Lelaki itu memasuki lift, sebelum lift benar-benar tertutup. Harjunot melihat perempuan berambut pirang itu berlari.
"Tunggu, aku buru-buru." Hal itu membuat Harjunot mengeluarkan tangannya, agar perempuan itu bisa masuk lift.
Ting! Lift terbuka kembali. Perempuan itu segera masuk kedalam lift. Lift tertutup, tidak ada orang lain selain mereka berdua.
Harjunot menghela napas panjang, karena gaya pakaian perempuan yang berdiri disampingnya. Enggak ada bedanya sama anaknya Tuan Crepp di animasi Sepongbob.
"Heh, kenapa dia membuka kemejanya?" gumam perempuan itu, yang melihat Harjunot melepas kancing kemejanya.
Perempuan itu, mundur di bagian pojok. Karena Harjunot mendekat kearahnya. Sedangkan Harjunot yang berdiri di depan perempuan itu, dia memejamkan matanya. Sambil bergumam pelan. "Allahumma inni audzubika min finati nisaa. (Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari fitnah wanita)" Matanya memang terpejam, tapi tangannya mengikat kemejanya di bagian pinggang perempuan itu.
Sedangkan perempuan itu, tidak suka dengan kelakuan yang Harjunot lakukan. Lantas perempuan itu, mendorong tubuh Harjunot agar menjauh.
"Kurang ajar sekali, kau merendahkan ku? Tidak kenal, main ngikat kemeja ditubuh orang." Perempuan itu bicara, sambil melepaskan kemeja yang ada di pinggangnya. Dan membuangnya kasar.
"Aku memang tidak mengenal mu, tapi aku sangat mengenal Ayahmu!" Harjunot bicara dengan kesal.
"Aku yakin, Ayahmu juga tidak suka. Jika anaknya berpakaian bikini better!"
"Hey, matamu enggak katarak kan? Bikini dari mana, orang aku pakai kaus sebatas lengan juga. Dan rok ini, hampir menutupi lutut ku. Jangan munafik kau, bukannya lelaki suka dengan yang terbuka?" Perempuan itu tersenyum merendahkan.
"Apa kau menyamakan ku dengan lelaki hidung belang?" tanyanya, menatap sinis kepada wanita itu. Harjunot mendekat kearah perempuan itu. Sedangkan perempuan itu, ingin mundur tapi sudah mentok bagian pojok lift.
"Bagaimana jika aku melakukan, seperti yang kau pikirkan? Mumpung hanya berdua!" Harjunot menyunggingkan senyuman devil. Membuat perempuan itu, merosot ketakutan.
"Jangan macam-macam kau, aku bisa teriak!" Ancam perempuan itu, sambil menunjuk kearah Harjunot.
"Teriak saja, tidak akan ada yang dengar. Bahkan aku bisa menghubungi teknisi untuk menghentikan lift ini. Agar kita bisa berduaan dalam lift," ujarnya, sambil memalingkan wajahnya dari perempuan itu.
"Dasar lelaki gila! Aku tidak suka denganmu!"
"Sama, aku juga, tidak suka dengan perempuan bikini!"
"Hih, ku doakan kau tidak punya pasangan!"
"Terserah! Pakai kemejanya, kemudian keluarlah!"
"Enggak mau, kemejanya punya lelaki gila. Nanti jadi ketularan gila lagi, ogah!" ujarnya, sambil mau keluar dari lift.
Tapi langkahnya berhenti, tatkala ada suara sindiran dari belakang. "Terserah! Jika kau mau menjadi mangsa lelaki hidung belang
Di kantor ini banyak lelaki seperti itu. Aku tidak rugi, jika kau tidak memakainya!" Harjunot berbicara. Sambil melangkahkan kakinya keluar dari lift. Dan membuang kemejanya ke lantai depan lift.
Sedangkan perempuan itu menghentakkan kakinya, karena ucapan Harjunot. Perempuan itu, megambil kemeja yang tergeletak dilantai. Kemudian menatap punggung Harjunot yang tidak jauh darinya. Ia tersenyum simpul, merencanakan sesuatu.
BUGGGG! Perempuan itu melempar sepatunya hingga mengenai kepala Harjunot.
"Awwwww!"
"MAS HARJUNOT BANGUN!" Suara seorang dari di luaran kamar.
"Iya!" sahut Harjunot, dari dalam kamar.
"Kenapa aku mimpi perempuan itu lagi?"
"Tuh kan mimpi dilempar sepatu. Jadi terjatuh dari ranjang. Ditambah suara Titin, yang keras!" ujarnya, sambil mengorek telinganya.
Harjunot bangkit dan berjalan kearah kamar mandi.
... ***...
Setelah mandi, Herjunot memutuskan untuk ke tempat kerjanya. Untuk melihat para tukang bangunan. Karena dia adalah seorang Mandor. Tugasnya memimpin para anak buah agar proyek selesai. Sesuai target yang sudah ditetapkan. Berdasarkan jadwal dan rencana kerja, Mandor akan memberikan arahan dan instruksi kepada para pekerja.
