!” Sebal Bunda, karena anak perempuannya.
“Abang, anterin aku ke kantor Papa!”
Abang yang mau menutup bagasi, menengok kearah adiknya.
Pria itu menghela napas panjang karena permintaan adiknya.
“Silakan, ini kuncinya!” ujarnya, seraya melemparkan kunci mobil kearah adiknya.
Perempuan itu, menangkap kunci mobil yang hampir mengenai wajahnya itu.
“Bilang saja enggak mau ngantar, pakai ngasih kunci segala. Buat apa ini kunci? Sudah tahu, aku tak diperbolehkan mengemudi!” gerutunya sambil mengerucutkan bibirnya.
Perempuan itu membalikkan badannya untuk masuk rumah.
“Adek, bukan cuma enggak boleh mengemudi. Ttapi Adek juga enggak bisa mengemudi!” cibir Abang dibelakang adiknya.
“Nanti, kalau udah menikah. Adek mau diajari nyetir sama suami.”
“Bahas suami, pacar aja kagak punya. Blusit! Kalau suaminya enggak kasih izin, Adek bisa apa?”
“Tuker tambah, mungkin?”
“Emang, suami Ayi barang? Made in Singapure!”
“Serahlah!”
... ***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
ngakak😂😂😂😂😂
akuma made Indonesia😆
2022-03-02
0
Ella Fatur Rohman
😄😄😄lanjuuuttt thor
2022-02-19
1
MandaNya Boy Arbeto❤️
ini cwek rada bar bar kayaknya ya😂
2022-01-11
0