"Siang Mas Mandor!" sapa anak buahnya.
"Siang juga! Seminggu lagi kita pindah di Jakarta, buat bangun gedung sekolah!" ujarnya, sambil menaruh kedua tangganya ke belakang.
"Siap Mas!"
"Setengah tahun harus selesai, karena mungkin kita akan pindah lagi ke Aceh!" Herjunot menatap gedung itu.
"Siap Mas Mandor!"
Wanita itu tersenyum, menatap wajah Harjunot dari arah barat.
"Mas Harjunot! Mau dibuatkan kopi?" tanya Titin, orang yang selalu ikut kemana Herjunot dan anak buahnya melaksanakan proyektor.
Titin adalah seorang koki yang bertugas penuh bagian konsumsi makanan untuk Mandor dan para tukang.
"Tidak, terima kasih!"
"Mbak Titin sama Mas Arjunot cocok loh jadi pasangan," goda anak buah Harjunot.
Titin yang mendengar hal itu tersenyum malu. Sedangkan Harjunot, tidak menanggapi godaan anak buahnya itu.
“Iya, Mas! Kalau. Mas Mandor nikah sama Mbak Titin enak loh. Kerjanya barengan terus, kan enggak perlu LDR. Jadi enggak menahan rindu kayak kita ini. Kangen anak bojo, ketemu mok sak wulan pisan.”
“Pak Agus, iki curhat toh?” Temannya terkekeh.
“La wong saya omong ngasih nasehat, Mas Mandor! Biar nasibnya enggak seperti saya.” Pak Agus terkekeh karena ucapannya.
Harjunot hanya mendengar, sambil menggaruk pelipisnya dengan telunjuk.
“Sudah-sudah, ayo kerja! Semangat, masalah masa depan saya. Sudah ada Yang Ngatur!” pungkas Harjunot, sambil meninggalkan kan anak buahnya.
“Siap, Mas!”
Harjunot sudah ada didalam gedung, yang hampir sembilan puluh sembilan persen jadi. Lelaki itu memasuki setiap ruangan gedung itu. Harjunot mengangguk-anggukan kepalanya, karena puas dengan hasilnya. Lelaki itu berdiri di bagian atas gedung. Mengambil napas dalam, sambil menutup mata. Kemudian membuangnya secara perlahan. Bayangan perempuan berambut ikal, membuat kepalanya menggeleng cepat.
“Perempuan itu lagi!” Harjunot mengacak rambutnya frustasi.
“Ada apa denganku? Kenapa selalu mimpi perempuan itu? Bahkan aku tidak pernah bertemu dengannya! Lantas mengapa dia selalu datang dalam mimpiku?” Harjunot dibuat resah oleh mimpinya.
“Aku akan menemui Dirut, setelah pulang ke Jakarta. Dan aku akan bertanya tentang perempuan yang selalu ada dalam mimpiku. Kenapa wajahnya sama dengan Pak Dirut!” Harjunot bicara, sambil menuruni tangga.
“Masalah GM, yang menyuruh Pak Dirut! Menjadikan ku menantu. Membuat aku yakin, jika Pak Dirut, mempunyai anak perempuan.”
... ***...
Harjunot sudah kembali ke bawah, jam menunjukkan pukul sebelas. Membuat Harjunot harus memberi informasi agar anak buahnya segera istirahat.
“AYO SIAP-SIAP SHOLAT! SETELAH ITU KITA MAKAN!” teriak Harjunot, kepada anak buahnya yang masih berkerja.
Dibawah naungan Harjunot sangat santai. Karena lelaki itu, akan mengurangi jam kerja hanya agar anak buahnya bisa sholat tepat waktu. Kebiasaan para pekerja akan istirahat jam dua belas tepat. Tapi berbeda dengan Harjunot, yang memberikan waktu tiga puluh menit, sebelum adzan berkumandang. Karena anak buahnya perlu membersihkan badan.
“Mas Harjunot, nanti ini mau makan apa?” Titin berdiri di samping Harjunot.
Harjunot menatap Titin, sekilas kemudian memalingkan wajahnya.
“Samakan seperti mereka semua!” Setelah berucap seperti itu, Harjunot meninggalkan Titin.
“Pepet terus, Mbak! Mas Arjunot nya, mumpung masih bujang!” goda Pak Agus, setelah kepergian Harjunot.
Sedangkan Titin tersenyum malu, sepertinya Titin menyimpan perasaan dengan atasannya itu.
... ***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
iya, pepet terus mbak... takut keburu di ambil orang😂
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
0
Mak Aul
cocok sama visualnga
2022-01-27
1
MandaNya Boy Arbeto❤️
duh jodoh langsung dimimpiin ya mas😁
2022-01-11
1